BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.10 Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional dari konsep-konsep yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Karakteristik individu adalah ciri-ciri pribadi individu peserta Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed yang dapat menggambarkan keadaan para peserta pelatihan. Karaketeristik individu dalam penelitian ini mencakup usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan motivasi mengikuti pelatihan.
1. Usia adalah lama waktu hidup peserta pelatihan sejak dilahirkan sampai pada saat pelatihan dilaksanakan, diukur dalam tahun.
Dikategorikan menjadi :
• Muda (18-20 tahun), diberi skor 1
• Dewasa (21-24 tahun), diberi skor 2
2. Status Perkawinan adalah keterangan diri mengenai perkawinan peserta pelatihan saat pelatihan berlangsung. Dikategorikan menjadi Belum Menikah (1) dan Menikah (2).
3. Latar belakang pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh responden pada saat pelatihan dilaksanakan.
Dikategorikan menjadi:
• SLTP/ sederajat diberi skor 1
• SLTA/sederajat diberi skor 2
4. Pengalaman Kerja adalah aktivitas ekonomi yang sedang atau pernah dilakukan responden pada saat sebelum pelatihan berlangsung.
Dikategorikan menjadi :
• Tidak Bekerja diberi skor 1
• Bekerja Non Garmen diberi skor 2
• Bekerja di Garmen diberi skor 3
5. Motivasi adalah kebutuhan yang dirasakan seseorang yang mendorongnya mengikuti Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed. Dikategorikan menjadi :
• Menambah Keterampilan diberi skor 1
• Mendapat Pekerjaan diberi skor 2
• Menambah Keterampilan dan Mendapat Pekerjaan diberi skor 3
6. Keragaan Pelatihan adalah komponen-komponen yang terdapat dalam pelatihan (instruktur atau pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan dan fasilitas pelatihan). Diukur dengan memberikan pertanyaan mengenai penilaian peserta pelatihan terhadap keragaan pelatihan, mulai dari “sangat setuju” dengan skor 4, “setuju” dengan skor 3,
“tidak setuju” dengan skor 2, dan “sangat tidak setuju” dengan skor 1.
a. Instruktur atau Pelatih adalah orang yang menyampaikan materi kepada peserta pelatihan, dinilai melalui: penguasaan dan penyampaian materi, kemampuan mengajar, dan kemampuan menjalin komunikasi dengan peserta. Diukur dengan memberikan empat pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :
• Tidak Mampu, apabila skor responden 4-9
• Mampu, apabila skor responden 10-16
b. Fasilitas Pelatihan : tingkat kelayakan pakai, dan kelengkapan alat dan bahan pelatihan. Tingkat ketersediaan fasilitas diukur melalui skor penilaian peserta pelatihan tentang kelengkapan dan kondisi alat dan bahan pelatihan,
dan suasana ruang. Diukur dengan memberikan tiga pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 12 dan skor minimum adalah 3. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :
• Tidak Lengkap dan Tidak Layak, apabila skor responden 3-7
• Lengkap dan Layak, apabila skor responden 8-12
• Materi Pelatihan : menyangkut relevansi materi yang dilihat berdasarkan pernyataan peserta pelatihan terhadap kesesuaian materi yang diberikan dalam pelatihan dengan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai. Diukur dengan memberikan empat pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 4. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :
• Tidak Relevan, apabila skor responden 4-10
• Relevan, apabila skor responden 11-16
• Metode Pelatihan: relevansi dan pelaksanaan cara atau teknik yang digunakan dalam penyampaian materi pelatihan. Diukur dengan memberikan skor penilaian peserta terhadap
kesesuaian materi serta pelaksanaan metode pelatihan.
