• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Dasar dalam Aljabar dan Teori Koding

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dasar dalam Aljabar dan Teori Koding

Berikut adalah definisi dan teorema dasar dalam aljabar yang melandasi teori koding.

2.1.1 Definisi: Ruang Vektor

Misalkan Fq merupakan lapangan hingga dengan order

q

. Himpunan tak kosong V (dengan penjumlahan vektor dan perkalian skalar oleh elemen Fq) merupakan ruang vektor dari Fq jika untuk semua

u v V,

dan untuk semua

, Fq

λ μ

∈ , berlaku: i. u+ ∈v V

ii.

(

u+ + = + +v

)

w u

(

v w

)

iii.

∃ unsur 0∈V dimana 0+ = = + ∀ ∈v

v

v

0,

v V

iv. ∀ ∈u V, ∃− ∈u V dimana 0u+ − = = − +

( )

u

( )

u u v. u v+ = +v u

vi.

λ

⋅ ∈v V

vii. λ⋅ +

(

u v

)

= ⋅ + ⋅λ u λ v viii.

( )

λμ ⋅ =u λ μ

(

u

)

ix. Jika 1 merupakan unsur identitas untuk perkalian di Fq, maka

1⋅ =u u

(Ling & Xing, 2004)

2.1.2 Definisi: Penjumlahan Vektor dan Perkalian Skalar di Fqn Misalkan didefinisikan ruang vektor n

q F atas Fq, yaitu:

(

)

{

| 1, 2, 3, , ;

}

n q n i q F = u u= u u uu uF . Misalkan pula V =

(

v v1, 2,…,vn

)

Fqn,

(

1, 2, ,

)

n n q

W = w wwF , dan

λ

Fq. Maka penjumlahan vektor di n q

8

didefinisikan sebagai U+W =

(

v1+w v1, 2+w2,…,vn+wn

)

Fq, sedangkan perkalian skalar didefinisikan sebagai λ⋅ =v

(

λ λv1, v2,…,λvn

)

Fqn.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.3 Definisi: Subruang (Subspace)

Suatu himpunan tak kosong C dari ruang vektor V merupakan subruang (ruang bagian) dari V jika C merupakan ruang vektor dan memiliki sifat penjumlahan vektor dan perkalian vektor yang sama dengan V .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.4 Proposisi 1

Suatu himpunan tak kosong C yang merupakan himpunan bagian dari

ruang vektor V atas Fq merupakan subruang jika dan hanya jika untuk

, & , F ,q x y C

λ μ

∀ ∈ ∈ berlaku

λxy C

.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.5 Definisi: Kombinasi Linear

Misalkan V merupakan ruang vektor atas Fq,

λ

iFq sembarang, maka

1 1u 2u2 rur

λ +λ ++λ merupakan kombinasi linear dari u u1, 2,…,urV .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.6 Definisi: Bebas Linear

Misalkan V merupakan ruang vektor atas Fq, himpunan vektor

{

v v1, 2,…,vk

}

dalam V dikatakan saling bebas linear jika

1 1v 2v2 rvr 0

λ +λ +…+λ = mengakibatkan λ12 =…=λr =0, dan tak bebas linear jika ada λi ≠0 yang mengakibatkan λ1 1v2v2+…+λrvr =0.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.7 Definisi: Rentang Linear

Misalkan V merupakan ruang vektor atas Fq dan S =

{

v v1, 2,…,vk

}

merupakan himpunan tak kosong dari V . Rentang linear dari S didefinisikan

9

sebagai S =

{

λ1 1v2 2v +…+λkvkiFq

}

. Jika S= ∅, didefinisikan

{ }

0

S = .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.8 Definisi: Basis

Misalkan V merupakan ruang vektor atas Fq. Himpunan tak kosong

{

1, 2, , k

}

B= v vv dari V dikatakan basis untuk V jika V = B dan

B

bebas linear.

Misalkan B=

{

v v1, 2,…,vk

}

basis untuk V , maka sembarang vektor v V∈ dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari vektor

B

secara unik.

2.1.9 Teorema 1

Misalkan V merupakan ruang vektor atas Fq. Jika dim

( )

V =k, maka: i. V memiliki qk elemen. ii. V memiliki

(

)

1 0 1 ! k k i i q q k − = −

basis yang berbeda.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.10 Definisi: Hasil Kali Skalar

Misalkan V =

(

v v1, 2,…,vn

)

Fqn, W =

(

w w1, 2,…,wn

)

Fqn

. Hasil kali skalar (dot product/hasil kali euclidian) dari V dan W didefinisikan sebagai

1 1 2 2 n n q

V W⋅ =v w +v w + +… v wF . Hasil kali skalar merupakan salah satu contoh dari hasil kali dalam pada n

g

F . Hasil kali dalam pada n

q

F didefinisikan sebagai pasangan terurut , :Fqn×FqnFqyang memenuhi : ∀u v, ∈Fqn,berlaku

i. u+u w, = u w, + v w, . ii. u v, +w = u w, + v w, . iii. u v, =0 untuk semua n

q

uF jhj v=0. iv. u v, =0 untuk semua vFqn jhj u=0.

