• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin Tabel 2.19

PDRB Per Kapita Kota Magelang Tahun 2010-2013 dan Prediksi Tahun 2014-2015 (menggunakan tahun dasar 2010)

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014** 2015

Jumlah Penduduk pada tengah tahun (jiwa)

118.443 119.210 119.647 120.158 120.615 120.952

PDRB Per Kapita atas dasar Harga Berlaku (Rp/kapita/tahun)

33.926.459,42 37.641.932,95 41.086.815,37 44.732.069,37 49.023.243,20 43.216.359,11

Pertumbuhan adhb (%) 10,95 9,15 8,87 9,59 8,55

PDRB Per Kapita atas dasar Harga Konstan (Rp/kapita/tahun)

33.926.459,42 35.880.665,48 37.695.912,71 39.712.625,31 41.329.337,22 43.020.847,03

Pertumbuhan adhk (%) 5.76 5.06 5.35 4.07 4.09

Sumber :Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang, 2016

Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara **Angka prediksi derivative

Berdasarkan data resmi BPS Kota Magelang, PDRB per kapita dari 120.615 jiwa penduduk pertengahan tahun di Kota Magelang pada tahun 2014 mencapai Rp. 4.085.270,- per bulan atas dasar harga berlaku dan Rp. 3.444.111,- per bulan atas dasar harga konstan. Angka ini tumbuh 9,59% dan secara riil tumbuh 4,07%.Dengan prediksi pertumbuhan penduduk tengah tahun Kota Magelang sebesar 120.952 jiwa (deviasi 0,04%) dan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 dipredikasi sebesar 5,1% (deviasi -/+ 0.14%) diperoleh PDRB per kapita tahun 2015 sebesar 4,43 juta rupiah per bulan (tumbuh 8.55 % atas dasar harga berlaku).

Sedangkan penduduk Kota Magelang yang masuk kategori miskin sebanyak 54.156 jiwa yang tersebar merata di seluruh kecamatan yang ada di Kota Magelang dengan jumlah tertinggi di Kecamatan Magelang Selatan sebanyak 6.049 Jiwa dan terendah di Kecamatan Magelang Utara sebanyak 3.134 jiwa. Untuk jumlah rumah tangga miskin tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.20

Jumlah Rumah Tangga Miskin tiap Kecamatan

No. Kelurahan Jiwa

yang ada Jiwa Miskin Jiwa Sangat Miskin Jml Jiwa Miskin % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

No. Kelurahan Jiwa yang ada Jiwa Miskin Jiwa Sangat Miskin Jml Jiwa Miskin % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2 Jurangombo Utara 4.194 599 8 607 14,47% 3 Magersari 8.521 992 420 1.412 16,57% 4 Rejowinangun Selatan 8.924 1.288 631 1.919 21,50% 5 Tidar Selatan 5607 522 127 649 11,57% 6 Tidar Utara 8189 294 628 922 11,26% B Magelang Tengah 48.925 4.55 1.481 6.031 12,33% 1 Kemirirejo 6.202 729 55 784 12,64% 2 Cacaban 8.074 1.199 212 1.411 17,48% 3 Magelang 7.876 876 43 919 11,67% 4 Panjang 6.695 456 13 469 7,01% 5 Gelangan 7.922 348 644 992 12,52% 6 Rejowinangun Utara 12.156 942 514 1.456 11,98% C Magelang Utara 37.287 2.258 876 3.134 8,41% 1 Potrobangsan 8.783 490 92 582 6,63% 2 W ates 8.816 618 354 972 11,03% 3 Kedungsari 7.237 261 1 262 3,62% 4 Kramat Selatan 7.841 769 429 1.198 15,28% 5 Kramat Utara 4.61 120 - 120 2,60% Jumlah 128.197 10.999 4.215 15.214 11,87 %

Sumber : PBDT Kota Magelang 2015.

