• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian dan Pengumpulan Data

1. Data Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengukur kebutuhan terhadap penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Data analisis kebutuhan menggunakan metode wawancara dengan guru kelas VIII SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Metode wawancara merupakan metode yang paling tepat untuk mengetahui kebutuhan baik siswa maupun guru terhadap media pembelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan Sedarmayanti (2011: 80) yang mengatakan bahwa wawancara merupakan cara yang ampuh untuk memahami suatu keinginan/kebutuhan.

Selain itu, keterbatasan siswa tunarungu untuk mampu mengidentifikasi kebutuhannya juga menyebabkan penggunaan metode wawancara menjadi cara terbaik untuk mengetahui kebutuhan para siswa tunarungu terhadap media pembelajaran. Oleh karena itu, analisis kebutuhan hanya melalui wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yang juga wali kelas dari kelas VIII SMPLB Dena- Upakara Wonosobo. Guru menjadi sumber utama untuk mengetahui segala informasi berkaitan dengan kebutuhan yang paling esensi dari para siswa tunarungu SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Wawancara dilakukan peneliti pada

tanggal 17 Mei 2016 dengan guru Bahasa Indonesia dan wali kelas VIII di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo. Adapun hasil wawancara sebagai berikut ini.

a. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo sama halnya seperti proses pembelajaran pada umumnya, yaitu adanya apersepsi, elaborasi, dll. Guru selalu merancang strategi pembelajaran yang tepat untuk para siswa tunarungu, misalnya dengan memilih materi yang cocok dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di kelas tidak langsung masuk ke dalam pokok materi tetapi memperkenalkan materi melalui pertanyaan secara lisan dan atau memberikan tugas terlebih dahulu. Kedua cara tersebut, mudah ditangkap oleh para siswa tunarungu. Kondisi belajar–mengajar di kelas VIII memang perlu menyesuaikan dengan karakteristik belajar para siswa tunarungu karena mereka kesulitan dalam mencerna materi secara langsung. Materi yang digunakan adalah materi yang sama seperti pada SMP pada umumnya. Maka dari itu, penyesuaian materi sungguh penting untuk dilakukan di SMPLB Dena- Upakara Wonosobo. Alokasi waktu mengajar bahasa Indonesia di kelas VIII, yaitu 1 minggu 3 kali pertemuan dan tiap pertemuan alokasi waktunya, yaitu 4 x 40 menit.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMPLB Dena-Upakara Wonosobo memang perlu memperhatikan situasi dan kondisi para siswa tunarungu. Siswa tunarungu selain memiliki keterbatasan pada pendengarannya, mereka juga memiliki keterbatasan dalam hal akademik, yaitu kesulitan untuk cepat mencerna materi. Oleh karena itu, guru harus bisa

menggunakan metode pembelajaran yang tepat guna untuk menunjang kemampuan para siswa tunarungu.

b. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang sering digunakan di dalam kelas adalah metode diskusi dan metode ceramah. Metode diskusi bertujuan untuk menciptakan interaksi antara guru dengan siswa, sehingga para siswa tunarungu terbiasa untuk berkomunikasi dengan guru dan siswa tunarungu. Mereka juga semakin terbiasa untuk tidak merasa takut ketika mengungkapkan pendapat. Metode ceramah bertujuan untuk membiasakan para siswa tunarungu melihat orang berbicara secara oral. Kebiasaan seperti ini membuat siswa tunarungu semakin mengerti dan memahami orang berbicara dan mendapatkan pula informasi secara lisan.

Kedua metode pembelajaran di atas, perlu disertai dengan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang bersifat visual akan semakin mempermudah siswa tunarungu menangkap materi pembelajaran. Siswa tunarungu membutuhkan media pembelajaran yang memiliki warna yang menarik dan harus berwujud riil/nyata. Media pembelajaran tersebut, misalnya poster, gambar, mindmap, dsb. Media pembelajaran yang dapat ditunjukkan langsung kepada mereka akan meningkatkan antusiasme mereka dalam mengikuti pembelajaran. Keantusiasan mereka akan menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan lebih interaktif. Melalui pembelajaran itu, siswa tunarungu dapat banyak menggali pengetahuan.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang cocok untuk para siswa tunarungu adalah metode yang mampu menciptakan

pembelajaran interaktif. Unsur interaktif dalam pembelajaran untuk siswa tunarungu berarti harus ada komunikasi antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Penggunaan media pembelajaran akan semakin menciptakan proses pembelajaran lebih menarik. Kedua hal tersebut memiliki peran penting untuk membantu siswa tunarungu dalam membiasakan diri untuk mendengar komunikasi secara oral dan menunjang gaya belajar visual mereka.

