• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmodjo, 2007)

Pengetahuan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru)di dalam diri orang tersebut proses yang berurutan, yakni :

a. Kesadaran (Awareness)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)terlebih dahulu.

b. Merasa Tertarik

Yakni orang mulai tertarik kepada stimulus atau objek bagi dirinya hal ini berarti sikap responden sudah mulai baik.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation)

Terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (Trial)

Yakni objek telah mulai mencoba untuk melakukan perilaku yang baru. e. Mengadopsi

Yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tinjauan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2007 pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain :

a. Tahu (know)

Diartiakan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, tahu merupakan tingkatan yang paling indah.

b. Memahami (Comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan mampu menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya), dan mampu menggunakan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analisys)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkanagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formasi-formasi yang ada.

7 Berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian suatu materi atau objek pengukuran, dan pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau respondent dalam pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengantingkat tersebut diatas.

3. Cara Mengukur Pengetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner)yang menanyakan tentang isi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007, hlm 146).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara Tradisional dan Nonilmiah

Yakni tanpa melalui penelitian ilmiah, dan caramodern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian. Cara kuno atau tradisional inidipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelumditemukan metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematikdan logis (Notoatmodjo, 2010, hlm 11). b. Cara coba salah (Trial and error)

Yaitu merupakan upaya pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Notoatmodjo,2010,hlm.11)

c. Cara Kekuasaan atau Otoriter

Yaitu sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah

dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas atau kekuasaan ahli pengetahuan (Notoatmodjo, 2010, hlm 12)

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan.Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut (Notoatmodjo,2010,hlm.13)

e. Cara Akal Sehat

Dimana akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang. Para orang tua zaman dahulu agar onaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah (Notoatmodjo,2010,hlm 14)

f. Kebenaran yang diwahyukan

Kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan kepada para Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran tau penyelidikan (Notoatmodjo,2010,hlm.14) g. Secara Intuitif

9 Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh memalui intuitif sukar diperoleh karena kebenaran tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja (Notoatmodjo,2010,hlm.15)

h. Melalui jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia. Cara berfikir manusia pun ikut berkembang, dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui induksi maupun deduksi, induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum kepada yang khusus (Notoadmodjo,2010,hlm.15)

i. Secara Induksi

Yaitu merupakan proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal yang abstrak (Notoadmodjo, 2010,hal.16)

j. Secara Deduksi

Yaitu merupakan pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum dan khusus. Didalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku dalam kelas itu.

Disini terlihat proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus (Notoatmodjo,2010,hlm.16).

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Umur

Umur adalah rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia dilahirkan hingga berulang tahun.Salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola piker dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik (Ariani,2014,hlm.24)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki (Ariani,2014,hlm.24)

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari.Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula. Pengalaman bekerja akan memberikan

11 pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Ariani,2014,hlm.25)

4. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bias didapat dari media cetak, elektronik, keluarga dan teman dll (Arianti, 2014, hlm.27)

6. Kriteria Tingkat Pengetahuan

a. Baik : hasil presentase 76%-100% b. Cukup : hasil presentase 56%-75%

c. Kurang : hasil presentase <56% (Arianti,2014,hlm.28).

B. Sikap 1. Defenisi

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yangkurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya, (Mubarak, 2011 hal, 85).

2. Jenis-jenis sikap

Sikap manusia dibagi atas tiga bagian yaitu :

a. Kognitif, yang berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang apa yang diketahui tentang suatu objek.

b. Afektif, atau sering disebut faktor emosional, yang berkaitan dengan perasaan (bagaimana perasaan tentang objek);

c. Psikomotorik atau konatif, yakni perilaku (behavioral)yang terlihat melalui predisposisi suatu tindakan

C. Suami

1. Defenisi Suami

Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. (KBBI, 2008).

.