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis

2.4.3.1 Gambaran Topografi

Secara topografi dan fisiografis, Kota Magelang merupakan wilayah dataran yang di kelilingi oleh Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro dan Sumbing, Pegunungan Gianti, Menoreh, Andong dan Telomoyo. Kota Magelang termasuk dataran rendah dengan sudut kemiringan relatif bervariasi. Morfologi pendataran antar gunung api, medannya landai, berelief sedang-halus. Dilihat dari ketinggiannya, Kota Magelang berada di ketinggian antara 375–500 mdpl dengan titik ketinggian tertinggi pada Gunung Tidar yaitu 503 mdpl, dan keberadaannya selain sebagai kawasan lindung juga berfungsi sebagai paru-paru kota yang menjadikan iklim Kota Magelang selalu berhawa sejuk dan sebagai daerah hijau kota (paru-paru kota). Keberadaan Gunung Tidar yang merupakan hutan lindung dengan kemiringan hingga 30–40% ini berada di sebelah timur kompleks AKMIL.

Kemiringan yang terjal berada di bagian barat (sepanjang Sungai Progo) dan di sebelah timur (di sekitar Sungai Elo) sampai dengan kemiringan 15-30%. Di sekitar daerah timur kompleks AKMIL ke Utara hingga daerah di sekitar RSJ Magelang, dengan kemiringan 2–5%. Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri. Dengan

kondisi fisik tersebut, kecenderungan pertumbuhan alamiah Kota Magelang adalah ke arah utara dan selatan dengan dominasi area terbangun di daerah yang mempunyai topografi relatif datar.

Dengan kondisi topografi tersebut, maka kawasan permukiman pada umumnya berlokasi di daerah yang relatif datar, tetapi dengan kondisi luas lahan yang terbatas ada kemungkinan arah pengembangan pemukiman ke daerah-daerahyang bertopografi dan kolektor kontur tajam mengingat terbatasnya wilayah Kota Magelang sementara kebutuhan masyarakat terhadap permukiman semakin hari semakin meningkat. Hal ini yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah khususnya akan bahaya longsor pada daerah permukiman yang dibangun pada daerah dengan topografi dan kontur yang tajam.

Gambar 2.5:

Gambar Peta Topografi Kota Magelang

2.4.3.2 Gambaran Geohidrologi

Kota Magelang merupakan kota dengan pasokan air melimpah. Sumber air di Kota Magelang dapat digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air permukaan merupakan air limbah dan air hujan. Potensi air hujan perlu dilestarikan dengan membuat sumur resapan. Sedangkan potensi air tanahnya juga tergantung pada pelestarian pemanfaatan air permukaan yaitu air hujan. Air tanah di Kota Magelang kurang menguntungkan jika dikembangkan mengingat air tanah yang ada mayoritas cukup dalam dengan aquifer yang dangkal, sehingga sulit untuk dikembangkan (dipompa).

Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini banyak bergantung pada sumber-sumber air yang ada di Kota Magelang, sedangkan satu-satunya mata air yang berada di Kota Magelang adalah Mata Air Tuk Pecah. Di Kota Magelang juga terdapat 2 (dua) saluran air yaitu: (i) Kali Bening (Kali Kota), dan (ii) Kali Progo Manggis. Saluran tersebut berfungsi sebagai saluran irigasi teknis dan juga dapat berfungsi sebagai saluran irigasi serta sumber air untuk menyirami taman-taman kota, maka potensi tersebut merupakan penunjang untuk mencapai kebersihan dan keindahan kota.

Berdasarkan data pemakaian air minum pada tahun 2015 sebesar 7.434.942 m3 dan perkiraan kebutuhan air bersih perorangan adalah sebesar 60 liter/hari, dengan jumlah penduduk Kota Magelang pada tahun 2015maka air yang tersedia masih mencukupi kebutuhan, walaupun masih mengandalkan sumber air yang berasal dari Kota Magelang. Ketersediaan air dirasa masih mencukupi selama tidak ada faktor lain yang mempengaruhi distribusi seperti kebocoran pipa distribusi.

