• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING

2.5 Definisi Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, ornag yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Secara etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakn seseorang. Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, keperibadian, budi pekerti, atau akhlak (Fathurrohman dkk, 2013:17)

Menurut Parwez dalam Yaumi (2014:7) menurunkan definisi pendidikan karakter yang disimpulkan dari sekian banyak definisi yang dipahami oleh para penulis barat dewasa ini. Definisi tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut:

1. Moralitas adalah karakter. Karakter merupakan sesuatu yang terukir dalam diri seseorang. Karakter merupakan kekuatan batin. Pelanggaran susila (amoralitas) juga merupakan karakter, tetapi untuk menjadi bermoral dan tidak bermoral adalah sesuatu yang ambigu.

2. Karakter adalah manifestasi kebenaran, dan kebenaran adalah penyesuaian kemunculan pada realitas.

3. Karakter adalah mengadopsi kebaikan dan kebaikan adalah gerakan menuju suatu tempat kedamaian. Kejahatan adalah perasaan gelisah yang tiada berujung dari potensialisasi manusia tanpa sesuatu yang dicapai, jika tidak mengambil arah namun tetap juga terjebak dalam ketidaktahuan, dan akhirnya nista.

4. Karakter adalah memiliki kekuatan terhadap diri sendiri; karakter adalah kemenangan dari penghambaan terhadap diri sendiri.

5. Dalam pengertian yang lebih umum, karakter adalah sikap manusia terhadap lingkungannya yang diekspresikan dalam tindakan.

Adapun yang dimaksud karakter dapat dikemukakan sebagai; karakter diterjemahakan dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertian, antara lain adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh sebab itu pengertian karakter yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, karakter meliputi sikap yang di cerminkan oleh perilaku (Edi sedyawati dalam Fathurrohman dkk, 2013:18).

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap atau perilaku seseorang yang ditunjukkan pada orang lain.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan karya cipta manusia yang berupa gagasan, ide, pemikiran, perasaan yang mengandung estetika seni dengan alat bahasa. Menurut Teew dalam Rokhmansyah (2014:1) kata susastra berasal dari bentuk su + sastra. Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu berasal dari akar kata sas yang dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau instruksi”, sedangkan tra menunjukkan “alat, sarana”. Awalan su- pada kata susastra berarti “baik, indah”. Sehingga kata susastra berarti alat untuk mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk, atau intruksi dengan cara yang baik atau indah.

Dalam perkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sastra imajinatif, dan sastra non-imajinatif. Sastra imajinatif mempunyai ciri : karya sastra tersebut lebih banyak bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sedangkan ciri sastra non-imajinatif adalah: karya satra tersebut lebih banyak unsur faktualnya daripada khayalinya, menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni (Soemadjo dan Saini K.M 1991:17) .

Karya sastra non-imajinatif merupakan karya sastra yang banyak mengajarkan kita tentang aspek kehidupan. Karena karya sastra non imajinatif

dapat mengambil pelajaran melalui fakta yang telah diungkapkan penulis. Jenis karya sastra non imaginatif yaitu essai, kritik, biografi, aoutobiografi, catatan harian, memoar dan sebagainya.

Salah satu contoh karya sastra non imajinatif adalah biografi. Biografi adalah riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain (Depdikbud, 2014:197). Riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh pengarang biasanya adalah para tokoh dunia atau orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap kemajuan manusia. Orang-orang yang memiliki pengaruh ini ialah pemimpin yang berhasil menuntun anggotanya menuju keberhasilan.

Salah satu pemimpin Jepang yang berpengaruh terhadap perubahan masyarakat Jepang adalah Toyotomi Hideyoshi. Dia adalah pemimpin Jepang sekitar abad ke enam belas. Pada zaman itu Jepang sedang mengalami perang antar sesama, saling membunuh satu sama lain. Pada zaman yang mencekam itu Toyotomi Hideyoshi berhasil menghentikan perang dan menyatukan seluruh Jepang serta menjadi pemimpin tertinggi negara.

