• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan sawah. pembajakan kedua dilakukan 3-5 hari menjelang tanam. Permukaan tanah sawah diratakan, dan gumpalan tanah dihancurkan dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang merata.

B. Tahapan Budidaya

1. Persiapan lahan persemaian

Lahan persemaian dipersiapkan dengan luas 20 m2 (4 m x 5 m). Untuk setiap m2

sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.

bedengan dicampur dengan 2 kg bahan organik (kompos, pupuk kandang, serbuk gergaji, abu sekam padi atau campuran berbagai bahan organik tersebut). Penambahan bahan organik memudahkan pencabutan bibit padi

2. Persemaian

Benih direndam di dalam air yang berjalan selama 24 jam diikuti dengan inkubasi selama 48 jam sebelum ditabur dipersemaian. Benih yang mulai berkecambah ditabur secara merata diatas permukaan tanah dan disiram setiap hari hingga bibit dapat dipindahkan.

3. Penanaman

Setelah bibit berumur 21 hari dilakukan transplanting bibit tanaman ke lahan sawah sebanyak 3 tanaman per lobang. Sistem tanam yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo bershap 2 dengan jarak tanam (25 cm x 12,5 cm) x 50 cm.

4. Pengelolaan air

Pengelolaan air dilakukan dengan sistem irigasi terputus (intermitten irrigation). Setelah bibit ditanam (kondisi jenuh air), sawah baru digenangi kembali setelah 3 hari. Selanjutnya dilakukan pergiliran air dengan selang waktu 3 hari dengan tinggi genangan sekitar 3 cm. Cara ini dipertahankan terus sampai tanaman padi mencapai fase anakan maksimal. Sawah selanjutnya digenangi terus mulai dari fase pembentukan malai hingga pengisian biji. Sawah baru dikeringkan kembali sekitar 10-15 sebelum panen. 5. Penyiangan dan penyulaman

Penyiangan dilakukan dua kali yaitu: (1) penyiangan pertama umur 3 minggu setelah tanam, dan (2) penyiangan kedua umur 6 minggu setelah tanam. Penyiangan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (1) dicabut dengan tangan, kemudian dipendan dalam tanah, (2) menggunakan alat siang (gasrok), dan (3) menggunakan herbisida. Apabila ada tanaman yang mati, diadakan penyulaman (umur 1-2 minggu) dengan cara: (1) menggunakan bibit dari persemaian dengan umur bibit yang sama, dan (2) dengan menyapih tanaman yang sudah tumbuh.

6. Pengelolaan hara

Penggunaan pupuk anorganik digunakan secara merata pada semua plot percobaan. Pupuk anorganik yang digunakan adalah Urea (300 kg/ha), SP-36 (100 kg/ha) dan KCl (100 kg/ha). Pupuk diberikan pada umur 7-10 HST, 21 HST dan 42 HST. Pada 7-10 HST diberikan sebanyak 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50kg KCL per ha; Pada 21 HST diberikan sebanyak 75 kg Urea per

hektar dan pada 42 HST diberikan 75 kg Urea dan 50 kg KCl per ha. Pupuk cair Golden Plant diaplikasi sebanyak dua kali bersamaan dengan penggunaan pestisida, yaitu pada saat 21 dan 42 HST.

Parameter Pengamatan A. Parameter Tanah

1. Analisa awal

• Pengukuran pH, C-organik, KB dan KTK tanah asal bekas tambang

• Pengukuran pH, C-organik, KB dan KTK bahan tanah subsoil

• Pengukuran C-organik, N, P, dan K jerami padi dan pupuk kandang kambing

2. Setelah Panen, yaitu pengukuran C-organik

B. Parameter Tanaman 1. Tinggi Tanaman

Diukur mulai dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan mulai dari tanaman berumur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam (MST).

2. Jumlah Anakan

Diukur dengan menghitung jumlah anakan yang muncul pada umur 2, 4 dan 6 MST.

3. Luas Daun

sampel destruktif pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST. 4. Bobot Kering Tanaman, Jerami dan Akar

Sebanyak 5 tanaman sampel destruktif dicabut sampai akarnya. Kemudian dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 650

5. Laju Tumbuh Relatif (LTR)

C. Hasilnya ditimbang setelah didapati bobot tanaman konstan. Pengukuran bobot kering sampel destruktif dilakukan pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST.

