• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar diperoleh perkiraan yang tidak bias dan demi efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakuka n dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang et al, 2008:62).

2) Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Park dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah pada adanya heteroskedastisitas (Situmorang et al, 2008:76).

3) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti bahwa variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai

Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS.

Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang et al, 2008:104).

c. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisi kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda yang menggunakan persamaan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan:

Y = Keputusan mengkonsumsi Es Dawet Cah Mbanjar Medan a = Konstanta

b1,2,3,4 = Koefisien regresi pertama X1 = Skor emotional raction X2 = Skor delight effect X3 = Skor inspirational X4 = Skor satisfied e = Standar error

Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu program SPSS 15.0 for

Windows.

d. Pengujian Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana

H0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima. Dalam analisis regresi ada tiga jenis kriteria ketepatan, yaitu:

1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

H0 : bi = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

H0 : bi ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5% H0 ditolak jika Fhitung > Ftabelpada α = 5% 2) Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Nilai-nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi merupakan hasil perhitungan berdasarkan sampel yang terpilih, sehingga di samping uji-F, dilakukan juga uji-t untuk masing-masing nilai koefisien regresi dalam persamaan regresi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

Variabel bebas dikatakan berpengaruh terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas dibandingkan dengan tingkat kesalahannya (α). Jika probabilitas variabel bebas lebih besar dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tidak berpengaruh, tetapi jika probabilitas variabel bebas lebih kecil dari tingkat kesalahannya (α) maka variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat.

H0 : bi = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat.

H0 : bi ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika thitung < ttabelpada α = 5% H0 ditolak jika thitung > ttabelpada α = 5% 3) Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian R2 digunakan untuk melihat besr pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan dengan model persamaan tersebut akan dapat dihitung R2 atau coefficient of determination yang menunjukkan presentase dari variasi variabel word of mouth

marketing yang mampu dijelaskan oleh model. Selanjutnya, dengan

membandingkan besarnya nilai R2 untuk masing-masing variabel karakteristik Es Dawet Cah Mbanjar, dapat diketahui karakteristik dominan yang menentukan pengaruhnya terhadap terciptanya word of

R2 jika semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu berupa reaksi emosional (emotional

reaction/X1), delight effect (X2), inspiratif (inspirational/X3) dan satisfied (X4) adalah besar terhadap variabel terikat (Y) yakni word of

mouth marketing pada Es Dawet Cah Mbanjar. Sebaliknya jika R2

semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu berupa emotional reaction (X1), delight effect (X2), inspirational (X3), dan satisfied (X4) terhadap variabel terikat (Y) yakni word of mouth marketing pada Es Dawet Cah Mbanjar semakin kecil.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Wibowo et al (2004) berjudul ”Analisa Pengaruh Word of

mouth dan Perceived Value Product Terhadap Keputusan Pembelian Tata Rias

Oriflame di UK. Petra” bertujuan untuk menganalisis pengaruh word of mouth yang terdiri dari tenaga penjual (consultant) dan dorongan ataupun motivasi serta pengaruh perceived value product terhadap keputusan pembelian tata rias Oriflame. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa word of mouth dan perceived

value product sama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian tata rias

Oriflame. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa word of mouth memiliki hubungan yang lebih kuat daripada perceived value product terhadap keputusan pembelian tata rias Oriflame di Universitas Kristen Petra.

Penelitian oleh Odelio (2009) berjudul “Analisis Karakteristik yang Mempengaruhi Terciptanya Word of mouth Marketing Pada Film Laskar Pelangi Di Kalangan Mahasiswa/i S1 Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.” Pada penelitian ini diteliti bagaimana pengaruh karakteristik film laskar pelangi terhadap terciptanya Word of mouth Marketing. Dari penelitian didapatkan bahwa Variabel karakteristik yang dimiliki film Laskar Pelangi yang terdiri atas emotional reaction (X1), delight effect (X2), inspirational (X3), dan

satisfied (X4) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel word of mouth marketing pada film Laskar Pelangi di kalangan mahasiswa/i S1 reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan (Y).