Pada tahun 1590 Toyotomi Hideyoshi telah menjadi pemimpin tertinggi negara Jepang. Ia dinobatkan sebagai wakil kaisar oleh kaisar Go Yozei. Ia telah menikmati kekuasaan bagaikan raja. Nama keluarga Toyotomi merupakan gelar yang diberikan oleh kaisar, yang berarti menteri yang dermawan.

Dibalik kesuksesannya sebagai wakil kaisar, dia dulunya anak petani miskin dan tidak memiliki pendidikan formal. Ia juga berwajah jelek dan tidak memiliki darah ningrat seperti rekan-rekan daimyo yang lain. Berbadan kurus dan berpostur tubuh pendek. Rupa fisiknya tidak menandakan bahwa ia seorang wakil

kaisar. Ia juga tidak mahir dalam menggunakan pedang tetapi ia telah banyak memenangkan pertempuran.

Toyotomi Hideyoshi seorang pemimpin yang memenangkan pertempuran dengan kecerdikan. Kecerdikannya melebihi batas orang Jepang pada saat itu. Toyotomi Hideyoshi memiliki karakter sebagai seorang pemimpin yang brilian. Dia mampu berfikir “out of the box”. Kemampuan berfikirnya diluar dugaan. Dia bisa membalikan keadaan dengan kecerdikannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti buku biografi The Swordless Samurai yang bercerita tentang bagaimana Toyotomi Hideyoshi meraih puncak kepemimpinannya dan menyatukan negeri Jepang. Seorang pemimpin dari kaum jelata yang menjadi wakil kaisar dan hidup bagaikan raja. Pemimpin yang berhasil menyatukan negeri Jepang yang sudah terpecah belah selama lebih dari seabad lamanya. Sebagai pemimpim yang memiliki karakter, strategi, serta gaya khusus dalam memimpin dan berhasil menyatukan negera Jepang. Sehingga ia memiliki ciri khas tersendiri dalam memimpin. Penulis tertarik untuk meneliti kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dan menuangkannya ke dalam skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi Dalam Biografi The Swordless Samurai Karya Kitami Masao”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam biografi The Swordless Samurai yang ditulis oleh Kitami Masao menceritakan sosok Toyotomi Hideyoshi. Seorang anak petani miskin yang berpostur tubuh pendek, berwajah jelek dan tidak memiliki pendidikan formal.

Sepanjang hidupnya ia dijuluki sebagai “monyet”. Walaupun demikian, ia berhasil menjadi wakil kaisar dan menyatukan negeri Jepang.

Sebagai pengarang biografi The Swordless Samurai ini Kitami Masao menceritakan tentang Toyotomi Hideyoshi meraih puncak kesuksesannya sebagai pemimpin. Bagaimana seorang Toyotomi Hideyoshi yang berasal dari rakyat jelata berhasil menyatukan negeri Jepang dan menjadi pemimpin tertinggi. Dalam biografi The Swordless Samurai ini Toyotomi Hideyoshi mengajarkan kita petuah-petuah dalam hal kepemimpinan. Jika ingin menjadi seorang pemimpin kita harus belajar dahulu menjadi orang yang dipimpin. Sebagai seorang pemimpin ia memiliki karakter pantang menyerah, kemauan yang kuat, semangat yang tak kunjung padam, otak yang cerdas, ahli dalam strategi, pandai bernegosiasi dan memahami karakter orang lain. Hal inilah yang menjadikan ia memiliki ciri khas tersendiri dalam hal kepemimpinan. Sebagai pemimpin yang memilik karakter, strategi dan gaya tersendiri sebagai pemimpin.

Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji dalam buku biografi The Swordless Samurai, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter kepemimpinan Totoyomi Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao ? 2. Bagaimana strategi dan gaya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi untuk

mempersatukan negara Jepang yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk menganalisis rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi. Adapun acuan pembahasannya menggunakan buku biografi The Swordless Samurai. Buku ini pertama diterbitkan di Jepang pada tahun 2005 dengan judul Toyotomi Hideyoshi no Keiei Juku Karya Kitami Masao. Kemudian pada tahun 2007 Tim Clack mengedit buku tersebut dan mengubahnya menjadi biografi dan telah disepakati oleh para ahli sejarah Jepang. Buku biografi The Swordless Samurai ini pertama kali berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan oleh Mordohar S. dalam bahasa Indonesia pada tahun 2013 dengan 262 halaman.