10

2.1.11 Definisi: Komplemen Orthogonal

Misalkan

(

1, 2, ,

)

n,

(

1, 2, ,

)

n

n q n q

V = v vvF W = w wwF .

i. Vektor V dan W dikatakan saling tegak lurus (orthogonal) jika

0 V W⋅ = .

ii. Misalkan S merupakan himpunan bagian dari Fqn. Komplemen orthogonal dari S, yaitu

S

⊥ didefinisikan sebagai

{

qn| 0,

}

S⊥ = vF v s⋅ = ∀ ∈s S . Jika S= ∅, didefinisikan n

q

S⊥ =F .

Jika S merupakan subruang dari ruang vektor n q

F , maka

S

merupakan subruang dari ruang vektor n q

F dan S ⊥ =S⊥.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.12 Teorema 2

Diberikan ruang vektor n q

F . Misalkan S himpunan bagian dari n q

F , maka

( )

( )

dim S +dim S⊥ =n.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.13 Definisi: Kode Linear

Misalkan diberikan lapangan hingga Fq. Misalkan pula n q

F merupakan himpunan dari vektor-vektor atas Fq dengan panjang

n

. Kode linear C didefinisikan sebagai ruang bagian dari ruang vektor n

q

F . Kode linear C dengan panjang

n

dan dimensi k sering dinamakan qary n k

[ ]

, −code (kode linear dengan parameter

[ ]

n k, ). Jika jarak minimum d dari C diketahui, C dapat disebut kode linear dengan parameter

[

n k d, ,

]

. Atau biasa disebut kode linear-

[

n k d, ,

]

. Untuk selanjutnya, jika parameter dari suatu kode tidak ditekankan, cukup disebutkan bahwa C adalah suatu kode linear. Anggota dari C disebut dengan kata kode.

11

2.1.14 Definisi: Kode dual dan dimensi dari suatu kode Misalkan C merupakan kode linear, maka

i. Kode dual (dual code) dari C adalah

C

⊥, yang merupakan komplemen othogonal dari C.

ii. Dimensi dari kode linear Csama dengan dimensi Cdalam sudut

pandang subruang vektor atas Fq, yaitu dim

( )

C .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.15 Teorema 3

Diberikan ruang vektor n q

F . Misalkan C adalah kode linear dengan panjang

n

dan dimensi k di n q

F , maka:

i. Banyaknya unsur di C = dim( )

dim( ) log C

q

C =qC = C .

ii.

C

⊥ juga merupakan suatu kode linear dan dim( ) dim(C + C⊥)=n. iii.

( )

C⊥ ⊥ =C.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.16 Definisi: Self-orthogonal dan Self-Dual Misalkan C adalah kode linear.

i. C dikatakan self- orthogonal jika CC⊥. ii. C dikakatan self-dual jika

C C=

⊥.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.17 Proposisi 2

Misalkan C adalah kode linear dengan panjang

n

.

i. Jika C merupakan kode yang self-orthogonal, maka dim

( )

2 n C. ii. Jika C merupakan kode yang self-dual, maka dim

( )

2 n C = .

12

2.1.18 Definisi: Jarak Hamming (Hamming distance) Diberikan ruang vektor n

q

F atas lapangan Fq. Misalkan pula

x

dan

y

adalah anggota dari n q

F

(

x y, ∈Fqn

)

. Jarak Hamming antara

x

dan

y

yang dinotasikan dengan d x y

(

,

)

, didefinisikan sebagai berikut.

(

,

)

(

1, 1

)

(

2, 2

)

...

(

n, n

)

d x y =d x y +d x y + d x y , dengan

(

,

)

1 0 i i i i i i x y d x y x y ≠ ⎧ = ⎨ = ⎩ .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.19 Definisi: Jarak minimum suatu kode (Minimum distance of a code) Misalkan C adalah kode linear yang memiliki kata kode lebih dari satu.

