• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA DAN ANALISIS Statistik Deskriptif

Dalam dokumen T1 232009031 Full text (Halaman 28-35)

Berikut ini merupakan perkembangan opini laporan keuangan pemerintah daerah yang diberikan oleh BPK kepada Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2011.

Tabel 2

PERKEMBANGAN OPINI LKPD PROVINSI JAWA TENGAH THN 2008-2011

LKPD WTP % WDP % TW % TMP % JUMLAH

2008 0 0 35 97.2 0 0 1 2.8 36 2009 0 0 36 100 0 0 0 0 36 2010 2 5.6 34 94.4 0 0 0 0 36 2011 8 22.2 28 77.8 0 0 0 0 36

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 3

PERKEMBANGAN OPINI LKPD

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA THN 2008-2011

LKPD WTP % WDP % TW % TMP % JUMLAH

2008 0 0 6 100 0 0 0 0.0 6 2009 1 16.7 5 83.3 0 0 0 0 6 2010 2 33.3 4 66.7 0 0 0 0 6 2011 3 50 3 50 0 0 0 0 6

Sumber : Data diolah, 2013

Keterangan :

WTP = Wajar Tanpa Pengecualian WDP = Wajar Dengan Pengecualian TW = Tidak Wajar

Berdasarkan hasil olah pada tabel 2 dan tabel 3 dapat dilihat bahwa opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh BPK kepada Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DIY mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (2008-2011). Namun yang jelas nampak dari tabel tersebut, adalah besarnya perkembangan opini Wajar Tanpa Pengecualian yang terjadi pada Provinsi DIY. Hal tersebut diduga terkait dengan sedikitnya jumlah kabupaten/kota yang terdapat pada Provinsi DIY sehingga memberikan kemudahan dalam memantau dan mengontrol pemkab/pemkot.

Tabel 4

Kondisi Kualitas Pelaporan Keuangan Case Processing Summary

N Marginal Percentage Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1 16 10.00% 2 143 89.40% 3 1 0.60% Valid 160 100.00% Missing 0 Total 160

Sumber : Data diolah, 2013

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 160 laporan keuangan pemerintah daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang diberikan rekomendasi dalam LHP BPK sebanyak 10% atau 16 kabupaten/kota mengalami peningkatan kualitas/ kualitas membaik (Lampiran 14), sebesar 89,40% atau 143 pemda tidak mengalami perubahan yang berarti/kualitas sama (Lampiran 16, 17, 18, 19), dan sisanya sebanyak 0,6% atau 1 pemda mengalami penurunan kualitas (kualitas buruk).

Dari 16 laporan keuangan yang mengalami peningkatan opini (kualitas membaik), sebanyak 75% atau 12 pemkab/pemkot berada di Jawa Tengah dan 25% atau 4 pemkab/pemkot berada di DIY. Itu berarti sebanyak 8,33% laporan keungan di

Provinsi Jawa Tengah yang mengalami kualitas membaik dan 16,67% di Provinsi DIY.

Pemerintahan kabupaten/kota yang mengalami penurunan kualitas adalah Kabupaten Banyumas, dimana pada tahun 2007 BPK mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) namun di tahun 2008 Tidak Diberikan Pendapat ( Disclaimer Opinion ). Disclaimer opini tahun 2008 diberikan karena keterbatasan informasi atas transaksi dan catatan yang sebenarnya dari SKPD –SKPD sehingga BPK tidak dapat menerapkan prosedur audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan. Selain itu lingkup pemeriksaan tidak cukup memungkinkan BPK memberikan pendapat. Hasil audit yang dilakukan BPK pada Tahun Anggaran 2008 menunjukkan kelemahan-kelemahan yang signifikan dan berdampak material terhadap laporan keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan dan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Pencatatan dan penghapusan piutang daerah belum didukung dengan data yang memadai.

3. Penyajian aset tetap belum mencerminkan nilai aset tetap yang sebenarnya dan belum didukung dengan data yang memadai.

4. Sistem pencatatan persediaan tidak berjalan dan saldo dalam neraca daerah tidak dapat diyakini kewajarannya.

5. Penatausahaan dan pengelolaan belanja daerah Kabupaten Banyumas belum sesuai ketentuan.

Pada Kabupaten Banyumas dapat dilihat bahwa kabupaten ini menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada tahun 2007 BPK mengeluarkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) namun di tahun 2008 Tidak Diberikan Pendapat ( Disclaimer Opinion ), di tahun 2009 BPK kembali mengeluarkan opininya menjadi Wajar

Dengan Pengecualian (WDP) dan di tahun 2011 opini yang diberikan Wajar Tanpa Pengecualian.

Analisis Model

Memilih Model Link Function Logit

Untuk menguji apakah asumsi bahwa semua kategori memiliki parameter yang sama atau tidak, maka digunakan uji test of parallel lines (Ghozali, 2009). Model link function dikatakan sesuai jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Berdasarkan tabel 3, nilai signifikansi pada tahun 2008 yang diperoleh sebesar 0.002. Nilai signifikansi tidak sesuai karena (p<0.1) ini menyatakan bahwa model link function tidak sesuai. Tidak berbeda pula dengan hasil nilai signifikansi yang diperoleh pada tahun 2009, 2010, 2011 dan secara keseluruhan (tahun 2008-2011) yang menunjukkan angka perolehan sebesar 0.000. Nilai signifikansi tidak sesuai karena (p<0.1) ini menyatakan bahwa model link function tidak sesuai.

Tabel 5 Test of Parallel Lines

Variabel Model -2 Log Likelihood Sig.

