• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Definisi Operasional

1. Implementasi adalah pelaksanaan suatu kebijakan atau tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/ pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan, baik dalam bentuk undang-undang serta perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

2. Diskresi adalah kebijaksanaan kepolisian dalam halnya memutuskan sesuatu tindakan berdasarkan ketentuan-ketentuan peraturan, Undang-undang atau hukum yang berlaku tetapi atas dasar kebijaksanaan, pertimbangan atau keadilan menurut penilaiannya sendiri.

54

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 25.

3. Penyelesaian Diluar Pengadilan adalah penyelesaian perkara pidana melalui musyawarah dengan bantuan mediator yang netral, dihadiri korban dan pelaku beserta perwakilan masyarakat, dengan tujuan pemulihan bagi korban, pelaku dan lingkungan masyarakat.

4. Kecelakaan lalu lintas adalah adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda

50

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Polresta Malang

Polresta Malang merupakan institusi kepolisian yang memiliki wilayah yuridiksi seluruh wilayah kota Malang yang sebelumnya bernama Kota Madya Malang dengan membawahi Kepolisian-kepolisian Sektor (Polsek) yang ada di kota Malang, serta berada di bawah pengawasan Kepolisian Wilayag Malang (Polwil Malang). Kepolisian Wilayah Malang merupakan institusi Kepolisian yang memiliki wilayah yuridiksi seluruh eks-karisidenan Malang yang wilayahnya meliputi seluruh wilayah kota dan kabupaten Malang, kota dan kabupaten Pasuruan, kota dan kabupaten Probolinggo, kota dan kabupaten Lumajang, dan kota Batu.

Selain itu Kepolisian Wilayah Malang sendiri berada dibawah pengawasan institusi Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) yang memiliki wilayah yuridiksi seluruh kota dan kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur. Seluruh institusi kepolisian yang berada di daerah atau provinsi mulai tingkat Kepolisian daerah hingga tingkat Kepolisian sektor berada dibawah naungan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).

Bagan 1

Garis Komando Dari Pusat Sampai Sektor (sebelum)

Sumber: Data Sekunder, diolah, 2014

Pada tahun 2008, terjadi perubahan dalam struktur Kepolisian terutama dalam hierarki (tingkatan) kewenangan Kepolisian yang ada di daerah, khususnya yang berada di wilayah yuridiksi Kepolisian Wilayah Jawa Timur.

Perubahan tersebut ditandai dengan dilikuidasinya Kepolisian Wilayah yang berada di Jawa Timur khususnya Kepolisian Wilayah Malang. Hal tersebut membuat berubahnya level status atau kewenangan yang ada di daerah yuridiksi Kepolisian Wilayah Jawa Timur khususnya mengenai pertanggungjawaban Kepolisian Resor

KEPOLISAN DAERAH

KEPOLISIAN WILAYAH

KEPOLISIAN RESORT

KEPOLISIAN SEKTOR KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Malang yang dulu berada di bawah kewenangan Kepolisian Wilayah Malang, maka setelah tidak adanya Kepolisian Wilayah Malang pertanggungjawaban Kepolisian Resor Kota Malang langsung kepada Kepolisian Daerah Jawa Timur.

Hal tersebut digambarkan pada bagan sebagai berikut : Bagan 2

Garis Komando POLRI Pusat Sampai Sektor (sesudah)

Sumber : Data Sekunder, diolah, 2014

Polresta Malang berlokasi di jalan Jaksa Agung Suprapto no. 19 Malang, yang terletak di depan RSUD Dr. Syaiful Anwar. Polresta Malang saat ini memiliki 5 (lima) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) yang menjadi tanggung jawabnya. Kelima Polsekta tersebut adalah Polsekta Lowokwaru, Polsekta Sukun, Polsekta Klojen, Polsekta Kedungkandang dan Polsekta Belimbing. Sebagai sebuah institusi maka Polresta Malang memiliki sebuah struktur organisasi yang berfungsi untuk memperjelas tugas dan fungsi

KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA Markas Besar Republik Indonesia

KEPOLISAN DAERAH

KEPOLISIAN SEKTOR KEPOLISIAN RESORT

masing-masing bagian. Adapun struktur organisasi Polresta Malang dapat digambarkan sebagai berikut :

