• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mendukung standar ini, digunakan definisi-defenisi berikut: 2.1

arester surja

suatu alat dirancang untuk memproteksi perlengkapan listrik dari tegangan tinggi peralihan dan membatasi durasi serta sering kali membatasi amplitudo dari arus ikutan. Istilah "arester surja" meliputi setiap sela seri eksternal yang memungkinkan gawai berfungsi dengan baik saat dipasang, dengan mengabaikan apakah barang disediakan sebagai suatu bagian terpadu dari alat itu

CATATAN Arester surja biasanya dihubungkan antara penghantar listrik pada suatu jaringan dan bumi walaupaun kadang-kadang dihubungkan antar belitan peralatan atau antara penghantar listrik.

2.2

arester sela dengan jenis resistor non linier

suatu arester yang memiliki sebuah sela tunggal atau banyak dihubungkan seri dengan satu atau lebih resistor non linier

2.3

arester dengan sela seri

suatu sela yang sengaja dibuat diantara elektroda dan dihubungkan seri dengan resistor seri non linier dari arester.

2.4

resistor seri non linier dari arester

suatu bagian dari arester surja, yang memiliki karakteristik tegangan-arus non linier, bekerja sebagai resistans rendah untuk mengalirkan arus luahan yang tinggi sehingga membatasi tegangan yang melalui terminal arester, dan bekerja sebagai resistans tinggi pada tegangan frekuensi daya tenaga normal sehingga membatasi besarnya arus ikutan

2.5

bagian arester

suatu bagian yang lengkap dari arester yang diberi selubung/rumah termasuk sela seri dan resistans seri non linier yang proporsional sebagai suatu kebutuhan yang menampilkan kemampuan dari arester lengkap terhadap pengujian tertentu

2.6

unit arester

bagian arester berselubung lengkap yang dapat disambung secara seri dengan unit arester lainnya untuk membentuk suatu arester tidak harus merupakan seksi dari suatu arester

2.7

gawai pelepas tekanan dari suatu arester

sarana untuk melepaskan tekanan bagian dalam dari arester dan mencegah terjadinya ledakan yang menghancurkan dari rumah arrester sehubungan terjadinya arus ikutan dalam waktu lama arester atau terjadinya lewat denyar (flashover ) dalam arester

2.8

Tegangan pengenal arester

desain nilai efektif dari tegangan maksimum yang diijinkan dari tegangan frekuensi daya diantara terminal yang dirancang untuk beroperasi secara benar. Tegangan ini boleh digunakan secara terus menerus tanpa merubah karakteristik kerjanya

2.9

frekuensi pengenal arester

frekuensi dari sistem daya dimana arester dirancang untuk digunakan 2.10

luahan mengganggu

kejadian yang dihubungkan dengan kegagalan insulasi di bawah stress listrik yang meliputi  jatuhnya tegangan dan mengalirnya arus; istilah ini digunakan untuk kegagalan listrik pada

benda dielektrik padat, cair dan gas dan kombinasi dari ketiganya

CATATAN Suatu luahan mengganggu pada benda dieletrik padat menghasilkan kerugian tetap dari kekuatan listriknya; dan pada benda dielektrik cair dan gas kerugian ini mungkin hanya bersifat sementara.

2.11 dadal

2.12

lewat denyar

luahan mengganggu pada permukaan padat 2.13

loncat denyar suatu arester

luahan mengganggu yang terjadi pda sela antara sela elektroda arester 2.14

impuls

suatu gelombang atau arus satu arah, tanpa osilasi yang berarti, naik cepat ke nilai maksimum dan turun biasanya tidak begitu cepat kenaikannya ke nlai nol dengan loop kecil, bila ada berpolaritas berlawanan

Parameter yang menggambarkan suatu impuls tegangan atau impuls arus adalah polaritas, nilai puncak, waktu muka, dan waktu setengah nilai pada ekor.