B. Saluran Komunikasi Pemasaran

Menurut Tjiptono (2005:226) ada dua saluran komunikasi pemasaran antara lain:

1. Saluran komunikasi pribadi (personal communication channels)

Komunikasi langsung antara dua orang atau lebih. Komunikasi dapat melalui tatap muka, lewat telepon, lewat surat, via e-mail, chatting lewat internet dan juga bahkan presentasi. Saluran komunikasi pribadi efektif karena di dalamnya terjadi pertemuan dan umpan balik pribadi. Saluran komunikasi pribadi dapat dikelompokkan menjadi:

a) Advocate channels yaitu pemasar yang menghubungi konsumen.

b) Expert channels yaitu pakar independen yang membuat pernyataan

tertentu kepada konsumen sasaran.

c) Social channels yaitu tetangga, teman, keluarga dan rekan kerja.

Dari antara ketiga bentuk komunikasi pribadi tadi, yang paling efektif adalah social channels yang sering disebut sebagai word of mouth. Word

of mouth Marketing merupakan komunikasi pribadi mengenai suatu

produk yang dilakukan oleh calon konsumen dengan tetangga, teman, anggota keluarga ataupun rekan kerja.

2. Saluran komunikasi nonpribadi (nonpersonal communication channels) Media yang membawa pesan tanpa kontak pribadi atau umpan balik, meliputi media, atmosfer dan acara-acara penting (events). Media meliput i media cetak (koran, majalah dan surat); media siaran (radio dan televisi); media elektronik (auudiotape, videotape, videodisc, CD-ROM, dan

Atmosfer adalah lingkungan yang dirancang secara khusus demi menciptakan atau meningkatkan pembelajaran konsumen untuk pembelian produk. Acara (events) adalah acara-acara atau peristiwa-peristiwa yang dirancang untuk mengkomunikasikan pesan tertentu agar sampai kepada

audiens sasaran, contohnya konferensi pers, pertunjukan dan pameran.

C. Desas-desus (Buzz)

Buzz yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai desas-desus adalah

keseluruhan komentar mengenai produk atau perusahaan tertentu pada suatu tahap dalam waktu tertentu. Defenisi ini secara luas mencakup segala hal yang diceritakan mengenai suatu produk. Sedangkan Newsweek mendefenisikan buzz sebagai “obrolan yang menular”; kegairahan tingkat jalanan dan asli mengenai orang, tempat atau hal baru yang hangat (Rosen, 2004:323).

Pada Global Consumer Study 2007 yang dilakukan oleh lembaga riset Nielsen, menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam jajaran lima besar negara dimana word-of-mouth dianggap sebagai bentuk iklan yang paling kredibel. Dari 47 negara di dunia, Indonesia menempati peringkat 3 dengan 89%. Di posisi pertama dan kedua ada Hong Kong dan Taiwan. Kemudian lima besar yang lainnya juga negara Asia, yaitu India dan Korea Selatan.

Masih berdasarkan hasil survey, ternyata lima negara tersebut juga yang paling mengandalkan rekomendasi dari orang lain mengenai suatu brand. Urutan lima besar sama saja dengan sebelumnya. Kemudian dari seluruh responden di dunia, mayoritas menjawab bahwa rekomendasi dari konsumen lain adalah salah satu bentuk iklan yang paling dipercaya.

Implikasinya terhadap para pemasar antara lain mereka akan berfokus kepada kepuasan pelanggan. Jika pelanggan puas tentunya mereka akan mempromosikannya word-of-mouth.

Lalu selain berfokus kepada kepuasan pelanggan, tentunya pemasar juga bisa mengelola aktivitas buzz marketing ini. Cara-cara yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Conversation tracking, yaitu memonitor pembicaraan yang berkaitan

dengan suatu merek, baik pembicaraan offline maupun online

b. Menciptakan komunitas komunitas dengan ketertarikan pada bidang yang sama

c. Program brand advocacy, yaitu memilih pelanggan yang loyal untuk bertindak mewakili brand tersebut.

d. Memberikan pelayanan yang superior, sehingga menciptakan kepuasan pelanggan.

e. Blog marketing, yaitu mengelola blog perusahaan ataupun terkait

dengan produk dan berhubungan dengan orang lain melalui blog.

f. Influencer marketing, yaitu mengidentifikasi siapa saja yang besar pengaruhnya dalam sebuah social network dan bekerjasama dengan mereka.

Word-of-Mouth tidak hanya melibatkan berita baik, namun juga berita

buruk. Artinya, tidak memperdulikan seberapa banyak dan baik iklannya, maka jika ada pengalaman yang buruk mengenai merek tertentu, tentu akan menyebar dengan sangat cepat. Sehingga bisa mencederai penjualan dari merek tertentu.