Laju tumbuh relative (LTR) atau Relative Growth Rate (RGR) ditentukan dengan menggunakan rumus:

LTR = (LnW2-LnW (T

1 2-T1) Dimana:

W1 Bobot kering tanaman pada waktu T =

W

1

2 Bobot kering tanaman pada waktu T =

T =

2

Waktu (minggu)

Pengukuran laju LTR dilakukan pada 5 tanaman sampel destruktif pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST.

6. Laju Asimilasi Bersih (LAB)

Laju Asimilasi Bersih (LAB) dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu.Nilai LAB dihitung dengan rumus:

LAB = (W2-W1) . (LnA2-

(T2-T1) (A1-A2) Dimana:

W1 Bobot kering tanaman pada waktu T =

W

1

2 Bobot kering tanaman pada waktu T =

A

2

1 = Luas daun pada waktu T A

1 2 = Luas daun pada waktu T T =

2 Waktu (minggu)

Pengukuran laju LAB dilakukan pada 5 tanaman sampel destruktif pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST.

7. Pengukuran Serapan hara N, P dan K

Serapan hara diukur pada akhir pertumbuhan vegetatif tanaman (8 MST) dengan menganalisa jaringan daun tanaman sampel untuk mengukur kandungan N, P dan K. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl untuk N; Spektrofotometri untuk P; dan Atomic Absorbtion Spectrofotometer untuk K.

8. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif ditentukan dari setiap rumpun anakan tanaman sampel yang memiliki malai dalam setiap plot. Penghitungan dilakukan pada umur panen 120 hari.

9. Produksi per plot

Produksi per plot dihitung dari rata-rata bobot gabah 10 tanaman sampel pada umur panen 120 hari di kali jumlah tanaman per plot.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1. Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman padi pada pengamatan 2,4,6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 sampai 6. Dari hasil sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan penimbunan bahan tanah mineral (T) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST. Perlakuan pupuk organik (O) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, dan 6 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 8 MST. Perlakuan dosis pupuk organik (D) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata pada 2 MST tapi tidak berpengaruh nyata pada 4, 6 dan 8 MST. Kombinasi pupuk organik dan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata pada semua waktu pengamatan. Sedang untuk kombinasi penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik nyata pada waktu pengamatan 2 MST tetapi tidak nyata pada waktu pengamatan 4, 6 dan 8 MST.

pada umur panen 120 hari di kali jumlah tanaman per plot.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

1. Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman padi pada pengamatan 2,4,6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 5 sampai 6. Dari hasil sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan penimbunan bahan tanah mineral (T) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST. Perlakuan pupuk organik (O) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, dan 6 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 8 MST. Perlakuan dosis pupuk organik (D) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6 dan 8 MST. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata pada 2 MST tapi tidak berpengaruh nyata pada 4, 6 dan 8 MST. Kombinasi pupuk organik dan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata pada semua waktu pengamatan. Sedang untuk kombinasi penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik nyata pada waktu pengamatan 2 MST tetapi tidak nyata pada waktu pengamatan 4, 6 dan 8 MST.

Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) pada Perlakuan Penimbuan Bahan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik Umur 2, 4, 6 dan 8 MST .

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST

………..…..…… cm ……….. bahan tanah mineral insitu

Penimbunan Bahan Tanah Mineral bahan tanah mineral subsoil

27,43 a 23,68 b 67,59 a 62,04 b 89,62 a 82,24 b 102,83 a 97,94 b

pupuk kandang kambing Pupuk Organik jerami padi 24,98 b 26,13 a 64,01 a 65,62 a 85,00 b 86,86 a 99,44 101,33 0 t.ha

Dosis Pupuk Organik 10 t.ha -1 20 t.ha -1 30 t.ha -1 -1 23,93 d 24,84 c 26,52 b 26,96 a 62,89 d 63,90 c 65,74 b 66,72 a 83,57 d 84,80 c 86,92 b 88,42 a 97,90 b 98,91 b 101,47 a 103,25 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi parameter tinggi tanaman perlakuan penimbunan bahan tanah mineral pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST adalah perlakuan penimbunan bahan tanah mineral insitu (T0). Rataan tertinggi parameter tinggi tanaman perlakuan pupuk organik pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST adalah pemberian jerami padi (O2). Demikian juga dengan perlakuan dosis 24

Hubungan taraf dosis pupuk organik terhadap peningkatan tinggi tanaman umur pengamatan 8 MST dapat dilihat pada Gambar 1.

pada setiap waktu pengamatan.

