• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daun Tunggal dan Daun Majemuk

Dalam dokumen ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN (Halaman 21-38)

1.2. Morfologi Daun

1.2.2. Daun Tunggal dan Daun Majemuk

Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap, bagi daun yang lengkap dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun yang tidak lengkap, adalah daun yang tidak memiliki salah sam atau dua bagian utama, dapat memiliki kenampakan sebagai:

(1) daun bertangkai; adalah daun yang hanya memiliki bagian tangkai dan helaian daun,

bagian upih dan helaian daun,

(3) daun duduk (sessile); adalah daun yang hanya memiliki helaian daun saja, sedangkan daun duduk yang pangkal helaiannya memeluk batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis), (4) daun semu (filodia); adalah daun yang berkembang

dan tangkai daun yang melebar.

Gambar 12. Skema daun lengkap.

Bentuk daun (circumscriptio)

Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dan helaian daun, sedangkan tangkai dan upih daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk daun dapat dibagi menjadi empat seri atau pola, yaitu :

a. Seri ellip

Seri ini merupakan bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di tengah-tengah helaian daun.

Gambar 13. Seri atau pola bentuk helaian daun

Bentuk-bentuk turunannya ditentukan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar helaian daun, dibedakan menjadi:

(1) bentuk bulat (orbeicularis); diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang: lebar = 1:1,

(2) bentuk membulat (ovalis; elipticus); diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang : lebar 1,5 - 2 : 1,

(3) bentuk bulat memanjang (oblongus) perbandingan panjang : lebar 2.5 - 5 : 1,

(4) bentuk lanset (lanceolatus) perbandingan panjang: lebar =5 - 10: 1.

b. Seri bulat telur (ovate)

yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di bawah tengah-tengah helaian daun, penentuannya bukan berdasarkan ukuran tetapi berdasarkan pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe:

(1) Pangkal helaian daun tidak bertoreh, memiliki empat variasi bentuk antara lain: (a) bentuk bulat telur (ovate) menyerupai bentuk telur 2 dimensi dengan pangkal membulat, (b) bentuk segitiga (triangulare); menyerupai bentuk dua dimensi segitiga sama kaki, (c) bentuk delta (deltoid) menyenipai bentuk dna dimensi segitiga sama sisi, (d) bentuk belah ketupat (rhomboid); menyerupai bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama panjang.

(2) Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain: (a) bentuk jantung

(cordatus; cordate); bentuk ini ditandai dengan ujung daun runcing, meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, (b) bentuk ginjal (reniform); bentuk ini ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan pangkal bertoreh, (c) bentuk anak panah (sagitate); daun sempit ujung tajam, pangkal daun dengan torch yang lancip, (d) bentuk tombak (hastate); sama dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal daun lemah, sehingga hampir mendatar, (e) bentuk bertelinga (auriculate), seperti bangun tombak, tetapi pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang.

c. Seri bulat telur terbalik (obovate)

Bentuk-bentuk turunannya antara lain:

(1) bentuk bulat telur terbalik (obovate); seperti bulat telur tetapi bagian terlebar di dekat ujung,

(2) bentuk jantung terbalik (obcordate); seperti bangun jantung tetapi yang terlebar di dekat ujung,

(3) bentuk pasak atau segitiga terbalik (cuneate),

(4) bentuk sudip (spathulate), serupa dengan bulat telur terbalik dengan ukuran yang relatif panjang.

d. Seri garis (lineans)

(1) bentuk garis (linear); helaian daun dengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku,

(2) bentuk pita (ligulate),

(3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan ukuran relatif panjang, dengan penampang helaian clip dan tebal,

(4) bentuk paku atau dabus (subulate) helaian dengan ukuran pendek seperti sisik keras, dengan penampang helaian silindris, ujung runcing, dan berkayu,

(5) bentuk jarum (acerose); helaian daun berukuran sangat panjang, penampang silindris, ujung runcing.

