• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Definisi Istilah

Dalam melakukan penelitian, pendefinisian istilah menjadi penting agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam memahami maksud dan tujuan peneliti.

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci. Dengan demikian, pelaksanaan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Adapun dalam penelitian ini, pelaksanaan wasiat wajibah di Indonesia dan Malaysia dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana konsep dan mekanisme pelaksanaan wasiat wajibah di kedua negara.

Konsep wasiat wajibah dari segi ontologi, epistemologi, aksiologi, dan mekanisme pelaksanaan yang meliputi aspek implementasi dan prosedur penyelesaian wasiat wajibah. Kemudian, dilakukan studi komparasi mengenai konsep dan mekanisme pelaksanaan wasiat wajibah di antara negara Indonesia dan Malaysia. Semua itu dilakukan dengan suatu rangkaian pembahasan yang sistematis dan terarah.

2. Wasiat Wajibah

Wasiat wajibah merupakan gabungan dari kata wasiat dan wajibah yang mengandung makna wasiat yang wajib dilaksanakan meski secara

eksplisit pewaris tidak pernah mewasiatkan kepada siapapun. Wasiat wajibah merupakan kebijakan yang dilakukan penguasa atau hakim sebagai aparat penegak hukum untuk mengharuskan atau memberi putusan wajib wasiat bagi orang yang telah meninggal dunia -meskipun orang tersebut belum sempat berwasiat semasa hidupnya- yang diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu.

Istilah wasiat wajibah digunakan pertama kali di Mesir melalui UU Hukum Waris 1946 untuk menegakkan keadilan dan membantu cucu yang tidak memperoleh hak warisnya. Selain negara Mesir, diberlakukan pula di negara-negara yang mayoritas muslim seperti di Tunisia, Yordania, Suriah dan termasuk Indonesia dan Malaysia. Untuk Indonesia wasiat wajibah dikenal pada tahun 90-an, bersamaan dengan lahirnya Kompilasi Hukum Islam. Permasalahan mengenai wasiat wajibah terdapat dalam pasal 209 ayat 1 dan 2 pada bab II yang mengatur tentang warisan. Di Negara Malaysia, peraturan mengenai wasiat wajibah terdapat dalam Enakmen Wasiat Orang Islam. Dewasa ini pemberlakukan Enakmen Wasiat Orang Islam di Negara Malaysia terdiri dari beberapa negara bagian yaitu, Negeri Selangor, Negeri Sembilan, Negeri Melaka, Negeri Kelantan, dan Negeri Sabah. Dalam enakmen tersebut terdapat satu peruntukan khusus berhubung perkara wasiat wajibah yang terkandung di dalam bahagian VIII, Seksyen 27 (1), (2) dan (3).

3. Studi Komparasi

Studi adalah kajian berdasarkan keilmuan atau penelitian.

Komparasi adalah suatu perbandingan atau perihal membandingkan sesuatu dengan yang lain. Dengan demikian kedua gabungan kata di atas memilik makna penelitian atau kajian ilmiah yang sifatnya membandingkan antar beberapa unsur. Studi komparasi merupakan suatu bentuk penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling berhubungan dengan mengemukakan perbedaan-perbedaan ataupun persamaan-persamaan dalam sebuah kebijakan dan lain-lain. Sehingga studi komparasi dalam penelitian ini difokuskan terhadap persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam konsep dan mekanisme pelaksanaan wasiat wajibah di Indonesia dan Malaysia berdasarkan aspek-aspek yang menjadi pokok pembahasan. Tujuan studi komparasi tersebut adalah untuk mengetahui secara komprehensif letak persamaan dan perbedaan dalam pengaturan wasiat wajibah di kedua negara.

4. Kompilasi Hukum Islam

Kompilasi Hukum Islam merupakan buku yang memuat aturan-aturan hukum Islam yang disarikan dari berbagai kitab dan pendapat ulama fikih yang biasa dipergunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama. Kompilasi Hukum Islam (disingkat menjadi KHI) hadir sebagai hukum materiil bagi Peradilan Agama di Indonesia. KHI ini memuat tiga ketentuan hukum materiil Islam yakni hukum perkawinan (muna>kaha>t),

kewarisan (fara>id), dan hukum perwakafan (waqf). KHI disahkan melalui Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 setelah melalui proses panjang dalam penyusunannya. Gagasan ini muncul sejak sekitar tahun 1985. Latar belakang penyusunan KHI adalah kebutuhan teknis yustisial peradilan agama. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan akan suatu buku hukum yang menghimpun semua hukum terapan yang berlaku bagi lingkungan Peradilan Agama dan dapat dijadikan pedoman para hakim dalam melakasanakan tugasnya sehingga terjamin adanya suatu kesatuan dan kepastian hukum.