Gambar 1.Hubungan antara perlakuan taraf dosis pupuk organik dengan tinggi tanaman.

Dari Gambar 1 secara umum dapat dilihat bahwa hubungan antara perlakuan dosis pupuk organik dengan tinggi tanaman diperoleh kurva linear positif, hal ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat seiring bertambahnya dosis pupuk organik.

Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk tinggi tanaman akibat kombinasi perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada umur 8 MST dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Interaksi Penimbunan Bahan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik terhadap Tinggi Tanaman Padi (cm) Umur 8 MST.

Perlakuan Dosis Pupuk Organik

0 t.ha-1 10 t.ha-1 20 t.ha-1 30 t.ha-1 .………..….. cm ……..……….. T x O ŷ = 0,186x + 97,59 r= 0,99 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 0,00 10,00 20,00 30,00 Ti ng g i Ta na m a n 8 M S T ( cm )

Dosis Pupuk Organik (t.ha-1)

T0O1 99,50 99,69 103,57 105,13

T0O2 101,29 103,61 103,62 106,20

T1O1 94,32 95,35 97,99 99,98

T1O2 96,49 96,99 100,71 101,69

Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi penimbunan bahan tanah mineral, bahan organik dan dosis pupuk organik untuk parameter tinggi tanaman umur 8 MST didapat nilai yang selalu lebih tinggi pada taraf dosis pupuk organik D3(30 t.ha-1) dengan nilai tertinggi pada kombinasi T0O2D3 (penimbunan bahan tanah mineral insitu + jerami padi + dosis 30 t.ha-1

) yaitu 106,20 cm.

2. Jumlah Anakan

Data pengamatan jumlah anakan padi pada pengamatan 2, 4, dan 6 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai 8. Dari hasil sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan penimbunan bahan tanah mineral (T) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada umur 2, 4 dan 6 MST. Perlakuan pupuk organik (O) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan pada waktu pengamatan 2 dan 6 MST tetapi berpengaruh nyata pada waktu pengamatan 4 MST. Perlakuan dosis pupuk organik (D) berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada waktu pengamatan 2, 4 dan 6 MST. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata pada 2, 4 dan 6 MST. Kombinasi pupuk organik dan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata pada semua waktu pengamatan.

organik tidak berpengaruh nyata pada 2 dan 4 MST tetapi nyata pada waktu pengamatan 6 MST.

Rata-rata jumlah anakan pada perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada pengamatan 2, 4, dan 6 MST

terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Anakan pada Perlakuan Penimbunan BahanTanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik Umur Pengamatan 2, 4 dan 6 MST.

Perlakuan jumlah anakan / rumpun

2 MST 4 MST 6 MST

bahan tanah mineral insitu

Penimbunan Bahan Tanah Mineral bahan tanah mineral subsoil

11,36 a 10,52 b 21,51 a 19,78 b 24,13 a 22,24 b

pupuk kandang kambing Pupuk Organik jerami padi 10,97 10,91 20,28b 21,00a 22,93 23,44 0 t.ha

Dosis Pupuk Organik 10 t.ha -1 20 t.ha -1 30 t.ha -1 -1 9,97 c 10,43 c 11,23 b 12,12 a 19,08 d 19,95 c 21,22 b 22,32 a 21,22 d 22,20 c 24,00 b 25,33 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada pengamatan umur 2, 4, dan 6 MST perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dengan rataan tertinggi untuk parameter pengamatan jumlah anakan adalah perlakuan penimbunan bahan tanah mineral insitu (T0). Rataan tertinggi perlakuan pupuk organik untuk parameter jumlah anakan pada pengamatan umur 2, 4 dan 6 MST adalah jerami padi (O2). Demikian juga dengan perlakuan dosis pupuk organik, rataan tertinggi parameter

jumlah anakan terdapat pada D3 (dosis 30 t.ha-1

Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk jumlah anakan akibat kombinasi ) pada pengamatan umur 2, 4, dan 6 MST .

perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik pada umur 6 MST dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Interaksi Penimbunan Bahan Tanah Mineral dan Dosis Pupuk Organik terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi 6 MST.