2.15

impuls segi empat

suatu impuls yang naik dengan cepat ke nilai maksimum, kemudian hampir tetap untuk satu periode tertentu, lalu turun dengan cepat sampai nol

Parameter yang menggambarkan satu impuls segi empat adalah polaritas, nilai puncak, durasi puncak semu, dan durasi total semu.

2.16

nilai puncak dari suatu impuls

nilai maksimum dari arus atau tegangan pada satu impuls. Dalam hal ada osilasi yang menumpang, lihat 8.3.2, 8.5.2 e), dan 8.5.3.2 c)

2.17

muka dari suatu impuls

bagian dari suatu impuls yang terjadi sebelum puncak 2.18

ekor dari suatu impuls

bagian dari satu impuls yang terjadi setelah puncak 2.19

impuls tegangan gelombang penuh

suatu impuls tegangan yang tidak disela oleh loncatan denyar, lewat denyar atau dadal 2.20

impuls tegangan dipancung

suatu impuls tegangan yang disela di muka, puncak, atau ekor oleh loncat latu denyar, loncat denyar atau dadal yang menyebabkan tegangan mendadak jatuh

2.21

nilai puncak prospektif dari satu impuls tegangan dipancung

nilai puncak impuls tegangan gelombang penuh yang akan membuat impuls tegangan terpancung

2.22

titik asal semu dari suatu impuls

titik pada grafik tegangan fungsi waktu atau arus fungsi waktu yang ditentukan oleh perpotongan antara sumbu waktu pada tegangan nol atau arus nol dengan suatu garis lurus yang ditarik dari dua titik acuan pada muka impuls

a) untuk impuls tegangan dengan waktu muka semu sama dengan atau kurang dari 30 µs, titik acuan ada di 30 % dan 90 % nilai puncak.

b) untuk impuls tegangan dengan waktu muka semu lebih besar dari 30 µs, titik awal biasanya mudah didefinisikan dan tidak memerlukan definisi tambahan.

c) untuk impuls arus, titik acuan adalah 10 % dan 90 % dari nilai puncak.

CATATAN Definisi ini diterapkan hanya bila kedua skala absis dan ordinat adalah linear. Lihat  juga catatan untuk 2.23.

2.23

waktu muka semu dari suatu impuls (T1)

waktu, dalam mikrosekon:

a) untuk impuls tegangan dengan durasi muka sama atau kurang dari 30 µs, waktu muka semu adalah 1,67 kali waktu yang diperlukan oleh tegangan untuk naik dari 30 % sampai 90 % nilai puncak;

b) untuk impuls tegangan dengan durasi muka lebih lama dari 30 µs, waktu muka semu adalah 1,05 kali waktu yang diperlukan oleh tegangan untuk naik dari 0 % sampai 95 % nilai puncak;

c) untuk impuls arus, waktu muka semu adalah 1,25 kali waktu yang diperlukan oleh arus untuk naik dari 10 % sampai 90 % nilai puncak.

CATATAN Jika ada osilasi pada muka, titik acuan pada 10% 30% 90 % dan 95 % harus dibuat pada kurva rata-rata yang ditarik melalui osilasi tersebut.

2.24

kecuraman semu dari muka suatu impuls

rasio nilai puncak dan waktu muka semu dari suatu impuls 2.25

waktu semu ke nilai setengah pada ekor dari suatu impuls (T2)

selang waktu antar titik asal sebenarnya dan saat ketika arus atau tegangan sudah berkurang sampai separuh nilai puncaknya. Waktu ini dinyatakan di dalam mikrosekon

2.26

penandaan untuk suatu bentuk impuls

kombinasi dari dua angka, yang angka pertama mewakili waktu muka sebenarnya (T1) dan

yang kedua mewakili waktu sebenarnya ke nilai tengah di ekor (T2). Hal itu dituliskan sebagai

T1/T2, keduanya dalam mikrosekon, tanda "/" tidak punya arti matematik.