Jarak minimum untuk C, yang dinotasikan d C

( )

, didefinisikan sebagai

( )

min

{

(

,

)

| , ,

}

d C = d x y x yC xy .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.20 Definisi: Bobot Hamming (Hamming weight) Diberikan ruang vektor n

q

F . Misalkan pula

x

n q

F . Bobot Hamming (Hamming Distance), yang dinotasikan

wt x( )

didefinisikan sebagai jumlah koordinat/unsur yang tak nol:

( )

( , 0)

wt x =d x dengan 0 adalah vektor nol atau dapat pula didefnisikan sebagai berikut.

1 jika 0 ( ) ( , 0) 0 jika 0 x wt x d x x ≠ ⎧ = = ⎨ = ⎩ .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.21 Lema 1.

Diberikan ruang vektor n q

F . Misalkan , n q

x yF , maka

d x y( , )=wt x y(

)

. (Ling & Xing, 2004)

13

2.1.22 Lema 2

Misalkan diberikan bilangan prima

q

sembarang. Misalkan pula n q

F suatu ruang vektor atas Fq. Untuk sembarang , n

q

x yF , berlaku

( )

( )

(

)

( )

( )

wt x +wt ywt x+ywt xwt y .

(Ling & Xing, 2004)

2.1.23 Definisi: Bobot Minimal Hamming

Diberikan kode linear C. Minimum Hamming weight (bobot minimal Hamming) dari C, dinotasikan wt C

( )

, didefinisikan sebagai bobot terkecil dari kata kode tak nol dari C.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.24 Teorema 4

Misalkan C adalah suatu kode linear, maka d C

( )

=wt C

( )

.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.25 Definisi: Operasi Baris Dasar

Diberikan lapangan hingga Fq. Misalkan

A

adalah matriks dengan elemen- elemen di Fq, yaitu A=

( )

aij , aijFq. Matriks

A

dikatakan dikenakan operasi baris dasar (elementary row operation) jika

• Mempertukarkan baris ke-

i

dan ke- j.

• Mengalikan baris ke-

i

dengan suatu konstanta k≠0.

• Menambahkan baris ke-

i

dengan k kali baris ke- j.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.26 Definisi: Ekivalen baris

Misalkan A1 dan A2 adalah suatu matriks sembarang. Matriks A1 dikatakan ekivalen baris (row equivalent) terhadap A2 jika A1 bisa diperoleh dari sekumpulan operasi baris dasar dari matriksA2.

14

2.1.27 Definisi: Matriks Generator dan Matriks Cek Paritas Diberikan kode linear C.

i. G dikatakan matriks generator bagi kode linear C jika baris- barisnya merupakan basis untuk C.

ii.

H

dikatakan matriks cek paritas bagi kode linear C jika

H

merupakan matriks generator bagi kode dual

C

⊥.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.28 Definisi: Bentuk standar dari

H

dan G

Diberikan kode linear C. Misalkan

H

dan G , secara berturut-turut adalah matriks cek paritas dan matriks generator untuk kode linear C.

i. Bentuk standar untuk matriks generator G adalah

(

Ik |X

)

, dengan Matriks identitas berukuran

k

I = k×k.

ii. Bentuk standar untuk matriks cek paritas

H

adalah

(

Y I| n k

)

, dengan In k = Matriks identitas berukuran

(

n− × −k

) (

n k

)

.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.29 Teorema 5

Diberikan kode linear C. Misalkan

H

adalah suatu matriks cek paritas bagi kode linear C, maka

i. d C

( )

(jarak minimum dari C) ≥d jika dan hanya jika d−1 kolom dari

H

saling bebas linear.

ii. d C

( )

(jarak minimum dari C) ≤d jika dan hanya jika d kolom dari

H

saling bergantung linear.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.30 Teorema 6

Diberikan kode linear C. Jika G=

(

Ik |X

)

adalah bentuk standar dari matriks generator untuk suatu kode C dengan parameter

[ ]

n k, , maka matriks cek paritas untuk kode C adalah H = −

(

XΤ|In k

)

.

15

2.1.31 Definisi: Ekivalensi dari Kode Linear

Misalkan diberikan sembarang kode linear C1 dan C2. C1 dan C2dikatakan ekivalen jika salah satunya dapat diperoleh dari kode yang lain dengan cara mengkombinasikan operasi-operasi sebagai berikut.

i. Mempermutasikan digit-digit yang ada di kata kode tersebut. ii. Mengalikan posisi tertentu dengan skalar.

(Ling & Xing, 2004)

2.1.32 Teorema 7

Misalkan Cadalah suatu kode linear dengan matriks generator G . Kode C akan ekivalen dengan kode linear C' dengan matriks generator yang sudah dalam bentuk standar.

(Ling & Xing, 2004)

Dokumen terkait