T

Sumber : Data sekunder, diolah, 2014

Keterangan dari bagian-bagian yang terdapat dalam struktur organisasi Polresta Malang tersebut sebagai berikut:55

55

Data yang diperoleh dari Bagian Tata Usaha dan Urusan Dalam Polresta Malang, 3 Januari 2014

KAPOLRES WAKAPOLRES

UR DOKKES

BAG OPS BAG BINAMITRA

SAT LANTAS SAT RESKRIM TAUD SAT SAMAPTA POLSEK TAUD SI P3D BAG MIN SAT

INTELKAM NARKOBA SAT

UR TELEMATIKA

POLSEKTA

BLIMBING LOWOKWARU POLSEKTA

POLSEKTA KEDUNGKANDANG POLSEKTA KLOJEN POLSEKTA SUKUN

1. Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) : Kapolres betugas memimpin, membina, dan mengawasi/ mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polres serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda.

2. Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) : Wakapolres bertugas membantu Kapolres dalam melaksanakan tugas dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polres dan dalam batas kewenangannya memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres.

3. Bagian Operasional : Bagian operasional bertugas menyelenggarakan administrasi dan pengawasan operasional, perencanaan dan pengendalian operasi kepolisian, pelayanan fasilitas dan perawatan tahanan dan pelayanan atas permintaan pelayanan perindungan saksi/ korban kejahatan dan permintaan bantuan pengamanan proses peradilan dan pengamanan khusus lainnya.

4. Bagian Pembinaan Kemitraan : Bagian Pembinaan Kemitraan bertugas mengatur penyelenggaraan dan mengawasi/ mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat dan pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa oleh satuan-satuan fungsi yang berkompeten, membina hubungan kerja sama dengan operasi, lembaga/ tokoh sosial/ kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi Polsus/ PPNS dan pemerintahan daerah dalam kerangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri-Masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

5. Bagian Administrasi : Bagian Administrasi bertugas menyelenggarakan penyusunan rencana/ program kerja dan anggaran, pembinaan dan administrasi personil, pelatihan serta pembinaan dan administrasi logistik.

6. Si Telematika : Seksi telekomunikasi dan elektronika, bertugas memonitor dan mengadakan survei serta deteksi pelanggaran hukum yang berkenaan dengan kegiatan komlak dari masyarakat.

7. Si P3D : Seksi pelayanan pengaduan dan penegakan disiplin, bertugas menyelenggarakan pelayanan hukum, disiplin, tata tertib dan pengamanan di lingkungan Polresta termasuk dalam rangka operasi-operasi khusus satuan fungsional Polresta sampai pada Polsekta-polsekta yang ada.

8. Urusan Kedokteran dan Kesehatan : Urusan kedokteran dan kesehatan bertugas menyelenggarakan fungsi kedokteran kepolisian dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional Polri dan pelayanan kesehatan personil, baik dengan menggunakan sumber daya yang tersedia maupun kerja sama dengan pihak lain, 9. Tata Usaha dan Urusan Dalam : Tata usaha dan urusan dalam bertugas melaksanakan

ketatausahaan dan urusan dalam meliputi korespondensi ketatausahaan perkantoran, kearsipan, dokumentasi, penyelanggaraan rapat, apel/ upacara kebersihan dan ketertiban serta urusan perbengkelan/ pemeliharaan kendaraan roda dua maupun roda empat dan urusan persenjataan.

10. Sentra Pelayanan Kepolisian : Sentra pelayanan kepolisian bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada warga masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama laporan/ pengaduan pelayanan permintaan bantuan/ pertolongan kepolisian, penjagaan markas termasuk penjagaan tahanan dan pengamanan barang bukti yang berada di Mapolres dan penyelesaian perkara ringan/

perselisihan antar warga, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/ kebijakan dalam organisasi Polri.

11. Satuan Intelijen Keamanan : Satuan Intelijen keamanan bertugas menyelenggarakan/ membina fungsi intelijen bidang keamanan, termasuk persandian, dan pemberian pelayanan dalam bentuk surat ijin/ keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak, kegiatan sosial/ politik masyarakat dan Surat Rekaman Keterangan Kejahatan (SRKK/ Criminal Record) kepada warga masyarakat yang membutuhkan serta melakukan pengawasan atau pengamanan atas pelaksanaanya. 12. Satuan Reserse Kriminal : Satuan Reserse Kriminal bertugas menyelenggarakan/

membina fungsi penyelidikan tindak pidana, dengan memberikan pelayanan/ perlindungan khusus kepada korban/ pelaku, remaja, anak dan wanita, serta menyelenggarakan fungsi identifikasi, baik untuk kepentingan penyelidikan maupun pelayanan umum, dan menyelnggarakan koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi PPNS, sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangan.