c. Hambatan dalam Proses Pembelajaran

Selama proses pembelajaran bahasa Indonesia, hambatan yang sering muncul adalah kesulitan menyusun kalimat. Siswa tunarungu kelas VIII sering melakukan kesalahan dalam menyusun sebuah kalimat yang sesuai dengan kaidah yang benar. Maka dari itu, untuk mengatasi hambatan tersebut mereka harus sering dibiasakan untuk membuat sebuah kalimat seperti kalimat tanya, kalimat berita, bahkan mengarang.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa para siswa tunarungu kelas VIII memiliki kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik dan benar. Guru Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa mereka selalu salah menempatkan kata yang berfungsi sebagai subjek dan objek. Usaha untuk membiasakan mereka menulis cukup membantu terutama untuk mengidentifikasi kesulitan mereka secara individu.

d. Ketersediaan Sumber Bahan Ajar dan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang materi bahasa Indonesia adalah koran, majalah, novel, buku ilmu pengetahuan, dan internet. Keberagaman media tersebut harus selalu ditunjukkan secara langsung kepada

siswa, sehingga mereka lebih mampu memahami dan mengerti tentang materi yang diajarkan. Media gambar adalah media yang sering digunakan. Media gambar memiliki karakteristik menarik karena menggunakan warna-warna yang menarik dan sederhana.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa penggunaan media sebenarnya sudah cukup bervariasi. Para guru menyadari bahwa para siswa tunarungu memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan siswa-siswa pada umumnya. Para guru sudah terbiasa untuk selalu menghadirkan media pembelajaran yang riil/nyata yang dapat menarik minat belajar mereka.

e. Media Pembelajaran yang Digunakan Ketika Proses Pembelajaran

Bahasa Indonesia.

Media pembelajaran yang sering digunakan adalah media gambar. Media gambar memang sederhana, mudah digunakan, terjangkau, dan memiliki warna- warna yang menarik. Oleh karena itu, media gambar sering digunakan. Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu menggunakan media pembelajaran pada setiap pembelajaran di kelas.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa media gambar sudah terlalu sering digunakan dalam setiap pembelajaran di kelas. Gambar memang media pembelajaran yang sederhana, mudah digunakan, dan terjangkau. Karena hal itulah, para guru lebih memilih menggunakan media gambar yang bersifat universal.

f. Harapan tentang Media Pembelajaran Baru

Media pembelajaran yang cocok bagi siswa tunarungu kelas VIII adalah media pembelajaran yang memiliki warna yang menarik dan harus benda riil/nyata. Kemenarikan sebuah media pembelajaran akan membuat mereka penasaran dan timbul keinginan menggunakan media pembelajaran tersebut. Siswa tunarungu terbatas pada pendengaran mereka. Oleh karena itu, media pembelajaran yang menarik dari segi visual selalu menjadi media pembelajaran yang tepat. Selain itu, penggunaan media pembelajaran juga harus dapat menggali pengetahuan dan pengalaman siswa tunarungu.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa media pembelajaran untuk siswa tunarungu lebih baik menyesuaikan dengan karakteristik belajar mereka, yaitu gaya belajar visual. Oleh karena itu, media pembelajaran yang baik untuk mereka adalah media yang bersifat riil/nyata, memiliki warna yang menarik, mampu menggali kemampuan mereka, dan cocok dengan kemampuan mereka.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa para siswa tunarungu membutuhkan media yang mampu menunjang pembelajaran mereka. Mereka memiliki keterbatasan selain pada pendengaran juga pada kesulitan mereka dalam menyusun kalimat yang baik dan benar. Keterbatasan tersebut menjadi tolok ukur untuk menciptakan media pembelajaran yang mampu mengatasi keterbatasan itu. Media pembelajaran yang riil/nyata, menarik, dan mampu menggali kemampuan mereka menjadi media pembelajaran yang diharapkan oleh SMPLB Dena-Upakara Wonosobo.

Pengembangan produk berupa “Scrabble” bahasa Indonesia untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia menjadi alternatif media pembelajaran yang membantu mereka dari segi visual. Produk ini dibuat berdasarkan kriteria yang cocok untuk pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa tunarungu. “Scrabble” bahasa Indonesia dibuat dengan desain yang menarik sehingga media tersebut diharapkan mampu untuk mengatasi keterbatasan para siswa tunarungu dalam belajar bahasa Indonesia. Alasan memilih untuk mengembangkan media “Scrabble” didasarkan pada data analisis kebutuhan. Pertama, keterbatasan siswa tunarungu kelas VIII menjadi alasan pertama bahwa pengembangan media “Scrabble” sungguh tepat digunakan untuk kebutuhan para siswa tunarungu kelas VIII. Kedua, harapan untuk menciptakan media yang membantu karakteristik gaya belajar siswa tunarungu kelas VIII, yaitu gaya belajar visual.

Dokumen terkait