2.27

impuls tegangan petir standar

tegangan impuls yang mempunyai penandaan bentuk gelombang 1,2/50 2.28

impuls tegangan switsing

2.29

durasi semu dari puncak impuls segi empat

waktu selama amplitude impuls lebih besar dari 90 % nilai puncaknya 2.30

durasi total semu dari impuls segi empat

waktu selama amplitude impuls lebih besar dari 10 % nilai puncaknya. Bila osilasi kecil ada di muka, harus digambar kurva rata-rata untuk menentukan waktu tercapainya nilai 10 % tersebut

2.31

nilai puncak dari impuls dengan polaritas berlawanan

amplitude maksimum dari impuls polaritas berlawanan yang dicapai oleh suatu impuls tegangan atau arus bila berosilasi di sekitar nol sebelum mencapai suatu nilai nol yang tetap 2.32

arus luahan dari arester

arus surja atau arus impuls yang mengalir pada arester setelah terjadi loncat latu denyar pada sela seri

2.33

arus luahan nominal dari arester

nilai puncak dari arus luahan, yang mempunyai bentuk gelombang 8/20, yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu arester. Ini juga merupakan arus luahan yang digunakan untuk memulai arus ikutan pada uji operasi kerja

2.34

arus ikutan dari arester

arus dari sumber daya yang terhubung pada arester, yang mengalir mengikuti arus luahan 2.35

tegangan sisa (tegangan pelepasan) dari arester 

tegangan yang terjadi pada terminal dari arester selama mengalirnya arus pelepasan 2.36

tegangan loncat latu impuls arester

nilai tertinggi dari tegangan yang dicapai sebelum terjadi loncatan ketika suatu impuls dengan bentuk gelombang dan polaritas tertentu diterapkan diantara terminal arester

2.37

gelombang-muka tegangan loncat latu impuls arester 

tegangan loncat latu impuls yang dicapai pada gelombang-muka tegangan yang naik secara linier terhadap waktu

2.38

tegangan loncat latu impuls petir standar dari arester

nilai puncak prospektif paling rendah dari suatu impuls tegangan petir standar, yang bila diterapkan ke suatu arester, menyebabkan loncat latuan pada setiap penerapan

2.39

waktu loncat latu

selang waktu antara awal semu dan saat terjadi loncat latuan pada arester. Waktu dinyatakan dalam mikrodetik

2.40

kurva tegangan loncat latu impuls terhadap waktu

suatu kurva yang menghubungkan tegangan loncat latu impuls dengan waktu loncat latuan 2.41

arus prospektif 

arus yang akan mengalir pada suatu lokasi tertentu pada sirkit bila sirkit tersebut dihubung-pendek di lokasi itu menggunakan penghubung yang impedansinya dapat diabaikan

2.42

uji jenis (uji desain)

pengujian yang dilakukan terhadap arester baru, yang telah selesai dikembangkan untuk menetapkan kinerjanya dan untuk mendemonstrasikan kesesuaiannya dengan standar ini. Sekali dilakukan, uji ini tidak diulang lagi, kecuali desainnya dirobah sehingga kinerjanya berubah

2.43 uji rutin

pengujian ini dilakukan terhadap setiap arester atau pada bagian arester dan material arester sebagaimana yang disyaratkan untuk memastikan bahwa produk tersebut memenuhi spesifikasi desain

2.44

uji serah terima

uji yang dipilih dan dilakukan bila hal ini telah disetujui oleh pabrikan dan pembeli bahwa arester atau contoh yang mewakili untuk suatu order pembelian harus diuji