13. Satuan Samapta : Satuan Samapta betugas menyelenggarakan/ membina fungsi kesamaptaan kepolisian / tugas polisi umum dan pengamanan objek khusus, termasuk pengambilan tindakan pertama di tempat kejadian perkara dan penanganan tindak pidana ringan, pengendalian massa dan pemberdayaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa masyarakat dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.

14. Satuan Narkotika dan Obat-obatan : Satuan Narkotika dan Obat-obatan bertugas menyelenggarakan/ membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan obat berbahaya (narkoba) termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban/ penyalahgunaan narkoba.

15. Satuan Lalu Lintas : Satuan Lalu Lintas bertugas menyelenggarakan/ membina fungsi lalu lintas kepolisian, yang meliputi penjagaan, peraturan, pengawalan dan patrol, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi/ kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. 16. Polisi Sektor Kota (Polsekta) : Polisi sektor kota bertugas menyelenggarakan tugas

pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/ kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.

B. Gambaran Umum Satlantas Polresta Malang

Satlantas Polresta Malang merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolres Malang Kota. Tugas Pokok Satlantas Polresta Malang antara lain:56 1. Menangani kecelakaan lalu lintas;

2. Pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas);

3. Pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi;

4. Melakukan TPTKP, olah TKP, penyelidikan, dan penyidikan kecelakaan lalu lintas serta penegakan hukum di bidang lalu lintas.

5. Membantu kepengurusan Jasa Raharja bagi ahli waris atau keluarga korban;

6. Melakukan pendataan angka kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan guna dapatnya mengantisipasi terjadinya kecelakaan;

7. Koordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan kecelakaan guna mempercepat penanganan sehingga korban dapat terselamatkan, barang bukti aman dan

56

kerusakannya tidak semakin parah, serta mencegah timbulnya prmasalahan baru di tempat kejadian perkara;

8. Melaksanakan perintah pimpinan sebagai petunjuk cara bertindak serta memberikan informasi kepada pimpinan sebagai pengawas dan pengendali.

Dalam melaksanakan tugas Satlantas Polresta Malang menyelenggarakan fungsi: 1. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

3. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);

4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi;

5. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;

6. pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; 7. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

Adapun Struktur Organisasi Satlantas Polres Malang Kota digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Data Sekunder, diolah, 2014.

Satlantas Polresta Malang dipimpin oleh Kasat Lantas yang bertanggung jawab kepada Kapolres Malang Kota dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres Malang Kota.

Kasatlantas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh:57

1. KBO Sat Lantas disingkat Kepala Urusan pembinaan Operasi lantas yang bertanggung Jawab kepada Kasat Lantas dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kasat Lantas. KBO dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dibantu oleh kanit Patroli, Kanit Dikyasa, dan kanit laka lantas. KBO lantas membawai tentang urusan Administrasi anggota dan ketatausahaan serta sejumlah unit.

2. Kaur Mintu adalah Kepala Urusan Administrasi dan Ketatausahaan bertugas menyelenggarakan urusan administrasi, urusan ketatausahaan, fan urusan dalam. Kaur Mintu bertanggung jawab kepada Kasat Lantas.

3. Kanit Regident ( Kepala Unit Registrasi & Identifikasi ) bertanggung jawab kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas dalam pelaksanaan tugas

57

ibid

KASATLANTAS

KAUR BINOPS

UNIT REGIDENT UNIT TURJAWALI

SEKRETARIS - KAUR MINTU

UNIT DIKYASA UNIT LAKA

hari dibawah kendali Kasat Lantas yang membawahi urusan pelayanan registrasi & identifikasi kendaraan serta pengemudi dan dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh Unit SIM, Unit STNK dan Unit BPKB.