Oleh karena itu, pemasar juga dapat memanfaatkan langkah-langkah di atas untuk mencegah word-of-mouth yang negatif. Namun tentu saja hal yang paling utama tetaplah pelayanan pelanggan yang superior. Karena dari sanalah semuanya bermula. Pelayanan superior adalah langkah paling efektif dalam melawan

word-of-mouth yang negatif.

D. Word of mouth Marketing

Word of mouth dalam bahasa Indonesia disebut juga berita dari mulut ke

mulut. Word of mouth merujuk pada komunikasi lisan mengenai berbagai produk dengan teman, keluarga, dan rekan sejawat. Word of mouth merupakan salah satu cara menyebarkan desas-desus (buzz) (Rosen, 2004:328).

Menurut Word of mouth Marketing Association (WOMMA) dalam MIX,

word of mouth merupakan usaha pemasaran yang memicu konsumen untuk

membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk atau merek kepada penlanggan serta calon konsumen lain.

Khasali dalam Sumarmi (2008) mendefenisikan word of mouth sebagai sesuatu hal yang dibicarakan banyak orang. Pembicaraan terjadi dikarenakan ada kontroversi yang membedakan dengan hal-hal yang biasa dan normal dilihat orang. Menurut Hutabarat (2008), beberapa hal yang umumnya dapat menimbulkan kontroversi antara lain:

1. Hal yang tabu (seks atau kebohongan) 2. Hal yang tidak biasa

4. Hal yang menggembirakan 5. Hal yang luar biasa

6. Pengungkapan rahasia

Word of mouth dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan atau malah

mendatangkan masalah. Oleh karena itu menurut sifatnya word of mouth dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Word of mouth positif (Positive Word of mouth/PWOM)

Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang sudah dikonsumsi berhasil memuaskan konsumennya. Konsumen yang sudah terpuaskan belum tentu akan menceritakannya kepada orang lain. Word of mouth positif baru akan muncul dari suatu pengalaman yang dianggap luar biasa oleh konsumen, yang pada saat itu tingkat kepuasan emosionalnya tinggi. Artinya apa yang diperoleh konsumen setelah transaksi lebih tinggi dari harapannya. Sehingga tanpa diminta konsumen akan menceritakan pengalaman yang dirasakan kepada orang terdekatnya. Dalam Hospitally Management hal ini disebut juga

emotional satisfaction yaitu kepuasan yang muncul karena emosi

terhadap kualitas.

b. Word of mouth negatif (Negative Word of mouth/NWOM)

Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang dikonsumsi ternyata mengecewakan. Merupakan suatu fenomena yang paling ditakutkan perusahaan karena seorang konsumen yang kecewa akan berbicara, tidak hanya ke orang-orang terdekatnya saja.

Konsumen akan berusaha menyampaikan kekecewaannya ke sebanyak mungkin orang.

Sedangkan menurut Word of mouth Marketing Association (WOMMA) dalam MIX terdapat dua kategori word of mouth yaitu:

1. Organic word of mouth

Terjadi ketika seorang konsumen merasa sangat puas dengan kinerja dari produk ataupun layanan sehingga berkeinginan untuk berbagi pengalaman dan informasi kepada teman-temannya. Ini menandakan pentingnya kepuasan pelanggan (customer satisfaction).

2. Amplified word of mouth

Terjadi ketika pemasar merencanakan dan merancang suatu kampanye pemasaran yang ditunjukkan untuk mempercepat word of mouth baik pada komunitas yang telah ada maupun yang baru.

Word of mouth berawal dari suatu bentuk yang timbul secara alamiah dan

tidak didesain oleh perusahaan juga pemasar. Word of mouth tersebut timbul karena keunggulan produk. Belakangan word of mouth ditujukan untuk menggantikan program komunikasi pemasaran konvensional seperti iklan yang kian kehilangan kredibilitasnya.

Rahasia sukses word of mouth: a. Percakapan Langsung

Riset membuktikan bahwa manusia akan lebih tergerak dengan adanya rangsangan audio jika dibandingkan dengan rangsangan visual. Seseorang akan lebih mampu mengingat dengan jelas apa yang didengar dibanding apa yang dilihat. Karena alasan inilah sehingga

percakapan langsung dengan konsumen akan memberikan rangsangan yang baik jika dibandingakn dengan penyampaian secara visual.

b. Kredibilitas dan Komunikasi Informal

Konsumen akan lebih percaya mengenai kualitas suatu produk atau merek jika yang mengatakan adalah kerabat atau sahabatnya karena mereka tidak berbicara dalam kapasitas seorang profesional perusahaan, tetapi cenderung sebagai teman. Ini berlangsung dalam bentuk komunikasi informal. Kerabat ataupun sahabat selalu berupaya menjaga nama baik mereka sehingga informasi yang mereka berikan cenderung jujur, relevan dan dapat dipercaya.