Perlakuan Dosis Pupuk Organik

0 t.ha-1 10 t.ha-1 20 t.ha-1 30 t.ha-1 Penimbunan Bahan Tanah Mineral

T0 21,30 d 22,90 c 25,20 b 27,13 a

T1 21,13 d 21,50 d 22,80 c 23,53 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Pada pengamatan kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik umur 6 MST , jumlah anakan terbanyak dijumpai pada kombinasi penimbunan bahan tanah mineral insitu dan dosis pupuk organik 30 t.ha-1 yaitu 27,13 anakan/rumpun sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi penimbunan bahan tanah mineral subsoil dan dosis 0 t.ha-1

Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk jumlah anakan akibat kombinasi perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada umur 6 MST dapat dilihat pada Tabel 7.

yaitu 21,13 anakan/rumpun.

Tabel 7. Pengaruh Interaksi Penimbunan Bahan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi Umur 6 MST.

Perlakuan Dosis Pupuk Organik

0 t.ha-1 10 t.ha-1 20 t.ha-1 30 t.ha-1

T0O1 21,80 efg 22,67 def 24,20 c 26,20 b

T0O2 20,80 g 23,13 cde 26,20 b 28,07 a

T1O1 20,80 g 21,07 g 23,20 cde 23,53 cd

T1O2 21,47 fg 21,93 efg 22,40 def 23,53 cd

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada kombinasi T0O1, T0O2 dan D1O2 didapat jumlah anakan yang lebih banyak pada setiap dosis bahan organik 30 t.ha- 1

dimana

kombinasi T0O2D3

/rumpun. Jumlah anakan paling sedikit didapat pada kombinasi T

memiliki jumlah anakan terbanyak yaitu 28,07 anakan 0O2D0 dan T1O1D0 yaitu 20,80 anakan/rumpun.

3. Luas Daun (cm2

Data pengamatan luas daun pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai 10. Dari hasil sidik ragam tersebut diketahui bahwa perlakuan penimbunan bahan tanah mineral (T) berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun pada umur 2, 4 dan 8 MST dan berpengaruh nyata pada 6 MST. Perlakuan pupuk organik (O) berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun pada setiap waktu pengamatan. Perlakuan dosis pupuk organik (D) berpengaruh nyata terhadap luas daun pada waktu pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 2, 4 dan 6 MST tapi berpengaruh nyata pada pengamatan 8 MST. Kombinasi pupuk organik dan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata pada semua

)

waktu pengamatan. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik juga tidak berpengaruh nyata pada semua waktu pengamatan.

Rata-rata luas daun perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Luas Daun pada Perlakuan Penimbunan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik pada Umur 2, 4, 6 dan 8 MST.

Perlakuan luas daun (cm

2 )

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST ………..….. cm2 ..……..………… bahan tanah mineral insitu

Penimbunan Bahan Tanah Mineral bahan tanah mineral subsoil

15,28 14,89 55,52 50,27 120,09 a 101,18 b 178,26 154,88

pupuk kandang kambing Pupuk Organik jerami padi 15,19 14,99 55,04 50,75 109,53 111,74 164,09 169,04 0 t.ha

Dosis Pupuk Organik 10 t.ha -1 20 t.ha -1 30 t.ha -1 -1 10,70 c 14,19 b 17,75 a 17,70 a 40,93 c 50,61 b 58,56 a 61,47 a 87,21 c 108,96 b 120,85 a 125,51 a 141,40 c 160,87 c 179,39 b 184,61 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dengan rataan tertinggi parameter luas daun adalah perlakuan penimbunan bahan tanah mineral insitu (T0). Rataan tertinggi parameter luas daun pada pengamatan 6 dan 8 MST perlakuan pupuk organik adalah jerami padi. Demikian juga dengan perlakuan dosis pupuk organik pada pengamatan 4, 6 dan 8 MST, rataan tertinggi luas daun terdapat pada D3 (30 t.ha-1).

pengamatan 8 MST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara perlakuan taraf dosis pupuk organik dengan luas Daun.