2.45

karakteristik proteksi arester adalah kombinasi berikut ini:

a) kurva tegangan loncat latu impuls petir terhadap waktu, yang ditentukan pada 8.3.3; b) kurva tegangan-sisa terhadap arus luahan, yang ditentukan pada 8.4;

c) untuk arester berpengenal 10.000 A, 100 kV dan di atasnya, kurva tegangan loncat latu impuls switsing terhadap waktu, yang ditentukan pada 8.3.5. 2.46

sakelar pemisah arester 

gawai untuk memisahkan arester dari sistem, bila terjadi kegagalan arester untuk mencegah gangguan yang menetap pada sistem dan untuk memberikan petunjuk yang dapat terlihat pada arester yang gagal tersebut

CATATAN Pembebasan arus gangguan pada arester ketika pemisahan umumnya bukan fungsi dari gawai tersebut, dan ini dapat membuat ledakan yang memecahkan rumah arester akibat lewat denyar internal karena arus gangguan yang tinggi.

Bagian 3: Pengenal dan klasifikasi

3.1 Pengenal arester

 Arester harus dapat dikenali dengan informasi minimal yang ditunjukkan pada papan namanya sebagai berikut:

- tegangan pengenal;

- frekuensi pengenal, jika lebih dari satu, lihat 4.2;

- arus luahan nominal (ditetapkan untuk 5000 A arester yang dipilih apakah seri A atau B*,

dan untuk 10.000 A apakah yang dipilih untuk beroperasi pada tugas ringan atau berat);

- kelas luahan jangka waktu lama (untuk 10.000 A dipilih arrester untuk beroperasi pada

tugas berat);

- pengenal arus ketehanan hubung singkat dalam kilo amper harus dicantumkan pada

papan nama arester. Arester yang tidak memiliki ketahanan arus hubung singkat harus mencantumkannya pada papan nama, lihat 8.7;

- nama pabrikan atau merek dagang, tipe, dan pengenal;

- tahun pembuatan.

CATATAN 1 Informasi yang diberikan melalui pemerikasaan atau penawaran dapat ditunjukkan pada panduan annex B.

CATATAN 2 Dalam beberapa negara, arester biasa digolongkan pada : - gardu induk untuk arester 10.000 A

- sisi antara (seri A) atau untuk distibusi (seri B) untuk arester 5000 A* - sekunder untuk arester 1.500 A

3.2 Klasifikasi arester

 Arester surja dapat diklasifikasikan oleh arus luahan nominal standar dan akan dijumpai pada persyaratan uji dan karakteristik unjuk kerjanya atau tingkat perlindungan minimal.  Apa yang disyaratkan dalam bagian ini haruslah dipertimbangkan agar sesuai dengan

standar.

Bagian 4: Pengenal standar

4.1 Pengenal tegangan standar

Nilai standar dari tegangan pengenal untuk arester harus sesuai dengan daftar pada Tabel1. Tabel 1 – Pengenal tegangan standar (kV r.m.s)

0,175 0,280 0,500 0,660 3 4,5 6 7,5 9 10,5 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 51 54 60 75 84 96 102 108 120 126 138 150 174 186 198

Untuk pengenal tegangan diatas 198 kV, pengenal tegangan arester dapat dibagi dengan 6

*) Arester seri-A didasarkan pada karakteristik unjuk kerja praktis untuk semua negara. Arester seri-B didasarkan pada karakteristik unjuk kerja di negara Canada, Amerika serikat dan negara linnya.

4.2 Standar frekuensi pengenal

Standar frekuensi pengenal adalah 50 Hz dan 60 Hz.

4.3 Arus luahan nominal standar

 Arus luahan nominal standar adalah: 10.000 A, 5.000 A, 2.500 A dan 1.500 A, dengan bentuk gelombang 8/20.

CATATAN Arester 10 000 A (lihat 3.2) ada dua tipe, tugas ringan dan tugas berat, yang dibedakan oleh amplitude arus impuls durasi lama yang untuk itu harus tahan. Lihat 8.5.3.