4. Kanit Patroli Sat Lantas ( Kepala Unit Patroli ) bertanggung jawab kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kasat Lantas.Kanit Patroli dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya dibantu oleh Unit Patmor dan Unit Gaktur. Kanit Patroli membawai tentang urusan unit patmor dan unit Gaktur serta administrasi.

5. Kanit Laka Sat lantas ( Kepala Unit Kecelakaan ) yang membawahi tentang urusan pelayanan & penagananan kecelakaan lalu lintas dan Administrasi Laka serta bertangung jawab kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas dalam pelaksanaan tugas sehari – hari dibawah kendali Kasat Lantas. Kanit Laka dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh unit Laka.

6. Kanit Dikyasa Sat Lantas ( Kepala Unit Pendidikan & Rekayasa ) bertanggung jawab kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kasat Lantas.

Visi dan Misi Satlantas Polresta Malang adalah :

1. Terwujudnya insan Polri yang profesional, bermoral, bersih dan terpercaya dalam memelihara kamtibmas dan penegakan hukum dalam rangka mendukung upaya pemerintah Kota Malang untuk menjadi kota yang lebih maju dan aman.

2. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, tanggap / responsif dan tidak diskriminatif agar masyarakat bebas dari segala bentuk gangguan fisik dan psikis.

3. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu diseluruh wilayah serta memfasilitasi keikutsertaan masyarakat dalam memelihara kamtibmas dilingkungan masing-masing.

4. Memelihara kamtibcar lantas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang.

5. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat ( Community Policing ) yang berbasis pada masyarakat patuh hukum ( Law Abiding Citizen ).

6. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proposional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

7. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas dalam jajaran Polres Malang Kota.

8. Mendukung upaya pemerintah Kota Malang dalam pelaksanaan pembangunan.

C. Gambaran Umum Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta Malang

Data yang diperoleh dari hasil survey dapat dilihat jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi dalam lingkup Polresta Malang di tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1

Jumlah Perkara Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta Malang Tahun 2011

No. Bulan Jumlah Korban Kerugian Materiil

LAKA MD LB LR 1 JANUARI 28 11 3 29 Rp 12.600.000,00 2 PEBRUARI 25 8 2 25 Rp 13.500.000,00 3 MARET 45 10 12 56 Rp 36.075.000,00 4 APRIL 35 7 5 37 Rp 15.250.000,00 5 MEI 31 8 2 29 Rp 16.000.000,00 6 JUNI 19 13 - 20 Rp 9.800.000,00 7 JULI 23 4 1 26 Rp 6.100.000,00 8 AGUSTUS 28 12 1 35 Rp16.575.000,00 9 SEPTEMBER 24 7 1 30 Rp 19.350.000,00 10 OKTOBER 33 8 1 40 Rp 27.800.000,00 11 NOPEMBER 15 7 - 19 Rp 17.200.000,00 12 DESEMBER 17 4 - 17 Rp7.100.000,00 JUMLAH 323 99 28 363 Rp 197.350.000,00

Data Sekunder, diolah, 2014

Dari tabel di atas, kecelakaan yang terjadi dalam tahun 2011, yaitu sebanyak 323 perkara kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 99 orang, korban luka berat sebanyak 28 orang, korban luka ringan sebanyak 363 orang,dan kerugian materiil sebesar Rp 197.350.000,00.

Tabel 2

Jumlah Perkara Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta Malang Tahun 2012

No. Bulan Jumlah Korban Kerugian Materiil

LAKA MD LB LR 1 JANUARI 37 10 3 40 Rp 153.700.000,00 2 PEBRUARI 21 6 2 21 Rp 14.750.000,00 3 MARET 24 10 1 22 Rp 17.000.000,00 4 APRIL 18 2 - 26 Rp 13.500.000,00 5 MEI 28 5 1 30 Rp16.800.000,00 6 JUNI 30 7 - 38 Rp 14.100.000,00 7 JULI 31 6 - 33 Rp 16.050.000,00 8 AGUSTUS 25 9 - 27 Rp 30.300.000,00 9 SEPTEMBER 33 7 - 43 Rp 95.100.000,00 10 OKTOBER 25 5 1 28 Rp 23.500.000,00 11 NOPEMBER 19 5 - 27 Rp 16.000.000,00 12 DESEMBER 25 5 - 33 Rp 26.250.000,00 JUMLAH 316 77 8 368 Rp 437.050.000,00

Data Sekunder, diolah, 2014

Dari tabel di atas, kecelakaan yang terjadi dalam tahun 2012, yaitu sebanyak 316 perkara kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 77 orang, dan korban luka berat sebanyak 8 orang, korban luka ringan sebanyak 368 orang dan kerugian materiil sebesar Rp 437,050.000,00.

