• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3.6. Wawancara dengan Daud Sihombing

Wawancara online dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2020 pukul 01.04 WIB via Google Meet. Daud Sihombing merupakan publisher dari Kamboja Press yang menjadi narasumber terkait pembuatan buku secara general dan teknik cetak Kamboja Press sendiri. Menuru beliau, kelebihan yang ditawarkan dari buku sendiri lebih kepada teks dan visual buku itu sendiri.

Seberapa tinggi nilai jual dari buku dipengaruhi trend pada khususnya buku-buku visual. Selain itu secara konvensional buku-buku juga lebih dinikmati, karena media informasi yang sifatnya online atau soft file membutuhkan device tambahan dan experience yang didapatkan dari membaca online

114 dengan offline akan berbeda, meskipun media online lebih handy. Untuk visual book sendiri secara konteks dapat dijadikan sebagai suatu collectable item yang terkadang tidak banyak masyarakat yang mampu afford.

Keberadaan buku sendiri harus tetap eksis karena secara akademis yang sifatnya literatur, buku masih memegang peran penting secara konvensional dan beberapa memiliki daya tarik tersendiri untuk dikoleksi.

Berkaitan dengan minat baca, keinginan masyarakat Indonesia untuk membaca masih terbilang rendah, hal ini dikarenakan era sekarang yang sangat kompleks, dimana berita tidak dapat dicerna dengan kritis karena validasinya semakin dipertanyakan. Sementara untuk ranah buku bacaan, apresiasi masyarakat awam Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain, bahkan beberapa peminatnya masih belum mengerti fungsi dari suatu buku apa, khususnya art book. Beliau mengatakan terlepas dari eksekusinya seperti apa, konten memegang peran penting untuk meningkatkan aware masyarakat terhadap buku tersebut. Faktor lainnya adalah segmentasi kelompok masyarakat yang menjadi target, dimana satu masyarakat berbeda selera dengan kelompok lainnya sehingga harus disesuaikan segmentasinya, hal ini berkaitan pula dengan preferensi dan educational background. Salah satu unsur peningkatan awareness adalah dalam masalah harga, apakah affordable atau tidak.

Menurut Daud, perbedaan media baca soft file dan hard file terletak pada bentuk fisik, akses membaca, dan handy tidaknya. Beberapa orang merasa buku dengan detail dan teknik binding tertentu justru tidak

user-115 friendly, karena banyak masyarakat yang tujuan utamanya benar-benar hanya ingin membaca. Namun semuanya Kembali pada value dan preferensi buku masing-masing pribadi. Untuk ketentuan cetak sendiri tiap publishing house berbeda karena memiliki standar dan pendekatan artistik yang berbeda. Sebuah buku dikatakan layak dipasarkan setelah mempertimbangkan apakah konten yang dimiliki sudah baik, nilai jual apakah yang ditawarkan buku, apakah buku ini memiliki cukup banyak pembaca, dan terakhir apakah secara keseluruhan mencerminkan identitas publishing house sendiri. Keberadaan visual pada buku sangat membantu, khususnya pada anak-anak. Ilustrasi sendiri memiliki value tersendiri bagi beberapa orang. Tujuannya bukan untuk membantu daya baca, karena hal ini sifatnya subjektif tiap orang, namun yang pasti ilustrasi membantu menaikkan nilai buku.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa meskipun dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang mampu mempermudah manusia mengakses bacaan melalui media soft file, buku sebagai media baca offline memiliki value dan keunggulannya tersendiri untuk tetap eksis di dunia perbacaan, dimana buku masih memegang peran penting secara konvensional, bersifat collectable, dan memberikan experience tersendiri bagi pembaca. Peran visual pada buku sendiri mampu membantu menaikkan nilai buku, meskipun di Indonesia apresiasi kaum awam terhadap visual book sendiri masih kurang sehingga mempengaruhi minat membaca dan daya beli terhadap buku sendiri.

116 3.1.2.9. Yahya Kristiyanto

Gambar 3.7. Wawancara dengan Yahya Kristiyanto

Wawancara online dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2020 pukul 10.06 WIB via Zoom. Yahya Kristiyanto merupakan editor dari buku Renungan Santapan Harian yang menjadi narasumber tambahan dalam mendapatkan informasi media buku. Menurut beliau, baik media informasi digital maupun non digital sama-sama memiliki fungsi yang sama yakni sebagai pusat informasi. Meskipun banyak masyarakat yang beralih ke media digital dikarenakan lebih mudah dan mengikuti perkembangan zaman, namun tidak semua orang meninggalkan buku dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Perbedaan keduanya terdapat pada penulisan materi yang terkadang pada media online kurang mendetail tidak seperti buku bahkan memerlukan informasi tambahan pada website lainnya. Namun pencarian informasi melalui digital akan lebih cepat dibandingkan buku fisik. Buku fisik dan digital dapat dibawa kemana-mana, namun kekurangannya beberapa buku fisik memiliki ukuran yang tidak pocketable dan buku digital membutuhkan daya dan internet. Namun semuanya kembali kepada selera masyarakat.

117 Terkait minat baca masyarakat Indonesia yang masih tergolong rendah, dibutuhkan konten yang menarik agar buku tetap eksis. Penyusunan konten sendiri disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut beliau, daya tarik buku diutamakan pada judulnya, kedua penulisnya, ketiga penerbitnya. Judul berkaitan dengan konten yang dibawakan, sedangkan penulis berkaitan dengan seberapa terkenal dan disukai penulis itu akan mempengaruhi daya jual buku sendiri, dan penerbit yang dimaksud apakah penerbit merupakan perusahaan besar dengan testimoni yang baik atau tidak. Menurut beliau desain pada buku sangat mempengaruhi daya beli.

Jika sebuah buku diambil dari rak karena bagian covernya, buku tersebut sudah memenangkan 1 poin karena tampilannya.

Karakteristik buku sendiri pada umumnya dengan jumlah 150 – 200 halaman. Jika jumlah halaman melebihi itu makan pembaca akan merasa bosan sebelum membacanya, namun jika kurang pun akan dipertanyakan keabsahannya. Pada dasarnya buku memiliki berbagai ukuran. Untuk buku panduan sendiri berukuran 14 x 21 cm sementara ensiklopedia biasanya berukuran lebih besar dari buku panduan, bisa dengan kisaran lebar 17 – 21 cm. Ukuran buku yang terlalu kecil akan mempersulit pembacaan konten dan yang terlalu besar pun tidak praktis untuk dibawa-bawa. Desain sebuah buku harus menarik. Ilustrasi memegang peran penting bagi buku anak, sementara untuk dewasa bisa menjadi nilai jual tersendiri.

Untuk standar ketentuan dalam penggunaan ilustrasi sendiri tidak ada secara

118 tertulis, semuanya kembali pada selera, baik selera konsumen, selera klien, selera desainer, bahkan selera penulis dan penerbit buku.

Berasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa konten memiliki peranan penting dari sebuah buku, meskipun visual pun memiliki daya tarik tambahan yang bisa meningkatkan value. Penyusunan konten sendiri disesuaikan dengan minat dan kebutuhan masyarakat. Untuk karakteristik buku sendiri berbeda-beda menyesuaikan kebutuhan, namun ada baiknya buku tidak terlalu tebal karena terkesan membosankan, tidak juga terlalu besar karena tidak pocketable dan sulit dibawa kemana-mana.

Dokumen terkait