E. Penegasan Istilah 1. Pengembangan 1.Pengembangan
1. Definisi Belajar
Whittaker dalam Darsono (2000:4) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang menimbulkan perubahan perilaku melalui pengalaman atau latihan. Belajar menurut Winkel dalam Darsono (2000:4), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap suatu individu. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan persepsi seseorang (Anni, 2007:82). Unsur-unsur belajar antara lain: siswa, rangsangan (stimulus), memori dan respon.
Anni (2007:82) menyatakan bahwa konsep belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku
Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mempunyai perbedaan dalam perilakunya, contoh seseorang dapat menulis, membaca dan berhitung.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman
Pengalaman dalam pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh faktor obat-obatan, adaptasi penginderaan, dan kekuatan mekanik tidak dipandang sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman.
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen
Seseorang mampu memahami proses belajar dan menerapkan penggetahuan yang diperoleh dari proses belajar pada kehidupan nyata, maka ia mampu menjelaskan sesuatu yang ada pada lingkungannya. Demikian pula jika seseorang mampu memahami prinsip-prinsip belajar, maka ia akan mampu mengubah perilaku seperti yang diinginkannya.
7. Masalah Belajar
Darsono (2000:41) menyebutkan jenis-jenis kesulitan dalam belajar antara lain:
a. Learning Disorder
Learning disorder adalah suatu kesulitan yang dialami siswa karena adanya respon-respon tertentu yang bertentangan atau tidak sesuai. Misalnya dialami siswa yang kurang berminat terhadap suatu bidang studi atau materi pelajaran tertentu, tetapi harus tetap mempelajari karena tuntutan kurikulum.
b. Learning Disability
Learning Disability adalah kesulitan yang berupa ketidakmampuan belajar karena berbagai sebab yang berupa faktor dari dalam maupun dari luar sehingga siswa menjadi susah memahami materi yang diberikan oleh guru.
c. Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak berfungsi dengan baik karena adanya ganguan syarat otak, dimana terjadi ganguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya.
d. Slow Learner
Slow Learner atau disebut juga siswa lamban, hal semacam ini memperlihatkan gejala belajar yang lambat. Siswa tidak mampu menyelesaikan pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah ditentukan sebelumnya oleh guru.
e. Under Achiever
Siswa semacam ini memiliki hasil belajar rendah, dibawah potensi yang apa adanya. Kecerdasan tergolong normal bahkan diatas normal, tetapi karena sesuatu hal proses belajarnya terganggu sehingga prestasi belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan kemampuan potensial yang dimiliknya.
Dari tinjauan pustaka mengenai macam-macam kesulitan dalam belajar dan dari observasi peneliti di SMA Negeri 3 Temanggung,
sebagian besar siswa SMA Negeri 3 Temanggung untuk mata pelajaran geografi masuk kedalam kategori Learning Disability dimana siswa mempunyai kesulitan belajar dan memahami mata pelajaran geografi dikarenakan faktor dari dalam yang berupa ketidakminatan siswa untuk mengikuti pembelajaran geografi karena menurut siswa mata pelajaran geografi membosankan. Sedangkan faktor dari luar salah satunya adalah penggunaan bahan ajar yang kurang bervariasi, dimana bahan ajar yang digunakan didominasi oleh pemakaian LKS konvensional yang kurang memacu partisipasi siswa untuk aktif.
8. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:5). Informasi hasil belajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Benyamin S. Bloom (dalam Anni, 2007:86) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan (knowledge), didefinisikan sebagai prilaku mengingat, mengenali informasi terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai dari fakta spesifik sampai pada teori yang kompleks.
2) Pemahaman (comprehension), didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi yang diberikan. Hal ini ditunjukkan melalui penerjemahan materi yang telah dipelajari.
3) Penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari oleh siswa dalam situasi yang baru dan konkret. Penerapan yang dilakukan mencakup hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip, dalil dan teori.
4) Analisis (analiysis), mengacu pada kemampuan yang dimiliki siswa dalam memecahkan masalah ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.
5) Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. 6) Penilaian (evaluation), mengacu pada kemampuan membuat
Dalam penelitian ini peneliti membatasi hasil belajar ranah kognitif sampai pada tahap C4 yaitu analisis. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis kooperatif siswa tidak saja dituntut untuk menggetahui, memahami dan menerapkan, tetapi siswa juga dituntut untuk dapat menganalisis atau memecahkan masalah atau suatu fenomena geografi, sehingga siswa dapat berfikir kritis.
b. Ranah Afektif
Krathwohl, Bloom, dan Masia (dalam Anni, 2007:87) membagi menjadi lima tingkatan yaitu:
1) Penerimaan (receiving), mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan dan fenomena tertentu.
2) Penanggapan (responding), mengacu pada partisipasi aktif pada siswa. Sikap ini ditujukan dalam hal penekanan pada kemahiran merespon, keinginan merespon dan kepuasan merespon.
3) Penilaian (valuing), berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada prilaku tertentu yang terdapat pada diri siswa.
4) Pengorganisasian (organizing), berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.
5) Pembentukan pola hidup (organization by a value complex), mengacu pada sikap siswa yang memiliki sistem nilai, dimana sistem nilai tersebut mengendalikan perilakunya dalam waktu yang
cukup lama sehingga mampu mengembangkan karakeristik pada diri siswa.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi hasil belajar ranah afektif sampai pada tahap penanggapan. Dimana dalam pembelajaran menggunakan LKS berbasis kooperatif siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif hal ini ditujukan pada kemahiran atau kemampuan, keinginan dan kepuasan siswa setelah merespon sesuatu pada saat jalannya pembelajaran.
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi tujuh aspek yaitu :
1) Persepsi (perception),berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik (gerakan).
2) Kesiapan (set), mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental dan kesiapan jasmani. 3) Gerakan terbimbing (guided response), berkaitan dengan
tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks. Gerakan terbimbing ini meliputi peniruan dan kegiatan mencoba-coba. 4) Gerakan terbiasa (mechanism), berkaitan dengan tindakan kinerja
dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.
5) Gerakan kompleks (complex overt response), berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik (gerak) yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian (adaptation), berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga siswa dapat memodivikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan baru atau ketika menemui masalah baru.
7) Kreativitas (originality), mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil dari ini adalah menciptakan keterampilan baru yang benar-benar telah dikembangkan.
B. Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa tersebut memperoleh kemudahan Briggs (dalam Rifa’i, 2010:191). Rifa’i (2010:205) menyebutkan definisi pembelajaran dari beberapa aliran antara lain:
1. Aliran Behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diingikan dengan menyediakan rangsangan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) maka perlu adanya latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah atau penguatan.
2. Aliran Kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa
yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran ini menekankan pada kemampuan kognisi (mengenal) pada individu yang belajar.
3. Aliran Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya (mengaturnya) menjadi suatu gestalt (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir potensi yang terdapat dalam diri siswa.
4. Aliran Humanistik, pembelajaran adalah suatu usaha memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuanya.