• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Umum Semesta Alam

Daya-Cipta dan Pimpin Ilahi, merupakan faktor dasar yang melingkupi, mengorganisir, memberi bentuk dan struktur, meng- integrasikan segala jenis proses yang disebut alam semesta itu menjadi satu kesatuan (unitas multiplex), dan mengarahkannya ke satu tujuan tertentu. Tanpa memperhatikan latar belakang, me- tafisi, atau sifat asli terakhir (final nature) pada benda-benda itu, e)

Islam & Ilmu Pengetahuan

maka sekalian ilmu pengetahuan menggabungkan bermacam- macam penyataan yang secara implicit mem benarkan berbagai latar belakang atau dasar yang tak ada sangkut pautnya satu de- ngan lainnya. Ilmu fisik zaman sekarang yang didasarkan telaah statis tik dari tabiat atau kelakuan electron, atom, molekul, dan sebagainya, telah meninggalkan pengertian materi dari abad ke 19 sebagai dasar segala sesuatu, dan memandang electron sebagai batu sendi terakhir dari alam semesta. Adapun yang disebut elec- tron itu tak lain sekedar lambing atau simbol belaka dari sesuatu

yang diduga ada di balik pengaruhnya. Orang tak tahu dan tak mungkin tahu, apakah sebenarnya atom itu, karena tak ada jalan bagi ilmu fisika untuk mengetahuinya, apalagi mengenai elec- tron. Oleh sebab itu, Sir Arthur Stanly Eddington, seorang ahli astro-fisika yang terkenal (1882- 1944) mendefinisikan electron sebagai something unknown is doing don’t know what (Sesuatu yang tak diketahui, berbuat apa yang apa yang tidak kita ketahui) .

Sedangkan menurut Bertrand Russel, seorang filsuf abad 20 yang kena maan, berpendapat bahwa electron itu tak lain adalah suatu lingkungan yang dapat memancar dari padanya enersi, it is merely region from which energy may radiate , sebab satu-satunya hal

yang dapat diperiksa benar-tidaknya tentang electron itu ialah pancaran-pancaran atau radiasi itu.

4)   “Das Atom der modernen Physik kann zun��hst nur Symbolis�her werden“Das Atom der modernen Physik kann zun��hst nur Symbolis�her werden  dur�h eine Partikels Differentialglei�hung I einem abstrakte vieldie mensiona- len Raum” (h. 36) “Das unteilbare Elemen Tellertu�h der moderenen Physik  ist seinem Wese na�h ni�ht ein materielles �ebil de in Raum und Zeit, sondem  gawissermaszen nur ein Symbol bei dessen Einfuhrung die Naturgesetze eine  besonders einfa�he �estalt annehmen” (W. Heinsenberg, Wandlungen in Den Grundlagen Der Naturwisswnchaft, h. 53

5)   The Nature of the Physical World, London, 1955, h. 280

6)   Bertrand Russel, Philosophy, New York, 1927, h. 105. Lihat juga Matter,  by Ralph E. Lapp, and the editors of Life, Life Science Libary

Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan

Ilmu fisika memang tak perlu berspekulasi tentang substansi yang di tempat radiasi itu berasal, karena itu di luar jangkauan penyelidikan ilmu fisika, jadi adanya di luar lingkungan penelitian ilmiah. Dengan demikian orang boleh saja berkata bahwa seorang ahli fisika sesungguhnya tak peduli apakah atom atau electron itu benar-benar ada atau tidak. Jangan dikata lagi berbicara asal mula dan akhir dari alam, itu di luar penelitian ilmiah. Mungkin sikap tak acuh itu disebabkan karena inteligensi dan hasilnya ilmu pe- ngetahuan bersifat pragmatis atau praktis utilistis. Baginya, cu- kuplah kalau alam yang dipelajarinya dapat memenuhi kebutuhan sosial yang praktis dan dapat hidup secara progresif. Oleh sebab itu, cukuplah yang diperhatikan teori hasil, sedangkan proses atau cara hasil itu dicapai, tak perlu diketahui. Akibatnya, bahwa yang dihasilkan ilmu fisika itu akhirnya tak lebih dari alam perlambang, alam yang tak mem punyai makna dan mempunyai nilai lebih dari apa yang dapat dilukiskan dengan lambing-lambang ilmu pasti. Jadi, itu hanya dapat didiami dengan tentram oleh lambang- lambang itu sendiri dan tidak oleh manusia. (A.S. Eddington). Memang bagi ilmu pengetahuan alam, alam yang hidup tidak mempunyai nilai yang lebih tinggi dari alam yang mati.

Jika dalam lapangan ilmu fisika orang memper gunakan teori tentang electron, maka dalam lapangan biologi, baik yang sifatnya vitalistis atau neo-vitalistis, mereka menggunakan prinsip vitalis- tis, seperti hidup dominan ( J. Reinke), entelechie atau psychoid (H. Driesch) di samping proses fisis chemis yang sifatnya kebetul- an dan digunakan oleh para penganut biologi mekanistis. Dalam lapangan ilmu jiwa, yang dipandang sebagai unsur pokok menjadi prinsip rohani, seperti naluri (nisarga, garizah), nafsu, libido, jiwa, roh. Segala pemikiran, teristimewa tentang kedudukan manusia, dilakukan tanpa mengembalikan kepada latar belakang umum

www.aaiil.org

Islam & Ilmu Pengetahuan

yang metafisis. Sedangkan menurut ajaran Islam tentang Keesaan Ilahi, dapatnya sekalian ilmu pengetahuan yang dapat dipercaya atau tidak, bebas dari kelemahan atau tidak, semuanya bergantung kepada dasar umum, tempat kesemuanya itu bertumpu.

Sudah barang tentu, dasar umum itu tak mungkin ditemukan jika orang sudah merasa puas dengan sikap tak acuh akan masalah itu. Atau hanya dengan menekankan bahwa alam semesta berja- lan dan diatur secara rahasia, secara gaib, atau misterius menurut prinsip ilmu pasti, atau menurut prinsip vitalis, atau pula menurut prinsip rohani. Namun mereka tidak berusaha mempersatukan kesemuanya itu di bawah satu prinsip dasar yang bersifat umum, universal, atau kosmis, yakni dengan jalan menyelami keaneka- ragaman dan kekhususan alam yang menampakkan diri kepada kita itu sampai kepada kesatuannya atau pokok pangkalnya yang tak dipisah-pisahkan menjadi unsur-unsur yang berbeda. Usaha itu tak mungkin dilakukan orang selain masuk ke dalam agama, yakni dengan mengerjakan kesanggupan rohani yang lebih tinggi dari kesadaran indria intelektual nya. Karena itu, agama menjadi satu-satunya cara untuk memecahkan dengan sepenuh hati.

“Wahai manusia, sesungguhnya engkau harus berusaha dengan usaha yang keras (agar sampai) kepada Rabb engkau, hingga engkau bertemu dengan Dia” (84: 6)

“Katakanlah: Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu seka- lian – diwahyukan kepadaku, bahwa Tuhan kamu Tuhan Yang Maha-esa. Karena itu, siapa jua pun berharap akan bertemu de- ngan Rabb-nya hendaklah dia melakukan perbuatan-perbuatan baik dan tidak mempersekutukan siapa pun juga dalam pengab- dian kepada Rabb-nya”(18: 110)

Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan

Dokumen terkait