Dari Gambar 2 secara umum dapat dilihat bahwa hubungan antara perlakuan dosis pupuk organik dengan luas daun diperoleh kurva linear positif, hal ini menunjukkan bahwa luas daun meningkat seiring bertambahnya dosis pupuk organik.

Rata-rata hasil uji jarak Duncan luas daun akibat kombinasi perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik pada umur 8 MST dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Interaksi Penimbunan Bahan Tanah Mineral dan Dosis Pupuk Organik terhadap Luas Daun Tanaman Padi Umur 8 MST.

Perlakuan Dosis Pupuk Organik

0 t.ha-1 10 t.ha-1 20 t.ha-1 30 t.ha-1 .………..….. cm2 ……..……….. Penimbunan Bahan Tanah Mineral

T0 144,41 d 171,13 bc 194,03 a 203,45 a

T1 138,38 d 150,62 cd 164,75 bc 165,76 bc

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Pada pengamatan kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik umur 8 MST, luas daun tertinggi dijumpai pada kombinasi penimbunan bahan tanah mineral insitu dan dosis pupuk organik D3 (30 t.ha-1)

ŷ= 1,481x + 144,3 r= 0,97 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 200,00 0,00 10,00 20,00 30,00 Lua s D a un 4 M S T

Dosis Pupuk Organik (t.ha-1)

yaitu 203,45 cm2 sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi penimbunan bahan tanah mineral subsoil dan dosis D0 (0 t.ha-1) yaitu 138,38 cm2.

4. Berat Kering Tanaman (g)

Data pengamatan berat kering tanaman pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai 12. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan penimbunan bahan tanah mineral (T) dan pupuk organik (O) berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tanaman umur 2, 4, 6 dam 8 MST. Perlakuan dosis pupuk organik (D) berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman pada umur2, 4, 6 dan 8 MST. Semua kombinasi tidak berpengaruh nyata pada umur 2, 4, 6 dam 8 MST.

Dari Tabel 10 dibawah dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2, 6, dan 8 MST perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dengan rataan tertinggi untuk parameter berat kering tanaman adalah perlakuan penimbunan bahan tanah mineral insitu (T0). Rataan tertinggi perlakuan pupuk organik untuk parameter berat kering tanaman pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST adalah pupuk kandang kambing (O2). Demikian juga dengan perlakuan dosis pupuk organik rataan tertinggi berat kering tanaman terdapat pada D3 (dosis 30 t.ha-1

Rata-rata berat kering tanaman ( g ) pada perlakuan penimbunan bahan ) pada pengamatan 2, 4, 6 dan 8 MST .

dan 8 MST terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Berat Kering Tanaman pada Perlakuan Penimbunan Bahan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik pada Umur 2,4,6 dan 8 MST.

Perlakuan Berat kering tanaman (g)

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST ……….……… g ………. bahan tanah mineral insitu

Penimbunan Bahan Tanah Mineral bahan tanah mineral subsoil

3,82 3,80 14,05 14,53 29,21 28,35 66,95 63,34

pupuk kandang kambing Pupuk Organik jerami padi 3,89 3,74 14,80 13,79 29,37 28,18 66,21 64,08 0 t.ha

Dosis Pupuk Organik 10 t.ha -1 20 t.ha -1 30 t.ha -1 -1 2,62 d 3,48 c 4,31 b 4,84 a 10,27 c 12,95 b 16,23 a 17,73 a 22,44 c 27,64 b 31,15 a 33,87 a 50,94 c 64,22 b 69,96 a 75,46 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kelompok perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.

Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk berat kering tanaman akibat kombinasi perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada umur 8 MST dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Interaksi Penimbunan Bahan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik terhadap Berat Kering Tanaman 8 MST.