Di samping bentuk helaian daun juga penting untuk dicermati untuk membuat deskripsi tumbuhan, diantaranya: a. Ujung helaian daun (apex)

Jenis helaian daun dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Meruncing (acuminate)

(2) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut runcing, tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip,

(3) tumpul (obtuse); bentuk ujung ini bersudut tumpul, kurang dari 900,

(4) membulat (rotundate); bentuk ujung ini tak bersudut dan membulat, pada daun bulat atau jorong,

(5) rompang (truncate); bentuk ujung rata, pada daun segitiga terbalik,

(6) terbelah (emarginate); bentuk ujung menunjukan suatu torehan atau belahan, kadang nampak nyata, (7) berekor kecil (mucronate) ujung daun ditutupi oleh

dun keras,

(8) berekor (caudate); ujung daun seperti meruncing tetapi berukuran panjang serta membelok.

Gambar 14. Jenis ujung helaian daun

b. Pangkal helaian daun (basis)

Pangkal daun berdasarkan pertemuan tepi helaian daun dibedakan antara:

(1) helaian daun tidak bertemu: memiliki variasi bentuk runcing, meruncing, tumpul, membulat, rompang, dan terbelah.

(2) helaian daun bertemu:

(a) daun tertembus batang (perfoliatus) daun duduk tetapi batang menembus pertengahan helaian daun,

(b) bentuk tameng (peltatus) tangkai daun bertumpu di bagian helaian daun, biasanya helaian berbentuk membulat sehingga seperti layaknya perisai.

c. Tepi daun (margo folii)

Tepi daun apabila torehan tidak mempengaruhi bentuk helaian (tepi daun merdeka), maka berdasarkan pada besamya sudut tonjolan (angulus) dan sudut torehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk:

(1) bergerigi (serrate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing,

(2) beringgit (crenate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut tumpul,

(3) bergigi (dentate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut runcing,

(4) berombak (rephandate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut tumpul,

(5) rata (integer) apabila tidak dijumpai sinus dan angulus.

Gambar 17. Berbagai bentuk tepi halaian daun pada tumbuhan berbiji. Keterangan; a. rata, b. bergerigi, c. bergigi, d. beringgit. e. berombak. f. berbagi menyirip.

Gambar 18. Torehan tepi daun yang tidak mempengaruhi bentuk

Tepi daun apabila torehannya mempengaruhi bentuk, maka bentuk tepi ditentukan berdasarkan pada dalamnya toreh dan tipe pertulangan daunnya. Terdapat tiga bentuk apabila dipandang dari dalamnya torehan daun, yaitu:

(1) bercangap (fidus); dalamnya toreh kurang dari separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut bercangab menjari (palmatifidus), dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut bercangab menyirip (pinnatifidus),

(2) berlekuk (lobus); apabila dalamnya toreh sama dengan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), (3) berbagi (partitus); apabila dalamnya toreh lebih dan

separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjan disebut berbagi menjari (palmapartitus), dan apabila tipe pertulangan menyinip disebut berbagi menyirip (pinnapartitus).

Gambar 19. Torehan tepi daun yang mempengaruhi bentuk

d. Pertulangan helaian daun (Nervatio)

Pertulangan daun adalah kelanjutan dan tangkai daun, sehingga merupakan kumpulan berkas pengangkutan pada helaian daun. Pertulangan daun utama disebut ibu tulang daun (costa), pada umumnya membagi daun memjadi dua sisi lateral. Ibu tulang daun memiiki percabangan yang disebut tulangan cabang atau cabang lateral, dan dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus yang disebut urat daun (vena). Pada daun jenis tumbuhan tertentu misalnya pisang (Musa paradisiaca), cabang lateral ujungnya saling bertautan membentuk tulang pinggir.