Penelitian ini membahas tentang karakter kepemimpinan, strategi dan gaya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi. Penelitian ini hanya membatasi sesuai dengan teori yang penulis pakai. Untuk mendukung analisis penulis juga akan menjelaskan mengenai definisi biografi, unsur instrinsik dan ekstrinsik, setting biografi The Swordless Samurai, definisi sosiologi sastra, definisi kepemimpinan dan definisi karakter.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Menurut Sumarjo dan Saini dalam Rokhmansyah (2014:2) Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran,

perasaan, gagasan, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.

Salah satu jenis karya sastra adalah prosa. Menurut jenisnya prosa terbagi ada dua jenis, yaitu prosa fiksi dan prosa non fiksi. Hasil produk prosa non fiksi adalah biografi. Menurut Depdikbud (2014:197) biografi adalah riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain. Biografi ditulis denagn berbagai tujuan. Salah satu tujuannya untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar belakang seorang tokoh dari kecil hingga mencapai karir dikehidupannya kemudian.

Dalam biografi mengungkapkan fakta kesuksesan yang dialami oleh para tokoh. Para tokoh ini adalah mereka yang telah berhasil memberikan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat kita membutuh seorang pemimpin. Menurut Joseph C. Rost dalam Safari (2004:3) Kepemimpinan adalah Sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya.

1.4.2 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan landasan atau titik tolak untuk menganalisis atau meniliti suatu permasalahan. Untuk meniliti dan menganalisis karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan yang dapat berfungsi sebagai acuan yang dapat digunakan oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologis, dan pendekatan semiotik dan konsep kepemimpinan.

Menurut Amminudin dalam Astuti (2014:10) Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau pun zamannya pada saat itu di wujudkan.

Di dalam kehidupan sosial kita membutuhkan seorang pemimpin untuk membimbing kita dalam melangsungkan hidup. Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial (Soekanto,2009:251). Seorang pemimpin yang berpengaruh harus memiliki karakter yang baik. Pemimpin yang baik memiliki keunggulan karakter dari yang lain. Menurut Depdikbud (2014:623) karakter ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi perkerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Pemimpin yang berkarakter baik akan meminpin dengan keteladan. Adapun karakter yang harus dimiliki oleh pemimpin agar para pengikut mempunyai akeptabilitas yang tinggi terhadap kapabilitas seorang pemimpin menurut Halaka dalam Suparno & Danim (2012:127-128) menyebutkan ada delapan karakteristik yaitu :

(1) Envision (memiliki visi)

Seorang pemimpin harus mengerti akan diarahkan kemana organisasinya dan seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi untuk menyampaikan visi-visi yang dikehendaki.

(2) Integrity (integritas)

Tindakan konsisten, baik dalam maupun diluar nilai-nilai batinnya. Pemimpin dengan intergritas tinggi adalah sama kondisi didalam dan diluar batinnya, dalam makna apa yang ada didalam diri maupun penampakan di permukaan.

(3) Dedication (dedikasi)

Menghabiskan waktu atau energi apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya.

(4) Humility (rendah hati)

Pemimpin rendah hati adalah pemimpin yang mengakui bahwa mereka tidak boleh lebih baik atau lebih buruk dari pada anggota-anggota dari tim. Seorang pemimpin yang rendah hati tidak akan menonjolkan dirinya melainkan mencoba untuk mengangkat semua orang. Pemimpin rendah hati juga memahami bahwa stastus mereka tidak membuatnya merasa menjadi seorang dewa.