Perlakuan Dosis Pupuk Organik

0 t.ha-1 10 t.ha-1 20 t.ha-1 30 t.ha-1 ……….……….… g ………..………. T x O x D T0O1 53,30 67,55 70,21 81,35 T0O2 47,11 65,23 69,63 81,22 T1O1 48,38 60,98 72,31 75,61 T1O2 54,97 63,11 67,67 63,67 33

Pada pengamatan kombinasi penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik umur 8 MST , berat kering tanaman tertinggi dijumpai pada kombinasi T0O1D3 (penimbunan bahan tanah mineral insitu + pupuk kandang kambing + dosis pupuk organik 30 t.ha-1) yaitu 81,35 g

sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi T0O2D0 (penimbunan bahan tanah mineral insitu + jerami padi + dosis pupuk organik 0 t.ha-1) yaitu 47,11 g.

5. Laju Tumbuh Relatif (LTR)

Data pengamatan laju tumbuh relatif (LTR) pada pengamatan 2-4,4- 6 dan 6-8 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 sampai 14. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap laju tumbuh relatif. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap laju tumbuh relatif pada setiap umur pengamatan. Kombinasi perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap laju tumbuh relatif pada umur 2-4 dan 4-6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6-8 MST. Kombinasi penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap laju tumbuh relatif umur 2-4 dan 4-6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 6-8 MST.

Rata-rata laju tumbuh relatif pada perlakuan penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik pada umur 2- 4 MST, 4-6 MST dan 6-8 MST terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif pada Perlakuan Penimbunan Tanah Mineral, Pupuk Organik dan Dosis Pupuk Organik pada Umur 2- 4 MST, 4-6 MST dan 6-8 MST. Perlakuan LTR (g.tan -1 .14 hari-1) 2-4 MST 4-6 MST 6-8 MST ..…...g.tan-1.14 hari-1……… bahan tanah mineral insitu

Penimbunan Bahan Tanah Mineral bahan tanah mineral subsoil

0,65 0,67 0,37 0,35 0,41 0,40 pupuk kandang kambing

Pupuk Organik jerami padi 0,67 0,65 0,35 0,37 0,41 0,41 0 t.ha

Dosis Pupuk Organik 10 t.ha -1 20 t.ha -1 30 t.ha -1 -1 0,66 0,64 0,68 0,66 0,36 0,38 0,33 0,36 0,41 0,42 0,41 0,40 Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2, 6, dan 8 MST perlakuan penimbunan bahan tanah mineral untuk parameter LTR dengan rataan tertinggi adalah penimbunan bahan tanah mineral insitu (T0) diikuti perlakuan penimbunan bahan tanah mineral subsoil (T1). Perlakuan pupuk organik diperoleh hasil yang hampir sama. Perlakuan dosis pupuk organik untuk LTR tertinggi pada taraf dosis D1 (10 t.ha-1

Dari Tabel 13 dibawah dapat dilihat bahwa pada pengamatan kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik umur 6-8 MST, LTR tertinggi diperoleh pada kombinas T

).

0D3 (penimbunan bahan tanah mineral insitu + dosis pupuk organik 30 t.ha-1) yaitu 0,42 g.tan-1.14hari-1 sedangkan yang

terendah diperoleh pada kombinas T1D3 (penimbunan bahan tanah mineral

subsoil pada dosis 30 t.ha-1) yaitu 0,38 g.tan-1.14hari-1

Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk laju tumbuh relatif akibat kombinasi .

perlakuan penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik pada umur

pengamatan 6-8 MST dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh Interaksi Penimbunan Bahan Tanah Mineral dan Dosis Pupuk Organik terhadap LTR Umur 6-8 MST.

Perlakuan Dosis Pupuk Organik

0 t.ha-1 10 t.ha-1 20 t.ha-1 30 t.ha-1 Penimbunan Bahan Tanah Mineral

……….g.tan-1.14hari-1………..

T0 0,41 ab 0,42 a 0,40 ab 0,42a

T1 0,41 ab 0,41 ab 0,41 ab 0,38 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang

Dokumen terkait