Diberikan dua pertanyaan yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total pada setiap jawaban. Dengan demikian skor maksimum adalah 8 dan skor minimum adalah 2. Dengan menggunakan jarak interval, dikategorikan menjadi :
• Tidak Relevan, apabila skor responden 2-5
• Relevan, apabila skor responden 6-8
7. Perubahan Perilaku adalah perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik recall kepada lulusan pelatihan, dengan hanya mengukur perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan. Perubahan perilaku sesudah pelatihan merupakan output pelatihan. Perubahan perilaku setelah bekerja merupakan outcome pelatihan. Perubahan tingkat pengetahuan sesudah pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan, dinilai dengan memberikan 10 soal perbandingan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan. Skor maksimum 30 dan skor minimum 0. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi:
• Rendah, apabila skor responden 0-14
• Tinggi, apabila skor responden 15-28
Perubahan tingkat keterampilan sesudah pelatihan menurut persepsi peserta pelatihan, dinilai dengan memberikan 11 pertanyaan. Skor
maksimum 33 dan skor minimum 0. Dengan mengunakan jarak interval sehingga dikategorikan menjadi :
• Rendah, apabila skor responden 0-16
• Tinggi, apabila skor responden 17-33
8. Perubahan perilaku setelah bekerja merupakan perubahan dari sejak lulus dari pelatihan dan kemudian bekerja, menurut persepsi lulusan pelatihan. Perubahan tingkat pengetahuan setelah bekerja menurut persepsi lulusan pelatihan, diinilai dengan memberikan 10 soal perbandingan antara pengetahuan sesudah pelatihan dan setelah bekerja. Skor maksimum 30 dan skor minimum -30. Adanya tanda minus menunjukkan penurunan tingkat pengetahuan. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi:
• Rendah , apabila skor responden (-30)-0
• Tinggi, apabila skor responden 1-30
Perubahan tingkat keterampilan setelah bekerja menurut persepsi lulusan pelatihan diinilai dengan memberikan 11 soal perbandingan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan. Skor maksimum 33 dan skor minimum -33. Adanya tanda minus menunjukkan penurunan tingkat keterampilan. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi:
• Rendah , apabila skor responden (-33)-0
• Tinggi, apabila skor responden 1-33
9. Kepuasan Kerja adalah cerminan perasaan pegawai yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaanya yang
nampak dalam sikap kepositifan dan kenegatifan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Diukur dengan memberikan pertanyaan mengenai penilaian lulusan pelatihan yang telah bekerja terhadap pekerjaanya, mulai dari “sangat setuju/sangat puas” dengan skor 4,
“setuju/puas” dengan skor 3, “tidak setuju/tidak puas” dengan skor 2, dan “sangat tidak setuju/sangat tidak puas” dengan skor 1. Diukur dengan memberikan 15 pertanyaan, yang masing-masing diberi skor 1-4 oleh responden. Kepuasan kerja tersebut meliputi Pekerjaan, Kompensasi, Kondisi Kerja, dan Hubungan Antar Pribadi.
10. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian, waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan, dan berat ringannya pekerjaan.
Diberikan tiga pertanyaan, dengan skor maksimum 12 dan skor minimum 3. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi:
• Tidak Puas , apabila skor responden 3-7
• Puas, apabila skor responden 8-12
11. Kompensasi, menyangkut balas jasa yang adil dan layak. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap gaji, tunjangan, asuransi, kesempatan untuk promosi jabatan ataupun penghargaan atas suatu prestasi. Diberikan empat pertanyaan, dengan skor maksimum 16 dan skor minimum 4. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi :
• Tidak Puas, apabila skor responden 4-10
• Puas, apabila skor responden 11-16
12. Kondisi kerja adalah suasana dalam lingkungan kerja. Pengukuran dilakukan berdasarkan penilaian karyawan terhadap peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan atau fasilitas kerja dan suasana atau lingkungan kerja. Diberikan dua pertanyaan, dengan skor maksimum 8 dan skor minimum 2. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi :
• Tidak Puas , apabila skor responden 2-5
• Puas, apabila skor responden 6-8
13. Hubungan antar pribadi adalah interaksi yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan. Pengukuran dilakukan berdasarkan hubungan antar sesama rekan, menyangkut kedekatan, pemberian semangat dan dorongan sesama rekan kerja. Hubungan dengan atasan atau pimpinan, menyangkut kedekatan, kesempatan untuk memberikan usul/ide/saran kepada atasan dan apresiasi terhadap usul/ide/saran yang diberikan.
Diberikan lima pertanyaan, dengan skor maksimum 20 dan skor minimum 5. Dengan menggunakan jarak interval dikategorikan menjadi :
• Tidak Puas, apabila skor responden 5-12
• Puas, apabila skor responden 13-20
14. Produktivitas kerja adalah tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Diukur dengan penilaian supervisor lulusan pelatihan dengan memberikan satu pertanyaan mengenai
produktivitas kerja lulusan dibandingkan dengan karyawan lain yang berasal bukan dari pelatihan mulai dari “luar biasa” dengan skor 5,
“diatas rata-rata” dengan skor 4, “rata-rata” dengan skor 3, “dibawah rata-rata” dengan skor 2, dan “tidak memuaskan” dengan skor 1.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif serta didukung oleh data kualitatif. Evaluasi Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dilakukan pada tahap output, outcome dan effect melalui metode kuantitatif.
Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. Tujuannya adalah untuk mengamati setiap variabel dan melihat hubungan antar variabel. Kuesioner yang diberikan merupakan kuesioner tertutup dan semi terbuka. Pemberian kuesioner tersebut dilakukan pada tahap input dan pada tahap effect. Pada tahap output dan outcome, digunakan teknik recall, dengan menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner melalui wawancara terbimbing (guided interview) dilakukan pada tahap effect untuk mengukur produktivitas kerja lulusan pelatihan yang dinilai oleh supervisor.