D. Kontrasepsi

1. Defenisi Kontrasepsi

Kontrasepsi menurut moctar (1995) kontrasepsi atau anti konsepsi (conceptioncontrol) adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan”.dalam memilih metode kontrasepsi memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu metode yang baik yaitu :

a. Aman

b. Dapat diandalkan c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat diterima oleh banyak orang f. Pemakaian Jangka lama /panjang

Dalam memilih kontrasepsi,kita harus memandang dari dua sudut : 1) Pihak calon akseptor

13

2. Cara kerja Kontrasepsi

Bermacam-macam cara kerja kontraseepsi,tetapi pada umumnya : 1. Mengusahan agar tidak terjadi ovulasi

2. Melumpuhkan sperma

3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma

3 Jenis kontrasepsi

Pada umumnya cara/metode kontrasepsi saat ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

a. Tanpa alat /obat :Senggama Terputus ,Pantang berkala

b. Dengan alat/obat : Kondom,difragma /cop,cream,jelly dan caira berbusa,tablet vagina.

c. Metode Efektif : 1) Pil KB

2) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 3) Suntik KB

4) Implan

5) Metode Mantap dengan cara Operasi : a) Pada wanita misalnya : Tubektomi b) Pada Pria misalnya : Vasektomi

E. Vasektomi 1. Defenisi

Menurut Nina Siti mulyani (2013)Vasektomi adalah pemotongan sebagian(0,5 cm -1 cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotongsaluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak

mengandung spermatozoa,dengan demikian tidak terjadi pembuahan,operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat dirumah sakit (siswosudarmo, 2007).

Menurut Indrayani (2014) Vasektomi adalah Prosedur klinik untuk menghentikankapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehinggajalur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi(penyatuan sperma denganovum) tidak terjadi.

Menurut kemkes RI, (2011,hal MK-95), Vasektomi adalah kontrasepsiuntuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.

2. Keuntungan Vasektomi dan kelemahan vasektomi a. Keuntungan Vasektomi

1) Sangat efektif (tingkat kegagalan sangat sedikit)

2) Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi,dapat digunakan seumur hidup

3) Aman,morbiditas rendah dan hamper tidak ada mortalitas

4) Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan dan dapat dicek kepastiankeberadaan sperma pada cairan ejakulasi dengan pemeriksaan laboratorium

5) Tidak ada factor lupa,tidak harus diingat-ingat,tidak perlu ada persediaan. 6) Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya.

7) Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual dan produksi hormone. 8) Tidak menyebabkan pembengkakan pada lokasi injeksi anastesi dan bekas

luka

b. Kelemahan Vasektomi

15 2) Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum,apabila operasinya tidak

sesuai dengan prosedur.

3) Tidak boleh dilakukan pada orang yang masinh ingin mempunyai anak lagi. 4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin

bertambah setelah tindakan operatif yang menyangkut system reproduksi

3. Indikasi Vasektomi dan Kontra indikasi Vasektomi a. Indikasi Vasektomi

1) Pasangan yang yakin bahwa mereka telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan.

2) Yang memahami dan dengan suka rela memberikan informed consentuntuk prosedur ini

3) Pasangan yang memiliki masalah usia,paritas atau kesehatan yang mungkin akan memunculkan risiko kesehatan yang serius jika istrinyahamil.

4) Yang lebih menyukai metode yang tidak mengharuskan melakukantindakan kontrasepsi setiap hari sebelum hubungan seksual

b. Kontraindikasi Vasektomi

1. Penderita hernia

2. Penderita kencing manis (diabetes). 3. Penderita kelainan pembekuan darah

4. Penderita penyakit kulit atau jamur didaerah kemaluan 5. Tidak tetap pendiriannya.

6. Memiliki peradangan pada buah zakar.

8. Varikokel (verises pada pembuluh darah balik buah zakar). 9. Hidrokel (penumpukan cairan pada buah zakar).

10. Buah zakar tidak turun (kriptokismus) 11. Penyakit kelainan pembuluh darah. (Meliani, 2010, hal 164).

4. Persiapan Pra-Operatif

a. Konseling dan Informed consent

b. Riwayat kesehatan dan Pemeriksaan pra-operasi c. Persiapan passion untuk operasi

d. Mengamankan Penis

e. Membersihkan area yang akan dioperasi f. Menutup area yang akan dioperasi g. Anastesi lokal

Menurut Indrayani (2010) Pelaksaan Tindakan Vasektomi dapat dilakukan dengan menggunakan anastesi sebagai berikut :

1) Dipakai Anastesia lokal karena lebih murah dan lebih aman, misalnya lidocaine 1-2 % sebanyak 1-5 cc atau sejenisnya.

2) Kadang-kadang dicampur dengan adrenalin, untuk mengurangi perdarahn.IPPF tidak menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin juga bias menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operatif yang berkepanjangan.Penyuntikan steroid untuk mencegah pembengkakn post-operatif juga tidak dianjurkan.

3) Jangan menyuntikkan langsung kedalam vas deferens, karena mungkin dapat langsung merusak plexus pampiniform.