4.4 Kondisi pelayanan

4.4.1 Kondisi pelayanan normal

 Arester surja yang sesuai dengan standar ini haruslah cocok untuk dioperasikan pada kondisi pelayaan normal berikut:

a) suhu sekitar di dalam julat -40º C sampai + 40º C; b) ketinggian tidak melebihi 1 000 m;

c) frekuensi suplai daya a.b. tidak kurang dari 48 Hz dan tidak melebihi 52 Hz;

d) tegangan frekuensi daya yang diterapkan antara terminal saluran dan terminal bumi arester tidak melebihi tegangan pengenalnya.

4.4.2 Kondisi pelayanan tidak normal

 Arester yang diterapkan ke kondisi tidak normal atau kondisi pelayanan tidak normal barangkali memerlukan pertimbangan khusus pada pabriikasinya atau penerapannya dan masing-masing kasus harus didiskusikan dengan pabrikan. Lihat Lampiran A: Kondisi pelayanan tak-normal, dan Lampiran C: Pemilihan klas luahan durasi-lama dari arester tugas-berat.

Bagian 5: Persyaratan

5.1 Tegangan loncat latu denyar frekuensi daya

Untuk semua kelas arester surja, kecuali kelas 10 000 A tugas-berat, nilai terendah tegangan loncat latu denyar frekuensi daya tidak boleh kurang dari 1,5 kali tegangan pengenal arester. Untuk arester 10 000 A tugas-berat, nilai terendah tegangan loncat latu denyar frekuensi daya boleh atas persetujuan antara pabrikan dan pembeli.

Harus dicatat bahwa uji tegangan loncat latu denyar frekuensi daya adalah persyaratan minimum untuk uji rutin yang dilakukan oleh pabrikan seperti yang ditetapkan di 6.1.

5.2 Tegangan loncat latu impuls petir standar 

Dengan tegangan impuls petir yang ditetapkan di 8.3.2 dengan spesifikasi pada Tabel 8 arester harus loncat latu denyar pada setiap impuls dari suatu deret impuls lima positif dan lima negatif.

Jika di dalam salah satu deret dari lima impuls, sela loncat latu gagal sekali saja, tambahan sepuluh dari polaritas itu haruslah diterapkan dan sela harus loncat latu pada semua impuls ini.

5.3 Gelombang-muka tegangan loncat latu impuls

Dengan impuls tegangan yang mempunyai kecuraman muka semu sama dengan yang ditentukan di dalam Tabel 8, tegangan loncat latu tidak boleh melebihi nilai yang ditetapkan dalam Tabel 8. Ini diperiksa menurut 8.3.4 dengan suatu pengujian dengan lima impuls positif dan lima impuls negatif, atau dengan menggunakan kurva tegangan loncat latu impuls / waktu yang diuraikan di 8.3.3.

5.4 Tegangan loncat latu impuls switsing

Tegangan ini ditentukan untuk arester 10 000 A yang mempunyai tegangan pengenal di atas 100 kV sesuai dengan 8.3.5. Ada batasan yang hanya untuk arester tugas-berat dengan tegangan pengenal di atas 200 kV. Untuk arester ini batasannya diberikan dalam Tabel 8 (kolom 7).

5.5 Tegangan sisa impuls petir 

Tegangan sisa untuk arus luahan nominal, ditentukan dari kurva yang digambar menurut 8.4.1. Tegangan ini tidak boleh lebih tinggi dari tegangan sisa maksimum arester yang ditetapkan di dalam Tabel 8.

5.6 Tegangan sisa impuls switsing

Persyaratan ini berlaku bagi arester 10 000 A , tugas ringan atau tugas berat , atau arester 5 000 A, yang mempunyai tegangan pengenal di atas 100 kV dan dengan sela aktif (suatu sela aktif didefinisikan sebagai suatu sela yang membangkitkan sedikitnya 100 V / kV tegangan pengenal ketika uji impuls switsing).

Tegangan sisa impuls switsing yang ditentukan menurut 8.4.2 tidak boleh melebihi nilai yang ditunjukkan di dalam Tabel 8.