Perbedaan pendekatan penelitian saat mengevaluasi output, outcome dan effect terjadi karena pelatihan berlangsung pada tahun 2006 hingga Mei 2008, sementara pemberian kuesioner berlangsung pada bulan Mei dan Juni 2008, sehingga diperlukan teknik recall. Selain itu, LPK ASA Group sebagai pelaksanan pelatihan, tidak melakukan pre-test maupun post-test kepada peserta pelatihan. Penilaian akhir melalui simulasi tes masuk garmen juga tidak dilakukan berdasarkan standar penilaian yang baku dan tidak tercatat, sehingga recall dilakukan berdasarkan persepsi responden. Data kualitatif yang diperoleh dalam
penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan bersifat melengkapi data kuantitatif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero), Cabang Semarang, yang terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebelum menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan media cetak, internet, televisi dan penjajagan awal untuk mendapat informasi-informasi dari narasumber tertentu mengenai perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja. Lokasi tersebut dipilih karena PT Jamsostek merupakan salah satu BUMN yang melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. PT Jamsostek juga merupakan penerima penghargaan Annual Report Award 2006, yang salah satu kriteria penilaian Good Corporate Governance adalah dengan mewujudkan tanggung jawab sosial kepada para stakeholders. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan bulan Juni 2008, rincian kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara mendalam kepada responden dan informan, memberikan kuesioner kepada responden serta dengan melakukan observasi lapang. Observasi lapang dilakukan dengan melakukan pengamatan saat pendaftaran di Disnakertrans Kota Semarang, ketika pelatihan
berlangsung, dan saat berada di lingkungan perusahaan responden bekerja. Data respon sebagian besar menggunakan Skala Likert, karena skala ini memberi peluang kepada responden untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan. Skala Likert memberikan pilihan jawaban yang berjenjang, maka setiap pilihan jawaban bisa diberi skor. Wawancara mendalam merupakan teknik pengambilan data dengan melakukan percakapan dua arah dalam suasana kesetaraan dan akrab. Dengan melakukan wawancara mendalam dimaksudkan adalah “temu muka berulang antara peneliti dan tineliti dalam rangka memahami pandangan tineliti mengenai hidupnya, pengalamannya ataupun situasi sosial sebagaimana yang ia ungkapkan dalam bahasanya sendiri.
Analisis data sekunder digunakan untuk mendapatkan jawaban serta data yang dapat dipertangungjawabkan secara hukum baik berupa dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Analisis data sekunder diperoleh dari kajian literatur dari dokumen tentang kondisi umum daerah penelitian dan data pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil analisis data sekunder tersebut dikaitkan dengan konsep dan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, informan adalah pihak manajemen PT Jamsostek (Persero) Cabang Semarang khususnya yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dan berhubungan dengan kepentingan masyarakat, Disnakertrans Kota Semarang dan LPK ASA Group Semarang. Informan yang dipilih untuk mengetahui produktivitas kerja
lulusan pelatihan adalah supervisor lulusan pelatihan yang telah bekerja di perusahaan garmen.
Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed dilaksanakan pada tahun 2006 hingga 2008. Pada tahun 2006 terdapat 120 orang peserta pelatihan (satu tahap dengan satu angkatan), pada tahun 2007 terdapat 600 orang peserta pelatihan (tiga tahap dengan lima angkatan) dan tahun 2008 terdapat 120 orang peserta pelatihan (satu angkatan hingga Mei 2008). Total jumlah peserta pelatihan hingga bulan Mei 2008 adalah 840 orang peserta pelatihan, namun dalam setiap angkatan tidak semua peserta pelatihan yang telah lulus dapat ditempatkan ke perusahaan garmen yang telah ditetapkan. Ada yang berhenti bekerja ataupun kontrak kerja mereka tidak diperpanjang, sehingga responden yang dipilih adalah peserta pelatihan yang berhasil ditempatkan di perusahaan garmen setelah pelatihan selesai dan hingga saat penelitian berlangsung masih berstatus sebagai buruh atau karyawan perusahaan garmen.
Responden dipilih dari lulusan pelatihan yang telah bekerja di empat perusahaan. Perusahaan tersebut adalah PT Morich Indo Fashion, PT SC Enterprises, PT Samwon Busana Indonesia, dan PT Honey Lady Utama. Jumlah responden adalah 30 orang. Pemilihan keempat perusahaan dan responden dipilih secara sengaja karena kemudahan akses penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data bertujuan untuk dapat menjelaskan kebijakan dan pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan PT Jamsostek (Pesero), serta keberhasilan program Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High
Speed, dinilai dari output, outcome dan effect pelatihan. Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kuantitatif diperoleh dari kuesioner dan data sekunder terkait yang telah diolah sesuai dengan tujuan pengumpulan data tersebut.
