• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Jual beli Sistem tebasan

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli dalam bahasa Arab yaitu al-bai, menurut etimologi dapat diartikan dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.1 Pengertian jual beli secara bahasa dalam lingkup bahasa Indonesia yaitu, kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tatacara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang.13

Pengertian jual beli dari sisi istilah atau terminologi hukum Islam, berikut beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama dan ahli ekonomi Islam yaitu sebagai berikut:

a. Menurut ulama Hanafiyah, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti yaitu arti khusus dan arti umum.14

1) Arti khusus yaitu, jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang khusus.

2) Arti umum yaitu, jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang.

b. Menurut Ulama‟ Malikiyah mendefinisikan jual beli dalam dua pengertian, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.15

13Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 124.

14Ahamad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, h. 175.

1) Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah aqad yang mengikat kedua belah pihak. Tukar menukar yaitu salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang yang ditukarkan oleh pihak lain. Dan sesuatu yang bukan manfaat adalah bahwa benda yang ditukarkan adalah bukan dzat, ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya.

2) Jual beli dalam arti khusus adalah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya bukan emas dan juga bukan perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika, tidak merupakan utang baik barang itu ada dihadapan pembeli ataupun tidak, barang-barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu.

c. Menurut Ulama Syafi‟iyah memberikan definisi jual beli sebagai suatu aqad yang mengandung tukar-menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya.16

d. Menurut Ulama Hanabaliyah memberikan definisi jual beli sebagai tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang.

15Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 68-69.

16Imam Syafi‟i, dalam Al Farizi, “Pendapat Imam Syafi‟i dan Imam Malik Tentang Jual Beli Sperma Binatang (Studi Komparasi),h. 21-22.

e. Menurut Hasby Ash-Shidiqy memberikan definisi jual beli sebagai pertukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan. Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka terjadilah penukaran hak milik secara tetap.17

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jual beli merupakan suatu perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak dengan cara suka rela sehingga keduanya dapat saling menguntungkan, maka akan terjadilah penukaran hak milik secara tetap dengan jalan yang dibenarkan oleh syara‟. Yang dimaksud sesuai dengan syara‟ adalah memenuhi rukun dan syarat dari jual beli.

Menurut terminologi, yang dimaksud dengan jual beli adalah:

لاَمُةَلَداَبُم ِوْيِف ِنْوُذُأَلما ِوْجَوْلا ىَلَع ٍضْوَعَـب ٍكْلِم ُلْقَـنْوَأ ِضَا َّترلا ِلْيِبَس ىَلَع ٍلا ِبد

Artinya:“Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantiannya dengan cara yang dibolehkan.”

Menurut Hanafiah jual beli secara defenitif yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan dengan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabillah, bahwa jual beli yaitu tukar menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.18

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa jual beli tersebut adalah suatu akad persetujuan atau

17Hasby Ash-Shidiki, Fiqih Muamalah, (Jakarta: CV. Bumi Aksara, 2006), hal. 97.

18Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).hal.67

perjanjian antara dua belah pihak atau lebih untuk menukarkan harta bendanya secara suka rela dan dapat dibenarkan oleh hukum Islam. Apabila seorang penjual menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli, dan sebaliknya pembeli menyerahkan harga dan mengambil barang, maka terjadilah saling merelakan antara penjual dan pembeli. Dengan demikian terjadilah transaksi jual beli yang dibenarkan oleh syara‟.

Sebagaimana firman Allah SWT.

اَهُّـيَا ي َنْيِذَّلا اْوُـنَم ا َلا اْوُلُكْأَت ْمُكَلاَوْمَا ْمُكَنْـيَـب ِلِطاَبْلاِب َّلاِا ْنَا َنْوُكَت ًةَراَِبذ ْنَع ٍضاَرَـت ْمُكْنِّم َلاَو ۗ

اْوُلُـتْقَـت

ْمُكَسُفْـنَا َّنِا ۗ

َو ّللا َناَك

﴿ اًمْيِحَر ْمُك ِب ٩٢

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.19

Ayat di atas menerangkan bahwa Islam membenarkan adanya jual beli.

Begitupun dalam praktiknya, jual beli manusia tidak boleh menzhalimi sesama manusia dengan cara memakan harta secara bathil. Kecuali jual beli tersebut dilaksanakan dengan merelakan antara keduanya baik secara lahir maupun bathin. As Syafi‟i mengatakan semua jenis jual beli yang dilakukan secara suka sama suka dari kedua belah pihak hukumnya boleh, selain jual beli yang diharamkan Rasulullah.

19Al-Qur‟an, 4:29.

Dengan demikian, apa yang dilarang oleh Rasulullah secara otomatis diharamkan danmasuk dalam makna yag dilarang. Diperkuat Sabda Nabi Muhammad SAW berikut:

نَع َّلا ِإ ناَنْـثا َّنق َترَيخ َلا َم َّل َس َو ِو ْي َل َع ﵁ا َّيل َص ﵁ا ل ْوس َر َلا َق : َلا َق ـ و ْن َع ﵁ا َي ِض َر َة َر ْـي َرى ِْبي َأ ْن َع ٍضاَرت (.

ورا ىذم ترلا و دوادوبا ه )

Artinya:“Dari Abi Hurairah R.A dari Nabi SAW bersabda: janganlah dua orang yang berjual beli berpisah, sebelum saling meridhai”.(Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi.No.Hadist.1977).20

Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa dalam melaksanakan jual beli keridhaan selalu dituntut. Dari dalil Al-Quran dan Hadits ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa jual beli hukumnya adalah boleh dengan ketentuan harus suka sama suka dan tidak saling menzhalimi.

Dokumen terkait