Tabel 3

Jumlah Perkara Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta Malang Tahun 2013

No. Bulan Jumlah Korban Kerugian Materiil

LAKA MD LB LR 1 JANUARI 32 11 - 42 Rp26.850.000,00 2 PEBRUARI 17 4 - 22 Rp 9.100.000,00 3 MARET 27 6 - 31 Rp56.500.000,00 4 APRIL 16 4 2 23 Rp 12.800.000,00 5 MEI 16 4 - 26 Rp12.100.000,00 6 JUNI 17 7 - 23 Rp 21.500.000,00 7 JULI 12 3 - 12 Rp 7.200.000,00 8 AGUSTUS 16 5 - 22 Rp 10.950.000,00 9 SEPTEMBER 7 - - 11 Rp27.000.000,00 10 OKTOBER 22 10 2 21 Rp15.750.000,00 11 NOPEMBER 24 11 1 25 Rp 30.200.000,00 12 DESEMBER 16 5 - 22 Rp 15.300.000,00 JUMLAH 222 70 5 280 Rp 245.250.000,00

Data Sekunder, diolah, 2014

Dari tabel di atas, kecelakaan yang terjadi dalam tahun 2013, yaitu sebanyak 222 perkara kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 70 orang, dan korban luka berat sebanyak 5 orang, korban luka ringan sebanyak 280 orang dan kerugian materiil sebesar Rp 245.250.000,00

Berdasarkan ketiga data jumlah perkara kecelakaan lalu lintas di Polresta Malang tahun 2011 sampai dengan 2013 dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

323 316 222 0 50 100 150 200 250 300 350 2011 2012 2013

Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di

Polresta Malang Tahun 2011-2013

Bagan 3

Data Sekunder, diolah, 2014

Berdasarkan bagan diatas jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2011 sejumlah 323 perkara. Jumlah tersebut menurun pada tahun 2012 dengan jumlah kecelakaan lalu lintas 316 perkara, dan kembali menurun pada tahun 2013 dengan jumlah 222 perkara.

Bagan 4

Data Sekunder, diolah, 2014

Berdasarkan bagan diatas jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2011 sejumlah 99 orang. Jumlah tersebut menurun pada tahun 2012

99 77 70 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013

Jumlah Korban Meninggal Dunia

Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta

dengan jumlah korban meninggal dunia 77 orang, dan kembali menurun pada tahun 2013 dengan jumlah korban meninggal dunia 70 orang.

Bagan 5

Data Sekunder, diolah, 2014

Berdasarkan tabel diatas jumlah korban luka berat akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2011 sejumlah 28 orang. Jumlah tersebut menurun pada tahun 2012 dengan jumlah korban luka berat 8 orang, dan kembali menurun pada tahun 2013 dengan jumlah korban luka berat 5 orang.

Bagan 6

Data Sekunder, diolah, 2014

28 8 5 0 5 10 15 20 25 30 2011 2012 2013

Jumlah Korban Luka Berat Kecelakaan

Lalu Lintas di Polresta Malang Tahun

2011-2013

363 316 280 0 200 400 2011 2012 2013

Jumlah Korban Luka Ringan

Kecelakaan Lalu Lintas di Polresta

Berdasarkan tabel diatas jumlah korban luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2011 sejumlah 363 orang. Jumlah tersebut menurun pada tahun 2012 dengan jumlah korban luka berat 316 orang, dan kembali menurun pada tahun 2013 dengan jumlah korban luka berat 280 orang.

D. Kriteria Penggunaan Kewenangan Diskresi oleh Kepolisian dalam Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas di Luar Pengadilan

Diskresi adalah kebijaksanaan kepolisian dalam halnya memutuskan sesuatu tindakan tidak hanya berdasarkan ketentuan-katentuan peraturan, undang-undang atau hukum yang berlaku tetapi atas dasar kebijaksanaan, pertimbangan atau keadilan menurut penilaiannya sendiri. Salah satu perwujudan kewenangan diskresi kepolisian adalah penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan. Penyelesaian di luar pengadilan merupakan penyelesaian perkara pidana melalui musyawarah dengan bantuan mediator yang netral, dihadiri korban dan pelaku beserta perwakilan masyarakat, dengan tujuan pemulihan bagi korban, pelaku dan lingkungan masyarakat.