Berdasarkan pada susunan tulang cabang dibedakan empat tipe pertulangan daun, yaitu:

(1) menyirip (penninerve) tulang cabang tersusun seperti sirip pada ikan,

(2) menjari (paimmerve); sejumlah tulang cabang lurus tersusun seperti susunan jan, muncul dan satu titik (ujung tangkai daun),

(3) melengkung (curvinerve) sejumlah tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari, muncul dari satu titik (ujung tangkai daun),

(4) sejajar (rectinerve); sejumlah tulang cabang tersusun sejajar dari pangkal sampai ujung helaian daun.

II. Daun Majemuk (Folium Compositum)

Daun majemuk berbeda dengan daun tunggal apabila dilihat dari beberapa aspek, antara lain; tata letak kuncup batang, jumlah helaian perdaun, percabangan tangkai daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun (umur daun). Di bawah ini

tabel tentang perbedaan daun tunggal dan majemuk.

Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas: (1) tangkai induk (rachis) merupakan aksis pokok yang di ketiak pangkal daunnya dijumpai adanya kuncup, (2) ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan dari aksis pokok, yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat 1 (rachiolla), ruas cabang tingkat 2 (rachiololus), dan seterusnya. Pada bagian ini kemudian ditumbuhi oleh anak daun (foliole), (3) tangkai anak daun (petiolole) adalah tangkai pendukung helaian daun anak daun setara dengan daun tunggal, dan (4) helaian anak daun (foliolum).

Gambar 20. Bagian-bagian daun majemuk

Berdasarkan susunan dari anak daunnya, daun majemuk dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu: (1) daun majemuk

menyirip (pinnatus); anak daun tersusun di kanan-kiri aksis dengan susunan seperti sirip ikan, (2) daun majemuk menjari (palmatus) anak daun tumbuh pada ujung aksis secara radial, membentuk susunan seperti jari, (3) daun majemuk bangun kaki (pedatus); anak daun anterior tersusun menjari, tetapi dua anak daun posterior tumbuh pada tangkai anak daun sebelumnya.

1. Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)

Daun majemuk menyirip dapat hanya memiliki satu helaian anak daun, yang pangkal tangkainya bersendi terhadap aksis pokoknya, disebut daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolate), misalnya daun jeruk (Citrus aurantifolia; Rutaceae), dan daun melati (Jasminum sambac; Olaceae). Daun majemuk menyirip berdasarkan posisi anak daun ujung dibedakan menjadi:

(1) daun majemuk genap (abruptepinnate) karena terdapat sepasang anak daun berhadapan di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil, (2) daun majemuk menyirip gasal (imparipinnate)

karena hanya ada satu anak daun di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil.

Berdasarkan pada posisi anak daunnya terhadap aksis pokok, daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi:

anak daun berhadapan pada aksis pokok,

(2) daun majemuk berseling; anak daun tidak berpasangan dan berhadapan, tetapi berseling pada aksis pokok,

(3) daun mejemuk menyirip berselang-seling (interuptepinnate); anak daun berpasangan dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki ukuran yang berbeda.

2. Daun Majemuk Ganda atau rangkap (Bipinnate)

Adalah daun majemuk yang ruas cabangnya (rachis) bertingkat, dan anak daun duduk pada ruas cabang tingkat tertentu. Daun majemuk menyirip apabila anak daun duduk pada ruas cabang tingkat satu (rachilla), maka disebut daun majemuk menyirip ganda dua, misalnya daun lamtoro (Leucaena glauca), dan bila anak daun duduk pada ruas cabang tingkat dua (rachiolla) disebut daun majemuk menyirip ganda tiga.

3. Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis)

Daun majemuk menyirip dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu daun majemuk menyirip beranak daun: (1) dua (bifoliate), (2) tiga (trifoliate), (3) lima (quinquefoliate), (4) tujuh (septemfoliate), (5) banyak (polyfoliate). Kondisi ganda pada daun majemuk menjari

terdapat pada jenis tumbuhan Aquilegia vulgaris, yang bersifat ganda dua (biternatus).

Gambar 21. Berbagai bentuk daun majemuk

Dalam dokumen ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN (Halaman 21-38)

Dokumen terkait