Pada tanggal 21 Maret 1985 disepakati mengenai Surat Keputusan Bersama antara Ketua Mahkamah dan Menteri Agama dengan nomor surat; 07/KMA/1985 dan 25/1985. SKB (Surat Keputusan Bersama) tersebut mengawali pelaksanaan proyek pembangunan hukum Islam lewat yurisprudensi. Berbagai kegiatan dilakukan sebagai upaya awal terbentuknya penyusunan KHI di antaranya, penelitian terhadap kitab-kitab fikih pesantren, penelitian yurisprudensi putusan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama, wawancara dengan ulama se-Indonesia, studi banding ke beberapa Negara Timur Tengah, kemudian diakhiri dengan pengolahan data dan lokakarya tingkat nasional pada tanggal 2 sd.

5 Februari 1988. Dalam lokakarya bersejarah tersebut diikuti oleh para ulama, ahli hukum, cendekiawan, dan para tokoh masyarakat. Hasil lokakarya inilah yang kemudian dikenal dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

5. Enakmen Wasiat Orang Islam

Enakmen (bahasa Inggris : enactment) adalah undang-undang atau sebagian dari undang-undang. Maksudnya adalah suatu perjanjian yang menjadi penguatkuasa/legitimasi suatu undang-undang. Adapun Enakmen Wasiat Orang Islam adalah undang-undang hukum yang berkenaan dengan pengaturan harta pusaka dan wasiat di Malaysia. Enakmen ini telah dirumuskan dan diberlakukan oleh pemerintah melalui Jabatan Kehakiman Syariah dan selanjutnya diajukan dalam rapat parlemen untuk dibahas bersama wakil rakyat. Parlemen membuat senarai (daftar) undang-undang yang akan dikenakan kepada orang-orang Islam di suatu negeri. Kemudian undang-undang tersebut diterima oleh Badan Perundangan Negeri setelah mendapat pengesahan dari Diraja untuk diberlakukan.

Terdapat lima negeri bagian di Malaysia yang memberlakukan Enakmen Wasiat Orang Islam yaitu, Negeri Selangor dengan Enakmen Wasiat Orang Islam Nomor 4 Tahun 1999 -sebagai negeri yang pertama kali meregulasikan undang-undang tersebut- kemudian Negeri Sembilan dengan Enakmen Wasiat Orang Islam Nomor 5 Tahun 2004, Negeri Melaka dengan Enakmen Wasiat Orang Islam Nomor 4 Tahun 2005. Lalu disusul Enakmen Wasiat Orang Islam Negeri Kelantan Tahun 2009, dan yang terbaru adalah Enakmen Wasiat Orang Islam Negeri Sabah Tahun 2018.

6. Pelaksanaan Wasiat Wajibah di Indonesia dan Malaysia (Studi Komparasi Kompilasi Hukum Islam dan Enakmen Wasiat Orang Islam).

Tesis ini membahas pelaksanaan wasiat wajibah yang ada di Indonesia dan Malaysia yang meliputi konsep dan mekanisme pelaksanaannya. Pengaturan mengenai wasiat wajibah di Indonesia tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 209 dan Malaysia dalam Enakmen Wasiat Orang Islam yang berlaku di negara tersebut. Enakmen Wasiat Orang Islam yang ada di Malaysia berlaku di negeri-negeri bagian yaitu Selangor, Negeri Sembilan, Melaka, Kelantan, dan Sabah.

Penelitian ini memusatkan pada kajian mengenai konsep dan mekanisme pelaksanaan wasiat wajibah di kedua negara. Konsep wasiat wajibah meliputi aspek ontologis, epistemologi, dan aksiologi. Dilanjutkan dengan membahas mengenai mekanisme pelaksanaan wasiat wajibah yang mencakup aspek implementasi dari pengaturan wasiat wajibah serta prosedur penyelesaian wasiat wajibah melalui lembaga resmi di kedua negara. Setelah itu, diadakan studi komparatif mengenai persamaan dan perbedaan yang ada dalam konsep dan mekanisme pelaksanaan wasiat wajibah di kedua negara dan menganalisisnya.

Dokumen terkait