2.4.3.3 Gambaran Geologi

Kondisi geologi Kota Magelang tidak bisa dilepaskan dari keberadaannya di tengah wilayah Kota Magelang, dimana secara umum wilayah tersebut tersusun dari 4 formasi batuan, yaitu batuan sedimen (berupa formasi andesit tua yang terdiri dari breksi, andesit, tufa, tufa lapili, anglomerat dan lava andesit), batuan gunung api (berupa material yang dihasilkan gunung api yang terdiri dari breaksi piroklastik, lelehan lava, batuan pasir tufaan dan lahar), batuan beku trobosan (berupa andesit dan desit) serta batuan endapan alluvial (berupa material lepas terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau, lumpur dan lempung disepanjang tepian sungai-sungai besar seperti sungai Progo dan Elo). Dalam klasifikasi tersebut, formasi batuan di Kota Magelang termasuk batuan gunung api, sehingga litologi yang menempati Kota Magelang sebagian besar

Potensi kandungan tanah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan konglomerat hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan kwarter. Hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan kwarter. Sifat batuan pasir dan breksi/ konglomerat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta penurunan terhadap beban kecil, mendekati nol (0). Daya dukung terhadap bangunan berkisar antara 5kg/ cm2 – 19 kg/ cm2. Ditinjau dari satuan morfologi, pendataran alluvium tersebar sampai di bagian selatan dan tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo. Tersusun oleh batuan hasil rombakan batuan yang lebih tua, yang bersifat lepas. Umumnya berada pada ketinggian antara 250 – 350 m, berelief halus dengan kemiringan sebesar 3-8 %. Daerah ini dialiri oleh Sungai Progo dan Sungai Elo yang mengalir dengan pola Sum Meander. Apabila ditinjau dari segi Litologi Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan konglomerat.

Dilihat dari kondisi geologi Kota Magelang maka faktor kelerengan yang cukup curam di sekitar Sungai Progo dan Sungai Elo harus diperthatikan. Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai pengaturanpembuangan limbah agar tidak mencemari lingkungan mengingat porositas tanah yang cukup tinggi. Kewaspadaan pada resiko bencana terutama di daerah bantaran sungai dengan kelerengan curam adalah tanah longsormengingat sebagian besar tanah berupa batuan pasir dan breksi/konglomerat yang memiliki kelulusan air yang tinggi.

2.4.3.4 Gambaran Klimatologi

Kota Magelang mempunyai temperatur maksimum 32˚C dan terendah 20˚C, dengan kelembaban sekitar 88,8%, dengan kondisi yang demikian maka Kota Magelang termasuk wilayah beriklim sejuk. Berdasarkan data iklim diketahui rata-rata curah hujan bulanan di kawasan berkisar antara 234 mm dan termasuk dalam kategori Bulan Basah (>200 mm per bulan) sepanjang tahun. Rata-rata curah hujan harian (7.10 mm) memungkinkan ketersediaan air untuk tanaman tercukupi.

Tabel 2.21

Rata-Rata Curah Hujan Per Hari Kota Magelang (mm)

Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 01. Januari 24,31 9,07 20,90 22.58 19,04 16,61 16,92 02. Februari 21,10 27,95 20,89 23,44 18,63 22,05 27,76 03. Maret 29,33 12,74 34,10 24,69 22,00 19,21 22,09 04. April 32,65 16,05 16,05 20,28 15,74 23,47 22,50 05. Mei 23,94 11,71 24,00 11,89 17,94 17,77 6,63 06. Juni 10,13 12,75 21,50 20,40 10,44 8,25 44,67 07. Juli 0,00 18,23 40,00 10,00 17,00 13,57 0.00 08. Agustus 0,00 12,18 0,00 0,00 0.00 5,40 0,00 09. September 0.00 9,77 0,00 0,00 2.00 2.33 0,00 10. Oktober 7,11 16,91 16,11 16,80 20.44 16.91 0,00 11. November 10,78 5,37 12,43 20,42 13,00 12,56 12,87 12. Desember 14,47 6,67 28,17 17,70 14,25 23,12 28,55 Jumlah 173,82 159,41 234,15 188,20 170,48 170,59 181,99 Rata-rata 14,49 13,28 19,51 15,68 14,21 15,10 21,74

Sumber: Kota Magelang dalam Angka, 2017

Dokumen terkait