Menurut Rosen (2004:16) tiga alasan yang membuat word of mouth menjadi begitu penting:

1) Kebisingan (noise)

Para calon konsumen hampir tidak dapat mendengar karena banyaknya kebisingan yang dilihatnya di berbagai media setiap hari. Mereka bingung sehingga untuk melindungi diri, mereka menyaring sebagian besar pesan yang berjejalan dari media massa. Sebenarnya mereka cenderung lebih mendengarkan apa yang dikatakan orang atau kelompok yang menjadi rujukan seperti teman-teman atau keluarga. 2) Keraguan (skepticism)

Para calon konsumen umumnya bersikap skeptis ataupun meragukan kebenaran informasi yang diterimanya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kekecewaan yang dialami konsumen saat harapannya ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di saat mengkonsumsi produk.

Dalam kondisi ini konsumen akan berpaling ke teman ataupun orang yang bisa dipercaya untuk mendapatkan produk yang mampu memuaskan kebutuhannya.

3) Keterhubungan (connectivity)

Kenyataan bahwa para konsumen selalu berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lain, mereka saling berkomentar mengenai produk yang dibeli ataupun bahkan bergosip mengenai persoalan lain. Dalam interaksi ini sering terjadi dialog tentang produk seperti pengalaman mereka menggunakan produk.

Word of mouth belakangan mengalami perkembangan yang luar biasa

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Pertumbuhan kekuatan konsumen (the growth of consumer power) 1. Konsumen memiliki posisi yang semakin kuat dan semakin

mudah dalam hal pencarian informasi dengan semakin banyaknya media yang dapat dipergunakan seperti internet dan telepon genggam.

2. Konsumen juga semakin mudah mengutarakan opini atas produk baik keluhan maupun rasa kecewa kepada masyarakat umum melalui berbagai media.

b. Keramaian media (cluttered media)

Ramainya kehadiran media cetak maupun elektronik menimbulkan dampak:

1. Pemasar semakin sulit menentukan media mana yang paling efektif.

2. Calon konsumen semakin sulit untuk menemukan sumber informasi yang relevan.

c. Tuntutan akuntabilitas perusahaan (pressure to marketing

accountability)

Semakin banyak perusahaan yang menagih pertanggungjawaban bagian pemasaran berkenaan alokasi dan efektivitas anggaran iklan seperti melalui pengukuran Return on Marketing Investment

(ROMI) (MIX).

Tiga tahapan word of mouth menurut perspektif strategi dan fungsi komunikasi pemasaran:

1) Word of mouth membuat konsumen membicarakan produk/merek.

2) Word of mouth membuat konsumen mempromosikan produk/merek.

3) Word of mouth membuat konsumen menjual produk/merek.

Penyaluran word of mouth biasanya secara viral ataupun tradisional. Secara tradisional word of mouth dapat terjadi di rumah, sekolah, kampus, dan kafe. Secara viral dapat melalui saluran media berteknologi seperti internet dan telepon genggam. Dalam word of mouth, perbincangan membentuk saluran pribadi

(personal channel) yang berarti si penerima pesan mengetahui jelas siapa yang

menyampaikan informasi. Semakin menarik informasi yang diterima calon konsumen dari seseorang atau kelompok rujukan maka akan semakin meningkat kecenderungan untuk mengadopsi produk.

E. Word of mouth Marketing dan Periklanan Konvensional

Berbeda dengan endorser dalam periklanan yang biasanya mendapat imbalan finansial, dalam word of mouth marketing para pemimpin pendapat

(opinion leader) memperoleh kepuasan dari kemampuannya dalam memberi

informasi kepada teman-temannya dan juga orang lain. Dalam periklanan konvensional yang menggunakan media massa seringkali informasi yang disampaikan tidak langsung ditangkap oleh target. Lain halnya dengan word of

mouth, informasi yang disampaikan bisa langsung diterima target karena mereka

pada umumnya lebih menghiraukan informasi tersebut.

Saluran pesan periklanan konvensional dan word of mouth juga berbeda. Dalam word of mouth sangat sulit menentukan saluran pesan karena media yang akan digunakan tidak bisa dibeli dan prosesnya berlangsung secara informal sehingga murah. Sebaliknya dalam periklanan konvensional, saluran pesan bisa ditentukan karena pemasar dapat membeli saluran pesan yang ingin digunakan, misalnya media massa tertentu.