17 4) Bila calon akseptor merasa takut atau gelisah, dapat diberikan

transquilizer atau sedative, per oral atau suntikan.

Anastesi umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus khusus : a) Adanya luka parut daerah inguinal dan skrotum yang sangat tebal b) Kelainan intra-skrotal seperti hydrocele, varicocele.

c) Alergi terhadap anastesi local

5. Prosedur Vasektomi menggunakan Pisau

a. Identifikasi dan isolasi vas deferens

b. Kedua vas deferens merupakan struktur paling padt di daerah mid-scrotum, tidak berpulsasi berbeda dengan pemnbuluh darah.

c. Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan :

1) Kulit scrotum tebal

2) Vas deferens yang sangat tipis 3) Spermatic cord yang tebal 4) Testis yang turun

5) Otot cremaster dan menarik testis ke atas.

d. Kedua vas deferens harus diidentifikasi sebelum meneruskan prosedur kontapnya.

e. Dilakukan immobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan jari telunjuk atau dengan menggunakan klem (doek-klem atau klem lainnya).

f. Dilakukan anastesi lokal g. Insisi skrotum

1) Vas deferens yang telah diimmobiliosasi didepan skrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit skrotum.

2) Insisi, horizontal atau vertikal, dapat dilakukan dengan cara : a) Tunggal, digaris tengah (scrotal raphe)

b) Dua insisi, satu insisi diatas masing-masing vas deferens.

h. Memisahkan lapisan-lapisan superficial dari jaringan-jarimgan sehingga vas deferens dapat di isolasi.

i. Oklusi vas deferens

1) Umumnya dilakukan pemotongan /reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1-3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epidedemis.

2) Ujung-ujung vas deferens setelah di potong dapat ditutup dengan : a) Dapat dengan chromic catgut (paling sering dilakukan). b) Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk)

c) Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes kejaringan sekitarnya dan terjadi granuloma.

d) Untuk mencegah kedua ujung vas deferens agar tidak menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas deferens dapat dilipat kebelkang lalu diikatkan/mdijahitkan pada diri sendiri, atau fascia dari vas deferens dapat ditutup di atas satu ujung sehingga terdapat suatu barier jaringan dari jaringan fascia: atau ujung vas deferens ditanamkan ke dalam jaringan fascia.

e) Jika tidak menggunakan ligasi dapat dilakukan dengan elektro-koagulasi/Thermo-koagulasi.

f) Atau juga dengan clips

Masih dalam fase eksperimental. Keuntungan :

19 (1) Lebih cepat dibandingkan ligasi

(2) Lebih mudah memperhitungkan tekanan yang diperlukan untuk aplikasi clips dibandingkan ligasi

(3) Tantalum, bahan clips tidak diserap dengan bahan biologis inert. (4) Potensi reversibilitas besar.

g) Umumnya dipasang 2-3 clips pada masing-masing vas deferens. j. Penutupan luka insisi

1) Dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap.

2) Pada insisi 1 cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plaster saja.

Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor vasektomi dengan tindakan operasi (yang pada umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk menggalakkan penerimaan/pelaksanaan vasektomi di Indonesia sekarang telah diperkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau, dengan menggunakan alat khusus.

6. Prosedur pelaksanaa VTP,

Menurut POGI,dkk (2006, hal PK-95) diperlukan langkah-langkah sebagai berikut 1) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi telentang.

2) Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih. 3) Penis di plaster ke dinding perut

4) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadine 0,75%, larutan khorheksidin (hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%. 5) Tutupalah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril

6) Tepat di linea mediate di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi lokal (prokain/lidokain/novokain/xilocain 1-2 %tanpa epinefrin) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml.

7) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah kebawah kulit.

8) Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat disebelah distal lingkaran klem, dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut kurang lebih 450.

9) Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat dilihat.

10) Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah, tusuklah salah satu ujung klem ke dinding vas deferens dan ujung klem diputar menuju arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memotong vas deferens yang telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem diseksi.

11) Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan ke bawah dengan klem diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke dalam lubang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan parelel dengan arah vas deferens yang di angkat. Dipelukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens

di-21 crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3-0.

12) Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong .kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.

13) Tarik pelan-pelan benang pada puntung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lubang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epidedemis tertutup dan putung distal da diluar fasia, apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tenang, maka benang yang terahir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan ke dalam skrotum.