5.7 Ketahanan impuls arus-tinggi

 Arester harus tahan uji impuls arus tinggi menurut 8.5.2. Tegangan loncat latu rerata frekuensi-daya (lihat 8.2) yang direkam sebelum dan setelah pengujian ini tidak boleh berubah lebih dari 10%. Pengujian contoh harus dapat membuktikan tidak terjadi dadal atau lewat denyar pada resistor taklinear atau kerusakan yang cukup berarti pada sela seri atau sirkuit perata.

5.8 Ketahanan arus durasi-lama

 Arester harus tahan uji impuls arus durasi-lama menurut 8.5.3 dan Tabel 5 (tugas-berat) atau Tabel 6 (tugas-ringan). Untuk kedua jenis, tegangan sisa petir (8.4.1) yang direkam sebelum dan setelah pengujian ini tidak boleh berubah lebih dari ± 10 %. Untuk arester tugas-berat, tegangan loncat latu denyar frekuensi daya kering (8.2) yang direkam sebelum dan setelah pengujian tidak boleh berubah lebih dari ± 10 %.

5.9 Operasi kerja

- arus ikutan harus terjadi pada setiap impuls uji dan contoh uji harus memutus arus ikutan setiap kalinya;

- pemutusan terakhir arus ikutan harus terjadi paling tidak di akhir setengah siklus sesudah

penerapan impuls.

Setelah uji operasi kerja dan setelah contoh uji menjadi dingin sampai mendekati suhu sekitar, uji loncat latu denyar frekuensi daya dan uji tegangan sisa yang dilakukan sebelum uji operasi kerja diulang dan nilai reratanya tidak boleh berubah lebih dari 10 %.

5.10 Pelepas tekanan

Bila suatu arester dilengkapi dengan suatu gawai pelepas tekanan, kegagalan arester tidak boleh menyebabkan ledakan yang menghancurkan rumah arester. Hal ini diverifikasi dengan pengujian yang diuraikan di 8.7.

Contoh uji dianggap sudah lulus pengujian jika rumah arester utuh atau jika pecah secukupnya tidak meledak dan jika semua bagian dari contoh uji tetap berada di dalam selungkup.

5.11 Pemisah

5.11.1 Ketahanan pemisah

Bila suatu arester dipasang atau dihubungkan dengan pemisah, gawai ini harus tahan, tanpa beroperasi, terhadap setiap uji berikut:

- uji impuls arus-tinggi (8.8.2.1);

- uji impuls arus durasi-lama (8.8.2.2);

- uji operasi kerja (8.8.2.3).

5.11.2 Operasi pemisah

Waktu tunda (time delay ) untuk operasi pemisah ditentukan untuk tiga nilai arus : 20 A, 200  A dan 800 A r.m.s. , ± 10 % sesuai 8.8.3. Disini harus ada bukti jelas tentang pemisahan

yang efektip dan permanen oleh gawai tersebut.

Bagian 6: Prosedur umum pengujian

6.1 Contoh uji dan pengukuran

Kecuali bila ditetapkan lain, semua uji harus dilakukan pada arester, bagian arester atau unit arester yang sama. Contoh uji tersebut haruslah baru, bersih, dirakit sepenuhnya, dan disusun sedapat mungkin seperti dalam pelayanan dan haruslah dipasang cincin perata (grading rings), jika digunakan.

Perlengkapan ukur harus memenuhi persyaratan IEC 60060/ SNI ... , dan nilai yang diperoleh harus diterima sebagai nilai yang akurat untuk maksud memenuhi ayat uji yang relevan.

6.2 Uji tegangan frekuensi daya

Semua uji frekuensi daya haruslah dilakukan dengan tegangan bolak-balik berfrekuensi antara batas 48 Hz dan 62 Hz, dan bentuk gelombangnya harus mendekati sinusoidal.

