• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Operasional dan Pengukuran variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

D. Definisi Operasional dan Pengukuran variabel penelitian

Sekaran dan Bougie (2010) menyatakan bahwa variabel merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat berubah. Nilai ini dapat berbeda dalam waktu yang lain untuk objek/orang yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama untuk objek/orang yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu variabel independen dan dependen, ditambah dengan variabel moderating. Adapun definisi dan pengukuran variabel dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen menurut Sekaran dan Bougie (2010) merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh itu secara positif ataupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari kepemilikan saham top 5, kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, latar belakang pendidikan direktur, KAP big four dan jumlah komite audit.

a. Kepemilikan Saham Top 5

Kepemilikan saham top 5 adalah pemilik saham 5 besar dalam perusahaan yang diketahui, pemilik saham ini memiliki investasi baik dalam bentuk hutang maupun saham yang besar pada suatu perusahaan akan sangat concern terhadap berfungsinya tata kelola perusahaan yang baik (Rinaningsih, 2008). Hal tersebut

dilakukan karena mereka memiliki kepentingan finansial dan mempunyai hak untuk mengetahui kebijakan dan kinerja manajemen, serta memiliki kekuatan untuk menekan atau mencegah manajemen melakukan hazard. Kepemilikan saham top 5 diukur dengan penjumlahan dari 5 kepemilikan saham terbesar yang ada di perusahaan (Suhardjanto dan Wardhani, 2010).

b. Kepemilikan Institusi

Kepemilikan institusi adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi, seperti bank, perusahaan efek, asuransi, dana pensiun dan lembaga pembiayaan (Wahidawati, 2002). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer dan menunjukkan kemampuan untuk mengawasi manajemen (Swandari, 2003). Indikator yang digunakan adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh saham beredar (Beiner et al., 2003).

c. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham biasa yang dimiliki CEO dan eksekutif direktur (Eng dan Mak, 2003). Kepemilikan manajemen yang

Kepemilikan saham 5 besar

Kepemilikan Saham Top 5= x 100 % Jumlah total saham beredar

Jumlah saham pihak institusi

Kepemilikan institusi = x 100 %

commit to user

semakin meningkat akan mengurangi risiko yang terjadi dalam perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan persentase saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Midiastuty dan Machfoedz, 2003).

d. Latar Belakang Pendidikan Direktur

Latar belakang pendidikan direktur adalah jenis pendidikan yang diambil oleh direktur sewaktu menempuh studi. Karena posisinya yang sangat penting dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman direktur terhadap bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan yang dibuat, sehingga direktur harus memiliki dan menguasai latar belakang pendidikan di bidang ekonomi (Putra, 2011). Latar belakang pendidikan direktur diukur dengan variabel dummy, bila perusahaan mempunyai direktur yang berpendidikan bisnis, maka diberi nilai 1, sedangkan jika tidak diberi nilai 0 (Haniffa dan Cooke, 2005; Suhardjanto dan Miranti, 2009).

e. KAP Big Four

KAP Big-Four adalah kualitas audit, independensi dan mempunyai prinsip

etika profesi yang mempunyai standar internasional dalam prosedur sehingga diharapkan opini yang dihasilkan independen menunjukkan keandalan dan transparansi informasi keuangan perusahaan (Nini dan Trisnawati, 2009). Auditor dengan reputasi baik seperti Big Four juga cenderung untuk lebih memilih

Jumlah saham pihak manajemen

Kepemilikan manajerial = x 100 %

berhubungan dengan klien yang memiliki nilai yang baik dalam komunitas bisnis, oleh karena itu auditor Big Four akan mempengaruhi klien untuk bertindak sesuai dengan praktek terbaik (Rinaningsih, 2008). Auditor Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal yang lebih tinggi kepada kliennya dibandingkan dengan auditor non-Big Four (Palestin, 2008). KAP Big Four diukur menggunakan variabel dummy. Bila perusahaan diaudit oleh KAP big four, maka diberi nilai 1, jika sebaliknya maka diberi nilai 0 (Putra, 2011).

f. Jumlah Komite Audit

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu board of director dalam rangka pengawasan terhadap tanggung jawab pihak manajemen, seperti mengawasi proses penyusunan dan pelaporan keuangan (Herwidayatmo, 2000). Tugas komite berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen (Susanti, 2010). Oleh karena itu komite audit dapat memonitoring mekanisme yang dapat memperbaiki kualitas informasi bagi pemilik perusahaan

(shareholders) dan manajemen perusahaan, kedua belah pihak tersebut memiliki

level informasi yang berbeda (Linda dan Febrianty, 2010). Indikator yang digunakan adalah jumlah seluruh komite audit yang ada dalam perusahaan yang diteliti (Palestin, 2008).

commit to user 2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah liquidity risk. Likuiditas adalah suatu kemampuan finansial suatu lembaga dalam hal ini adalah lembaga perbankan khususnya bank umum dalam mengubah aset yang dimiliki menjadi kas (dan setara kas) tanpa mengalami kerugian pada modal atau denda bunga yang penekanannya difokuskan pada sisi aset dalam neraca, karena potensi sumber likuiditas dapat diperoleh dari penjualan dan kegiatan operasional perusahaan (Vento dan Ganga, 2009). Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas clan kondisi keuangan bank. Meskipun pihak tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka pihak tersebut dikatakan tidak likuid. Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas. Salah satu cara untuk menghitung tingkat likuiditas perbankan adalah dengan mengetahui risiko likuiditasnya. Liquidity risk diukur dengan menggunakan pembagian antara kas dengan total asset (Akhtar et al., 2011; Vodova, 2011). Semakin tinggi rasio menunjukkan manajemen liquidity

risk yang lebih baik. Dari rumus tersebut dapat memberikan informasi tentang

risiko likuiditas bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank membiayai kegiatan operaional, mengembangkan usahanya dan menampung risiko kerugian (Werdaningtyas, 2002).