Walaupun setiap penyidik kepolisian memiliki kewenangan dikresi dalam menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan, namun tidak berarti penyidik kepolisian dapat bertindak semena-mena tanpa mengindahkan norma agama, norma sosial maupun norma-norma yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kriteria-kriteria penggunaan diskresi kepolisian dalam menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan sebagai berikut:58

1. Kecelakaan lalu lintas tersebut bukan merupakan tindak pidana kesengajaan.

58

Anggota kepolisian lalu lintas sebagai penyidik dalam menangani perkara kecelakaan lalu lintas terlebih dahulu melihat sebab-sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas dengan memeriksa saksi, memeriksa tersangka, dan melakukan gelar perkara sehingga dapat tidaknya perkara tersebut diselesaikan di luar pengadilan atau harus melalui pengadilan. Penyidik dalam menentukan ada tidaknya unsur kesengajaan tersebut harus mempunyai dasar keahlian khusus di bidang lalu lintas karena penyidik dalam menangani perkara tersebut harus dapat menyelesaikan perkara dengan tepat. Apabila dapat dibuktikan secara meyakinkan bahwa penyebab kecelakaan lalu lintas dikarenakan kealpaan pelaku, maka dapat diselesaikan di luar pengadilan. Namun sebaliknya apabila menurut penyidik penyebab kecelakaan lalu lintas adalah akibat kesengajaan pelaku dan/ atau pelaku terlebih dahulu melanggar ketentuan perundang-undangan (pelaku dalam pengaruh alkohol, motor tidak standar), maka polisi selaku penyidik tidak dapat menyelesaikan perkara di luar pengadilan dan akan melimpahkan perkara tersebut ke Kejaksaan untuk dilakukan penuntutan dan selanjutnya harus diselesaikan melalui pengadilan, walaupun sebelumnya telah ada itikad baik dari pelaku maupun korban untuk menyelesaikan perkara di luar pengadilan.

Bentuk kesengajaan yang dimaksud dalam hal ini yaitu kesengajaan dengan sadar kemungkinan (dolus eventualis atau voorwaardelijk-opzet).Kesengajaan dengan sadar kemungkinan berarti apabila dengan dilakukannya perbuatan atau terjadinya suatu akibat yang dituju itu maka disadari bahwa adaya kemungkinan akan timbul akibat lain. Dalam hal ini, ada keadaan tertentu yang semula mungkin terjadi kemudian ternyata benar-benar terjadi. Pelaku kecelakaan lalu lintas mengetahui kemungkinan adanya akibat/ keadaanya yang merupakan suatu tindak pidana serta sikapnya terhadap kemungkinan itu apabila benar terjadi, resiko tetap diterima untuk mencapai apa yang dimaksud.

Kesengajaan dengan kemungkinan terjadi apabila dalam gagasan si pelaku hanya ada bayangan kemungkinan akan terjadi akibat yang bersangkutan tanpa dituju. Maka harus ditinjau seandainya ada bayangan kepastian, tidak hanya kemungkinan apakah perbuatan tetap akan dilakukan oleh si pelaku. Kalau hal ini terjadi, dapat dikatakan bahwa akibat yang terang dapat tidak dikehendaki dan yang mungkin akan terjadi itu tetap dipikul pertanggungjawaban oleh si pelaku.

2. Adanya itikad baik dari pelaku dan korban kecelakaan lalu lintas untuk menyelesaikan perkara di luar pengadilan.

Itikad baik merupakan sikap batin atau perilaku jiwa untuk sama-sama mencari jalan terbaik bagi kedua belah pihak. Pihak korban sesuai hasil penyidikan yang ada memberi maaf kepada pelaku, meyakini bahwa tidak ada unsur kesengajaan serta menerima sebagai musibah perkara kecelakaan lalu lintas tersebut dan pihak pelaku dalam pemeriksaan beritikad baik untuk menyelesaikan perkara secara damai dan memberikan sejumlah uang ganti kerugian sebagai uang duka, biaya selamatan

Dokumen terkait