6.3 Uji basah

 Ayat ini bersesuaian dengan rekomendasi  pada uji basah yang terdapat di IEC 60060 SNI ... . Umumnya diakui bahwa uji basah tidaklah dimaksudkan untuk mereproduksi (menirukan) kondisi operasi sebenarnya tetapi untuk menyediakan/ memberikan suatu kriteria yang didasarkan pada pengalaman yang terakumulasi sehingga akan didapat operasi pelayanan yang memuaskan.

Pengujian ini harus memberi hasil yang dapat direproduksi di dalam laboratorium yang sama dan laboratorium berbeda.

Pengujian haruslah dilakukan hanya pada arester yang dirancang untuk pasangan luar. Bila pengujian seperti itu ditetapkan, benda uji haruslah dikenakan semprotan air dengan resistivitas yang ditentukan yang disemprotkan oleh nosel atau nosel-nosel yang ditempatkan dengan baik. Semprotan air, terdiri dari tetesan-tetesan kecil, harus jatuh pada benda uji dengan sudut kira-kira 45° terhadap vertikal seperti yang ditentukan dengan pengamatan visual atau dengan pengukuran komponen tegak dan datar dari laju curah semprotan.

Komponen tegak semprotan air harus diukur dengan suatu wadah pengumpul yang

mempunyai satu bukaan horisontal dengan luas 100 cm2 sampai 750 cm2. Bila

kedua-komponen tegak dan datar diperlukan, kedua-komponen datar akan diukur dengan bejana pengumpul yang mempunyai bukaan yang vertikal dan serupa diarahkan ke nosel. Bejana pengumpul harus ditempatkan di sisi benda uji menghadap nosel dan sedekat mungkin dengan benda uji tanpa mengumpulkan percikan dari benda uji itu.

Untuk benda uji dengan tinggi melebihi 50 cm, pengukuran laju curah harus dilakukan di ujung-ujung dan di tengah dan nilai-nilai yang diperoleh untuk tiap posisi haruslah tidak berbeda lebih dari 25 % dari rerata untuk ketiga posisi itu ; ; untuk benda dengan tinggi 50 cm atau kurang, pengukuran harus dibuat dekat pertengahan saja.

Benda uji haruslah disemprot paling sedikit 1 menit sebelum penerapan tegangan. (Sebagai alternatif, hasil yang lebih konsisten bisa diperoleh jika benda seluruhnya dibasahi air dengan suhu serta resisitivitas yang ditentukan, sebelum penerapan tegangan). Karakteristik air yang disemprotkan haruslah seperti yang diberikan dalam Tabel 2. Disini diberikan dua set, satu yang umumnya sesuai dengan praktek Eropa, dan lainnya dengan praktek di Kanada dan di Amerika Serikat. Direkomendasikan agar masing-masing Panitia Nasional menggunakan hanya salah satu dari praktek ini.

Tabel 2 - Parameter untuk uji basah Praktek Karakteristik

Eropa Kanada dan Amerika Serikat

1. Laju curah (komponen tegak)

3 mm/menit ± 10 % 5 mm/menit ± 10 %

2. Resistivitas air 10 000 Ohm-cm ± 10 % 17 800 Ohm-cm ± 10 %

3. Suhu air Suhu sekitar ± 15 °C

Suhu sekitar ± 15 °C 4. jenis nosel Lihat gambar 2a, 2b and 2c*

Lihat gambar 2d* 5. Tekanan air Lihat gambar 2a, 2b and 2c*

Lihat gambar 2d*

* Angka mengacu ke IEC 60060-1 SNI .... ... .

6 Uji polusi buatan

Uji polusi buatan diuraikan di dalam IEC 60099-3 / SNI…….. Laporan ini memberi prinsip

dasar dari pengujian polusi-buatan pada arester surja resistor non linier dengan sela,

bersama rincian komposisi pengotor dan metoda penerapan dan prosedur pengujian yang berhubungan dengan masing-masing modus dari polusi.

Bagian 7: Uji rutin dan uji penerimaan

Dokumen terkait