(5) Opennes (keterbukaan)

Keterbukaan merupakan karakter penting yang harus dimilki seorang pemimpin demi mencapai sebuah tujuan organisasi dengan keterbukaan antar hubungan vertikal maupun horizontal bagi setiap yang komponen organisasi yang terlibat sangatlah urgent, seperti yang disebutkan sebelumnya oleh halaka tentang karakter pemimpin yang terbuka bahwa karakter keterbukaan berarti mampu mendengarkan ide ide baru, bahkan jika mereka tidak sesuai dengan cara berfikir biasa. Pemimpin yang baik menangguhkan penilaian saat mendengarkan ide ide orang lain serta menerima cara cara baru dalam melakukan sesuatu yang orang lain pikirkan. Keterbukaan membangun saling menghormati dan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut.

(6) Creativity (kreatifitas)

Kreativitas merupakan kemampuan untuk berfikir secara berbeda dan mendapatkan solusi untuk keluar dari aneka kendala. Kreatifitas pemimpin

memempukan dirinya untuk melihat hal hal yang orang lain tidak melihat dan dengan demikian dia memimpin pengikutnya kearah yang baru.

(7) Fairness (keadilan)

Keadilan adalah cara dimana mempromosikan sesuatu dengan pantas sehingga menimbulkan keselarasan, kesetaraan, dan keharmonisan. Menurut halaka keadilan berarti berhubungan dengan orang secara konsisten dan adil. Seorang pemimpin harus memeriksa semua fakta dan mendengar semua orang sebelum memberikan penilaian. Dia harus menghindari melompat ke kesimpulan berdasarkan bukti bukti tidak lengkap. Ketika orang merasa diperlakukan secara adil mereka akan mengapresiasi pemimpinnya dengan loyalitas dan dedikasi.

(8) Assertiveness (ketegasan)

Seperti yang telah dijelaskan oleh Halaka bahwa pemimpin yang melalui proses kepemimpinan haruslah mempunyai karakter, salah satunya adalah unsur karakter ketegasan. Ketegasan atau assertif tidak sama dengan agresif. Ketegasan itu adalah kemampuan untuk menyatakan dengan jelas yang diharapkan, sehingga tidak akan ada kesalahpahaman. Pemimipin harus bersikap tegas agar memperoleh hasilnya diinginkan. Ketegasan datang bersamaan tanggung jawab untuk secara jelas memahami apa yang pengikut harapkan dari pemimpinnya.

Seorang pemimpin yang berkarakter harus memiliki strategi yang jitu untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Menurut Aliminsyah dan Pandji (2004:81) mengartikan bahwa strategi adalah wujud rencana yang terarah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dalam hal ini strategi organisasi merupakan suatu rencana

dan teknik tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat.

Seorang pemimpin menyusun strategi untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, tentu ada pengaruh gaya kepemimpinan yang ikut serta. Menurut Riberu dalam Astuti (2014:14-15) gaya kepemimpinan (style) ialah cara pemimpin membawa diri sebagai pemimpin, cara ia “berlagak”dan tampil dalam mengunakan kekuasaannya. Adapun gaya kepemimpinan tersebut dibagi dalam 4 bagian yaitu :

(1) Gaya kharismatik;

Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku perilaku tertentu pemimpin mereka.

(2) Gaya transaksional;

Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang di tetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya.

(3) Gaya transformasional;

Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal –hal dan kebutuhan pengembangan dari masing masing pengikut. Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan

mengilhami arah pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.

(4) Gaya visioner;

Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realitas, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepet, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa mengakibatkan terjadinya lompotan awal ke masa depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkan. Dengan menggunakan teori sosiologis dan konsep kepemimpinan tersebut penulis dapat menganalisis kondisi kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dalam biografi The Swordless Samurai. Hal ini dapat memudahkan penulis untuk menganalisis sikap Toyotomi Hideyoshi sebagai pemimpin. Baik sebagai pemimpin diri sendiri ataupun sebagai pemimpin seuatu kelompok organisasi.

Selain itu juga penulis menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Zoest dalam Rokhmansyah (2014:94) Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan tanda atau segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda.

Peirce dalam Endraswara (2013:65) menawarkan sistem tanda yang harus diungkap. Ada tiga faktor yang menentukan tanda, yaitu : tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin si penerima tanda. Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi (menghadirkan). Kedua tanda itu akan melahirkan interpretasi di benak penerima. Hasil interprestasi ini merupakan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan.