14) Lakukan tindakan diatas (langkah 7- 13)untuk vas deerens sebelah yang lain, melalui luka digaris yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya di aproksimasikan dengan bandaid atau tensoplas.

7. Perawatan post-operatip vasektomi

a. Istirahat 1-2 jam di klinik

b. Menghindari oekerjaan berat selama 2-3 hari c. Kompres dingin/es pada skrotum

d. Analgetika

e. Memakaai Lika penunjang skrotum (scrotal support) selama 7-8 hari f. luka operasi jangan kena air selama 24 jam.

g. Senggama dapat dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom, saat pria sudah menghendaki dan tidak merasa terganggu.

Sri handayani (2010).

1) Kontrasepsi pria tidak langsung menyebabkan infertilitas, spermatozoa yang ada didalam saluran reproduksi pria pada bagian urethral daro obstruksi, harus dikeluar semuanya sebalum pasangan suami-istri terlindung dari kehamilan. 2) Dari penelitian, 95 % akseptor kontap-pria menjadi azoospermatik 10

minggu setelah operasi.

3) Di perlukan pemeriksaan analisa sperma post-operatif, sampai 2 pemeriksaan berturut-berturut menunjukkan hasil negatif.

4) Dalam menentukan sterilisasi adalah criteria jumlah ejakulasi dari pada kriteria waktu tertentu.IPPF menganjurkan :

a. Paling sedikit 12 ejakulatsi, bila terdapat fasilitas analisa sperma.

b. Paling sedikit 20 ejakulasi bila tidak terdapat fasilitas pemeriksaan sperma. 5) Cara lain mengurangi spermatozoa post operatif adalah ejakulasi sesaat

sebelum dilakukan kontap-pria. Tetapi sampai sekarang efektifitasnya belum dievaluasi.

8. Efektifitas Vasektomi

Menurut Sri handayani (2010) efektifitas yang dapat terjadi setelah dilakukan vasektomi adalah :

a. Angka keberhasilan keberhasilan amat tinggi (99 %), angka kegagalan 0-2.2 % umumnya <1%.

b. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa.

c. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.

d. Jarang :duplikasi congenital dari vas deferens terdapat >1 vas deferens pada satu sisi).

23

9. Komplikasi dan Efek samping Vasektomi a. Komplikasi

Menurut Sri Handayani (2010) efek samping, Komplikasi dan pembagiannya dibagi menjadi 2 bagian :

1) Komplikasi Minor

a) Ecchymosis, terjadi pada 2- 65%. Penyebabnya :pecahnya pembuluh darah kecil subkutan sehingga terjadi perembesan daerah di bawah kulit. Tidak memerlukan terapi, akan hilang sendiri 1-2 minggu post-operatif. b) Pembengkakan (0,8- 67%).

c) Rasa sakit / rasa tidak enak.

d) Terapi pembengkakan dan rasa sakit/tidak enak dengan kompres es, analgetika, penunjang skrotum.

2) Komplikasi Mayor a) Hematoma

(1) Insiden <1 %.

(2) Terjadi pembentukan masa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah.

(3) Pencegahan :hemostasis yamg baik selama operasi.

(4) Pengobatan :jika kecil kompres es, istirahat beberapa hari.sedangkan jika besar buka kembali skrotum, ikat kembali pembuluh darah dan lakukan drainase.

b) Infeksi

(1) Jarang terjadi<2 %

(2) Infeksi dapat terjadi pada :insisi, vas deferens, epidedemis menyebabkan epededemitis, testis menyebabkan orchitis.

c) Sperma granuloma

(1) Sperma granuloma adalahsuatu abses non-bakterial, yang terdiri dari spermatozoa, sel-sel epitel dan limposit.dan merupakan suatu respon implamator terhadap spermatozoa yang merembes ke dalam jaringan sekitarnya.

(2) Insiden 0,1- 3 %.

(3) Penyebabnya :merembesnya /bocornya spermatozoa ke dalam jaringan sekitarnya.

(4) Diagnose : rasa sakit yang tiba-tiba dan pembengkakan pada lokasi operasi setelah 1-2 minggu, sedang sebelumnya sekali a-simtomatik. (5) Terapi :

(a) Umumnya granuloma yang kecil akan menghilang sendiri atau dapat dilakukan kompres es, istirahat dan pemberian analgetika. (b) Bila granuloma besar dan sangat sakit, harus dilakukan eksisi,

hanya saja eksisi satu granuloma tidak menjamin bahwa tidak akan terjadi suatu granuloma lainnya.

Dokumen terkait