commit to user

Semakin tinggi rasio likuiditas, kapasitas yang dimiliki bank lebih tinggi untuk menanggulangi risiko likuiditas (Sudaryono, 2009). Meskipun demikian, tingginya rasio ini juga dapat diartikan sebagai pemborosan, asset likuid yang menghasilkan pendapatan yang lebih rendah mengakibatkan biaya yang tinggi bagi bank. Oleh karena itu diperlukan pengoptimalan hubungan antara likuiditas dan profitabilitas (Tsorhe et al., 2010).

3. Variabel Moderating

Variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, variabel moderating disebut juga variabel independen kedua (Ghozali, 2011). Penelitian ini menggunakan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Corporate Governance bagi bank umum sebagai variabel moderating. Pelaksanaan Corporate Governance yang transparan diharapkan akan mengurangi risiko likuiditas dalam perusahaan.

Pengukuran variabel menggunakan teknik scoring, masing-masing item diberi nilai 1 apabila diungkapkan dalam laporan keuangan, dan diberi nilai 0 apabila tidak diungkapkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui skor PBI dihitung persentase jumlah item yang dilaporkan dibagi dengan keseluruhan item (Suhardjanto dan Afni, 2009).

commit to user Tabel 3.1

Jumlah item pengungkapan PBI nomor 8/4/PBI/2006

No Item PBI Jumlah Item

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris 32 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi 27 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite 27

4 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 3

5 Penerapan fungsi audit intern 3

6 Penerapan fungsi audit ekstern 3

7 Penerapan manajemen risiko 1

8 Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures)

2

9 Rencana strategis bank 3

10 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank 3 11 Pelaporan internal dan benturan kepentingan 2 12 Laporan pelaksanaan Good Corporate Governance 14

Jumlah 120

E. Metode Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, pengujian hipotesis dan uji asumsi klasik (Ghozali, 2011). Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS release 16. Berikut ini akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali, 2011).

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan uji F. Sebelum menggunakan analisis regresi berganda dilakukan

clean up data dengan pemenuhan asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik terdiri dari beberapa macam pengujian, meliputi:

a. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang sempurna antara beberapa ataus emua variabel independen dalam model regresi. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah masalah yang sering muncul dalam analisis regresi terjadi, yaitu dimana terdapat korelasi yang tinggi antar dua atau lebih variabel independen (Ghozali, 2011).

Multikolonieritas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai

tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran tersebut

menunjukkan setiap variabel independen yang satu dijelaskan oleh variabel independen yang lain. Nilai tolerance yang rendah sama artinya dengan VIF yang tinggi. VIF (variance inflation factor). Jika tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolonieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada peridoe t-1 (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui dan menguji ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi, bisa digunakan cara pengujian Durbin Watson (DW). Apabila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

commit to user c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak heterokedastisitas.

Untuk menentukan heteroskedastisitas menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu dalam grafik scatterplot. Titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Hasil pengujian data dilakukan dengan menguji kolmogorov-smirnov. Kriteria pengujian apabila p value > 0,05 maka data terdistribusi normal, sedangkan apabila p value < 0,05 data tidak terdistrubusi normal.

Hal ini didukung juga dengan tampilan grafik histogram dan normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika didtribusi data residual

commit to user

normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

3. Analisis Regresi Berganda

Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya.

Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

LR= α + β1TOP5 + β2INST + β3MNJ + β4PDDKN + β5KAP + β6ΣKOMAU +

β7 CG + β8 TOP 5*CG + β9 INST*CG + β10 MNJ*CG + β11 PDDKN*CG + β12 KAP*CG +β13 ΣKOMAU*CG

Tabel 3.2

Keterangan persamaan regresi berganda Simbol Keterangan

LR Liquidity Risk

TOP5 Kepemilikan saham top 5 INST Kepemilikan institusi

MNJ Kepemilikan manajerial

PDDKN Latar belakang pendidikan direktur KAP Audit oleh KAP big four

ΣKOMAU Jumlah komite audit

CG Corporate governance (proksi dari PBI)

a. Uji F

Dalam pengujian ini akan menguji pengaruh semua variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen yang akan dilakukan dengan distribusi F. Signifikansi pengujian ini secara langsung dapat dilihat dari besarnya

commit to user

angka probabilitas. Jika p-value (F-statistik) lebih kecil dari α (α=5% atau 0,05) maka seluruh variabel independen secara bersamaan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya. (Ghozali, 2011). Melalui nilai F akan diketahui apakah kepemilikan saham top 5, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, latar belakang pendidikan direktur, KAP big four dan jumlah komite audit berpengaruh secara simultan terhadap liquidity risk. Penentuan penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:

 Apabila Fhitung < Ftabel maka H1 diterima dan Ho ditolak artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.  Apabila Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan Ho ditolak artinya ada

pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2011). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien korelasi (R2) ini berkisar antara 0 < R2 < 1. Nilai adjusted R2 yang mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai adjusted R2 yang kecil atau di bawah 0,5 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Apabila terdapat nilai adjusted R2 bernilai negatif maka dianggap bernilai 0 (Ghozali, 2011).

commit to user BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian. Penelitian ini menggunakan model analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

Dokumen terkait