Dengan menggunakan pendekatan semiotik penulis dapat memahami teks-teks dalam biografi The Swordless Samurai. Penulis dapat menghadirkan tanda-tanda yang ingin diungkapkan pengarang. Tanda-tanda-tanda tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan maknanya.

Berdasarkan pandangan kerangka teori di atas, maka di dalam penelitian ini penulis akan menghadirkan tanda-tanda yang ingin diungkapkan pengarang berdasarkan teori semiotik, menganalisis tanda-tanda tersebut sesuai dengan makna. Kemudian penulis akan membahas hubungan sosial kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi berdasarkan pendekatan sosiologis dan konsep kepemimpinan. Jadi bisa didapatkan mengenai karakter, strategi, serta gaya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mendeskripsikan karakter kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao. 2. Untuk mendeskripsikan strategi dan gaya kepemimpinan Toyotomi

Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao.

1.5.2 Manfat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang karakter kepemimpinan yang ada pada Toyotomi Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao.

2. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang strategi dan gaya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao.

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian membutuhkan metode penelitian. Penulis menggunakan metode penelitian metode deskriptifi. Metode deskriptif menurut Whitney dalam Nazir (2011:54) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Sementara itu teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan metode studi kepustakaan (Library Research). Menurut Nazir dalam Dasril (2013:19) Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Studi kepustakaan mengadakan penelitian dengan cara mempelajari

dan membaca literature-literature yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Dan untuk menunjang penelitian ini, maka penulis juga menambah referensi dari internet. Berdasarkan hal yang telah penulis jelaskan di atas, langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah :

1. Membaca Biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao

2. Mencari data yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu mencari data tentang kajian pendekatan sosiologi sastra, semiotik, dan teori-teori lain yang diperlukan dalam penelitian ini.

3. Mengumpulkan data-data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan sosiologi sastra dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Biografi The Swordless Samurai.

ABSTRAK

Karya Sastra merupakan hasil karya manusia yang mencerminkan zaman tertentu. Karya sastra yang lebih menonjolkan unsur fakta salah satunya adalah biografi. Biografi merupakan karya sastra yang mengungkapkan fakta yang dapat kita temui dalam kehidupan nyata. Salah satu karya sastra biografi adalah biografi “The Swordless Samurai” karya Kitami Masao. Mengisahkan tentang Toyotomi Hideyoshi yang berhasil meraih puncak suksesnya dalam kehidupan.

Toyotomi Hideyoshi adalah seorang wakil kaisar di Jepang pada zaman Azuchi Momoyama sekitar abad ke 16. Toyotomi Hideyoshi merupakan orang pertama yang berhasil menyatukan seluruh negeri Jepang yang telah terpecah selama seabad lamanya. Ia dulunya merupakan anak buah dari Nobunaga Oda seorang daimyo dari provinsi Owari yang memiliki visi menyatukan negeri Jepang. Dikarenakan Nobunaga Oda tewas dibunuh oleh bawahannya sendiri, Toyotomi Hideyoshi mengambil alih kekuasaan dan melanjutkan visi tuannya yaitu menyatukan negeri Jepang dalam satu panji dan menjadikan negara Jepang hidup dalam kedamaian. Dibalik kesuksesan Toyotomi Hideyoshi tiada yang menyangka bahwa ia dulunya seorang anak petani miskin yang tak berpendidikan, berwajah jelek, serta tidak memiliki hubungan dengan para bangsawan. Namun dengan tekad yang kuat ia berhasil membuktikan dirinya dan menjadi satu-satunya pemecah solusi bagi negara Jepang yang telah berperang lama.

Penulisan skripsi ini menggunakan biografi The Swordless Samurai Karya Kitami Masao yang telah disepakati oleh sejarawan Jepang. Memusatkan perhatian

kepada kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi. Bagaimana karakter Toyotomi Hideyoshi, gaya ia memimpin serta strateginya dalam menyatukan negeri Jepang.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan hasil analisa secara rinci dan jelas. Sumber data pada penulisan skripsi ini adalah biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao. Datanya berupa penggalan

Dokumen terkait