2008 2009 2010 2011 2008-2011 2008 2009 2010 2011 2008-2011 Prosentase Tingkat Penyelesaian Null Hypothesis 26.905 2.125 19.250 33.629 98.191 General 16.943 2.125 19.250 33.629 66.248 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000

Sumber : Data diolah, 2013

Menilai Keseluruhan Model

Langkah yang dilakukan pertama kali adalah menilai model fitting

information. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L

dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Adanya penurunan nilai -2LogL awal dengan nilai -2LogL langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,

2006). Pseudo R-Square digunakan untuk menjelaskan variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat variabilitas tersebut ditunjukkan oleh besarnya nilai McFadden (Ghozali, 2009).

Tabel 6

Model Fitting Information

Variabel Model -2 Log Likelihood Sig.

2008 2009 2010 2011 2008-2011 2008 2009 2010 2011 2008-2011 Prosentase Tingkat Penyelesaian Intercept Only 30.987 11.276 21.311 35.712 98.291 Final 26.905 2.125 19.25 33.629 98.191 0.043 0.002 0.151 0.149 0.751 Tabel 7 Pseudo R-Square Variabel Nilai Mc. Fadden 2008 2009 2010 2011 2008-2011 Prosentase Tingkat Penyelesaian 0.116 0.576 0.097 0.056 0.001

Sumber : Data diolah, 2013

Hasil pada tabel 6 dimana hasil uji dilihat pada tahun 2008-2011 (secara keseluruhan) diperoleh bahwa terdapat penurunan nilai sebesar 0.101 dan tidak signifikan pada 0.751 yang berarti model dengan memasukkan variabel independen tidak lebih baik dibandingkan hanya model dengan intercept saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa model tidak fit. Hasil pada tabel 7 yang dilihat pada hasil uji secara keseluruhan (2008-2011) menunjukkan bahwa sebesar 0.1% peringkat kualitas pelaporan keuangan dapat dijelaskan oleh variasi variabel prosentase tingkat penyelesaian.

Pengujian Hipotesis Tabel 8

Estimasi Parameter Variabel Prosentase Tingkat Penyelesaian Estimasi Arah Arah Hasil Regresi Sig. Prosentase Tingkat Pnyelesaian 0.004 0.102 0.749

Sumber : Data diolah, 2013

Hasil pengujian analisis regresi ordinal pada tabel 8 menunjukkan bahwa variabel prosentase tingkat penyelesaian memiliki nilai signifikansi sebesar 0.749 (p>0.05), sehingga variabel prosentase tingkat penyelesaian bernilai tidak signifikan.

PEMBAHASAN

Hasil pengujian membuktikan bahwa H1 ditolak. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat penyelesaian rekomendasi dari BPK terhadap kualitas pelaporan keuangan di pemda.Berdasarkan hasil pengolahan data, ketidaksignifikan data disebabkan karena adanya opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh BPK dimana opini tersebut paling baik diberikan dibandingkan dengan opini lainnya. Hal ini dapat berdampak pada tidak bergeraknya opini atau kualitas sama pada pemkab/pemkot yang dari tahun ke tahun memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Tidak hanya itu, ketidaksignifikan data juga disebabkan oleh opini Wajar Dengan Pengecualian yang diberikan dari auditor BPK kepada instansi pemerintah daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 89,4%. Opini Wajar Dengan Pengecualian diberikan apabila auditor menaruh keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara keseluruhan adalah wajar tanpa kecuali

untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu yang menyebabkan kualifikasi pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak wajar).Wajar Dengan Pengecualian yang diberikan terkait dengan perolehan aset tetap. Berdasarkan data yang ada, menyebutkan bahwa permasalahan aset tetap yang terjadi pada pemkab/pemkot terkait karena pencatatan yang tidak memadai, penyajian aset tetap belum didukung pengendalian atas pencatatan yang lengkap dan akurat dan saldo aset tetap pada neraca yang tidak dapat diyakini kewajarannya.

Permasalahan aset tetap masih menjadi perhatian yang serius karena nilanya sangat penting bagi pelayanan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan akuntabilitas aset tetap, penyajiannya dalam laporan keuangan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Maslani, 2008).

Meskipun beberapa permasalahan telah terinventarisir, tampaknya masalah aset tetap akan terus berkembang sesuai dengan kondisi dilapangan, terutama untuk pemda hasil pemekaran yang memperoleh aset tetap dari pemda induk, tetapi bukti kepemilikan atau asetnya hilang. Tidak hanya itu, permasalahan yang sering dijumpai pada pemda terkait aset tetap adalah pemda tidak melakukan kapitalisasi terhadap biaya-biaya yang sebenarnya menambah harga perolehan aset tetap. Hal ini terkait kesalahan penganggaran seperti belanja yang seharusnya dianggarkan pada belanja modal tapi dianggarkan pada belanja barang dan jasa atau belanja pegawai. Selain itu, penilaian aset tetap, pengungkapan nilai aset tetap tidak lengkap dan memadai,yaitu aset tetap tidak didukung rincian aset, pengklasifikasian aset tetap tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Masih sering dijumpainya pengamanan aset tetap yang tidak memadai baik secara fisik maupun secara administrasi termasuk di antaranya masalah bukti kepemilikan dan juga masih banyaknya aset tetap pada sekolah-sekolah banyak yang belum tercatat (Maslani, 2008)

PENUTUP

Dalam dokumen T1 232009031 Full text (Halaman 28-35)

Dokumen terkait