• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Data Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan orang tua, pernah atau tidak nya berkomunikasi dengan orang terdekat mengenai abortus seperti dengan anggota keluarga, teman sebaya maupun guru serta keterpaparan media massa sebagai sumber informasi diduga merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.

Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku. Dalam penelitian ini, hanya dipaparkan mengenai sebaran karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)

16 17 18 22 62 22 20,8 58,5 20,8 Total 106 100,0

Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran umur dari 106 responden. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 62 responden (58,5% ) berumur 17 tahun, 22 responden (20,8%) berumur 16 tahun, dan 22 responden (20,8%) berumur 18 tahun. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bervariasi. Umumnya pada usia muda lebih mudah menerima suatu informasi sebagai penambah pengetahuan.22

mencoba hal baru tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk itu para remaja perlu mendapatkan pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya.23

Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 31 75 29,2 70,8 Total 106 100,0

Tabel 4.2. memperlihatkan sebaran jenis kelamin responden. Dalam penelitian ini, diketahui sebanyak 75 responden (70,8%) adalah perempuan dan 31 responden (29,2%) adalah laki-laki. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Suku budaya

Suku Jumlah Persentase (%)

Sunda Jawa Batak 94 10 2 88,7 9,4 1,9 Total 106 100,0

Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran suku responden. Diketahui sebanyak 94 responden (88,7%) adalah berasal dari suku Sunda, 10 responden (9,4%) berasal dari suku Jawa dan 2 responden (1,9%) berasal dari suku Batak. Tidak ada responden yang berasal dari suku selain yang disebutkan diatas. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku budaya, nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan menjadi acuan sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk individual yang tidak terlepas dari kaitannya pada kehidupan masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas, sehingga baik pelestarian maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang bermantra individual, sosial dan cultural sekaligus. Sejalan dengan pengertian tersebut maka tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh kebudayaan yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.24

Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah Tingkat

pendidikan Jumlah Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi 36 52 18 34,0 49,1 17,0 Total 106 100,0

Tabel 4.4. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ayah responden. Diketahui sebanyak 52 ayah responden (49,1%) memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU dan yang sederajat), 36 ayah responden (34,0%) memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 18 ayah responden (17,0%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat perguruan tinggi). Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

Rendah Sedang Tinggi 48 50 8 45,3 47,2 7,5 Total 106 100,0

Tabel 4.5. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ibu responden. Diketahui sebanyak 50 ibu responden (47,2%) memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat/ tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat/ tidak tamat SMU dan yang sederajat), 48 ibu responden (45,3%) memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak pernah sekolah, tamat/ tidak tamat SD dan yang sederajat) dan 8 ibu responden (7,5%) memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat/ tidak tamat perguruan tinggi). Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Dari data di atas, didapatkan hanya 17% untuk variabel pendidikan ayah yang mempunyai pendidikan tinggi sedangkan untuk variabel pendidikan ibu hanya 7,5% saja dari keseluruhan data responden. Seseorang dengan pendidikan tinggi (dalam hal ini adalah pendidikan orang tua) diharapkan mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan

mempengaruhi orang disekitar terutama keluarga.24Karena itu, diharapkan dengan semakin tinggi nya pendidikan orang tua akah meningkatkan kualitas pengetahuan, sikap dan perilaku remaja.

Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Komunikasi Dalam Lingkungan

Partner Komunikasi Jawaban

Jumlah Persentase (%)

Anggota keluarga PernahTidak 1024 96,23,8

Total 106 100,0

Guru PernahTidak 1393 12,387,7

Total 106 100,0

Teman sebaya Pernah

Tidak 49 57 46,2 53,8 Total 106 100,0

Tabel 4.6. memperlihatkan sebaran komunikasi/diskusi responden tentang aborsi dengan anggota keluarga, guru maupun teman sebaya. Diketahui komunikasi/diskusi tersering dilakukan dengan teman sebaya yang dinyatakan oleh 49 responden (46,2%), 13 responden (12,3%) dengan guru, dan 4 responden (3,8%) dengan anggota keluarga. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.

Dari data di atas didapatkan hanya 3,8% dari responden yang pernah berkomunikasi mengenai aborsi dengan anggota keluarganya. Hal ini menunjukkan kurang nya peranan orang tua, padahal dalam penelitian Jamaludin (2001) menyatakan bahwa kendala orang tua untuk membicarakam masalah reproduksi ialah orang tua sering mengeluh harus memulai darimana bahwa ada rasa malu, canggung dan sungkan karena merupakan suatu sifat yang sangat pribadi. Untuk komunikasi dengan guru hanya 12,3% responden yang menjawab pernah, sedangkan untuk komunikasi dengan teman sebaya cukup banyak yang menjawab pernah yaitu 46,2% dari seluruh responden. Ketiga hal ini saling berkaitan menyangkut interaksi dalam keseharian remaja. Sesuai dengan penelitian Suarta (2002) yaitu lemahnya kerjasama antar sektor menjadi hambatan bagi pendidikan kesehatan reproduksi.26

Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Massa Sebagai Sumber Informasi tentang Aborsi

Sumber Informasi Jawaban

Jumlah Persentase (%)Koran YaTidak 3769 34,965,1 Total 106 100,0Majalah YaTidak 2284 20,879,2 Total 106 100,0Buku YaTidak 2185 19,880,2 Total 106 100,0Televisi YaTidak 7729 72,627,4 Total 106 100,0Radio YaTidak 979 91,58,5 Total 106 100,0Internet YaTidak 1987 17,982,1 Total 106 100,0

Tabel 4.7. memperlihatkan sebaran keterpaparan media massa sebagai sumber informasi yang didapatkan responden tentang aborsi. Diketahui sumber informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang dinyatakan oleh 77 responden (72,6%), 37 responden (34,9%) dari koran, 22 responden (20,8%) dari majalah, 21 responden (19,8%) dari buku, 19 responden (17,9%) dari internet, 9 responden (8,5%) mendapatkan sumber informasi dari radio. Dalam penelitian ini, setiap responden boleh memilih lebih dari satu sumber informasi yang mereka dapatkan tentang aborsi.

Dari data diatas, media massa yang lebih banyak ditemukan responden sebagai sumber informasi adalah televisi yaitu sebanyak 72,6%. Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.24

identitas negatif seperti harapan-harapan bagi pendidikan yang rendah, komitmen yang rendah, prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal, pengaruh teman sebaya yang tidak dapat ditolak dan mempunyai pengaruh yang berat, kurangnya pemantauan, dukungan, dan disiplin yang tidak efektif dari orang tua, serta kualitas lingkungan dengan tingginya kejahatan. Serta tidak kalah pentingnya, yaitu kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat serta anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami mereka, menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks disembunyikan. Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan teman-teman yang samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan dalih kemandirian.20

Dokumen terkait