F. Kepuasan Konsumen

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Konsumen dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan yang umum. Bila kinerja di bawah harapan, konsumen kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, pelanggan puas. Bila kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas, senang (delightful) atau gembira (excitement). Harapan konsumen dapat dibentuk

oleh pengalaman konsumsi terdahulu, komentar teman dan kenalan serta janji maupun informasi pemasar dan saingannya (Kotler, 2000:52).

BAB III

ES DAWET CAH MBANJAR

A.Es Dawet Cah Mbanjar

Bermula dari gemar minuman dingin, tapi kini Citra Puspa Sari, 26, punya usaha menguntungkan. Tidak hanya di Indonesia, Es Dawet Cah Mbanjar produksinya telah merambah pasar Singapura.

Citra telah memasarkan produksinya mulai dari wilayah barat di Indonesia, tengah hingga timur. Minuman usaha keluarga ini kini bisa dirasakan seluruh masyarakat negeri ini. dia mendapat undangan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura. Ia mengisi acara Asia Pasific Food Festival. Dalam waktu dekat, dia akan berangkat ke Thailand untuk mempromosikan minuman ini. Citra memulai usaha Es Dawet Cah Mbanjar pada 2006.

Citra tertarik mengembangkan bisnis ini karena senang minum satu jenis minuman yang sama tapi beda nama. Memang, minuman jenis ini cukup banyak di Medan. Penjual minuman yang menggunakan gerobak banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan kota Medan. Mereka berjualan di emperan toko, tidak sedikit juga di bawah pohon rindang dan di persimpangan jalan. Citra suka bertanya- tanya kepada penjual menanyakan informasi seputar minuman tersebut.

Citra bertemu dengan pemilik es penjual dengan gerobak. ”Saya suka minum es. Saya Sering menanyakan resep minuman kepada penjual es gerobak tersebut. Namun kata pekerjanya, citra harus bertemu pemilik usaha es langsung. Setelah dicari tahu akhirnya bisa ketemu,” kata Citra kepada harian Seputar

Indonesia, kemarin. Setelah dapat resep dari pemilik es itu, Citra bersama suaminya, Hafiz Khairul Rijal, membeli bahan baku dengan modal Rp100.000.

Citra tidak menggunakan resep rahasia dari bos pemilik es. Citra memilih membuat sendiri dengan biaya Rp.500.000. Citra memulai berjualan Es Dawet Cah Mbanjar dengan modal Rp. 600.000. Citra berjualan di dekat lokasi kampus. Jadi saat itu, penjualannya lumayan. Citra dapat menjual 50 cup atau gelas Es Dawet Cah Mbanjar dalam sehari berjualan. Citra dapat keuntungan bersih Rp50.000 per hari. Waktu terus berlalu hingga tiga bulan berjalan.

Citra menambah gerobak dari keuntungan yang diperoleh. Tidak lama berselang, gerobak ketiga dibeli sekaligus mulai merekrut karyawan. ”Mulai jualan sendiri pada 2006. Terus berjalan hingga 2007 sudah bisa membeli gerobak kedua dan ketiga. Semuanya disebar tidak jauh dari lokasi berjualan yang pertama,” ujar ibu dari dua orang anak ini. Walaupun sudah memiliki tiga gerobak, citra masih tetap berhubungan dengan bos pemilik es yang pertama karena bumbu utama belum dimilikinya langsung.

Citra mencoba untuk membeli bumbu dan alat produksi dari bos pemilik es pada akhir tahun 2007. Modalnya tidak sedikit. Uang sebesar Rp50 juta harus disiapkan, tetapi karena mereka ingin berinovasi mereka akhirnya meminjam uang orang tuanya. Mereka mendapatkan setengah modal usaha dari orang tua mereka. Hal ini dilakukan supaya dapat berinovasi. Citra akhirnya memiliki mesin adonan cendol, gula, dan kelapa sendiri. Bahan bakunya pun langsung didatangkan dari Banjar.

Citra juga mendapat lima gerobak dan bumbu utama,. Citra memiliki delapan gerobak yang dijadikan modal untuk dijual kepada orang lain. Citra mulai

memamerkan usaha tersebut dalam berbagai pameran kewirausahaan. Pertama kali, tepatnya 2007 ikut pameran Bank Sumut dalam rangka ulang tahun Bank

Dokumen terkait