Data primer yang berhasil dikumpulkan terlebih dahulu diolah dan ditabulasikan. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya, data kuantitatif yang telah ditampilkan dalam tabulasi silang dilakukan pengujian statistik dengan Korelasi Rank Spearman untuk data dengan skala minimal ordinal, dan dengan uji statistik non parametrik Chi Square untuk data dengan skala minimal nominal pada taraf nyata (α) 0,05, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk dapat melihat kasus yang terjadi. Pengolahan dan analisis data masing-masing variabel akan diproses dengan menggunakan software SPSS 13.0. dan Microsoft Excel 2007. Penyajian data kuantitatif tersebut didukung dengan analisa kualitatif, sehingga memperoleh hasil analisa data yang lebih baik.
3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas kuesioner digunakan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati. Umar (2003) menjelaskan langkah-langkah pengujian validitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba pengukuran tersebut pada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabulasi.
4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan skor total memakai rumus teknik korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut :
Keterangan: r = nilai koefisien korelasi Pearson n = jumlah responden
x = skor pertanyaan y = skor total
Uji validitas kuesioner dilakukan pada 30 responden dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Hasil uji validitas menunjukkan seluruh pertanyaan kuesioner penelitian untuk dinyatakan valid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi lebih besar dari 0,361 (r tabel untuk n= 30 pada selang kepercayaan 95%).
Berdasarkan hasil uji validitas dari 13 pertanyaan penelitian bagian Keragaan Pelatihan, dinyatakan bahwa semua pertanyaan valid. Pertanyaan penelitian bagian Kepuasan Kerja terdiri dari 15 pertanyaan, dan terdapat satu pertanyaan yang tidak valid, sehingga pertanyaan tersebut dihilangkan.
Pertanyaan yang dihilangkan adalah salah satu pertanyaan dari tiga pertanyaan mengenai kondisi kerja. Setiap pertanyaan mengenai perubahan perilaku sebelum dan sesudah pelatihan, serta perubahan perilaku sesudah pelatihan dan setelah
bekerja dinyatakan valid. Hasil uji validitas kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 6.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui derajat ketepatan, ketelitian keakuratan dan keterandalan alat ukur (kuesioner) yang digunakan dalam penelitian. Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan adalah teknik Cronbach’s Alpha, dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : r11= Reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan
= Jumlah varians butir
= varians total
Hasil uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui dihitung dengan bantuan software SPSS 13.0 for Windows. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha pada setiap bagian pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Pertanyaan r hit Cronbach’s Alpha
Keragaan Pelatihan 0,8478
Perubahan Pengetahuan Sebelum Pelatihan dan
Sesudah Pelatihan 0,9475
Perubahan Pengetahuan Sesudah Pelatihan dan Setelah Bekerja
0,9561
Perubahan Keterampilan Sebelum Pelatihan
dan Sesudah Pelatihan 0,9623
Perubahan Keterampilan Sesudah Pelatihan dan
Setelah Bekerja 0,9512
Kepuasan Kerja 0,9140
Sumber : Hasil Pengolahan dan Analisis Data Penelitian (2007)
Secara umum, dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa kuesioner yang disebarkan reliabel. Bahkan, sebagian besar bagian pertanyaan penelitian menunjukkan angka reliabilitas lebih besar dari 0,9 yang berarti bahwa kuesioner tersebut sangat reliabel.
3.5.3 Uji Chi Square
Analisis Chi Square merupakan analisis statistik non parametrik, dengan menggunakan skala nominal dan ordinal dalam bentuk angka dan frekuensi yang berupa data skor (Iskandar, 2008). Hasil uji Chi Square menghasilkan nilai Asympyotyc Significance (Asymp. Sig.) yang menunjukkan ada tidaknya hubungan antara dua faktor yang diteliti, dan kemudian diperbandingkan dengan nilai α (0,05). Patokan pengambilan keputusan berdasarkan nilai Asymp. Sig. adalah Asymp. Sig. lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak, dimana:
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara tingkat perubahan perilaku (pengetahuan dan keterampilan) sebelum dan sesudah pelatihan dengan variabel-variabel karakteristik individu.
H1 : Terdapat perbedaan antara tingkat perubahan perilaku (pengetahuan dan keterampilan) sebelum dan sesudah pelatihan dengan variabel-variabel karakteristik individu.
Rumus Uji Chi Square :
Keterangan : x2 = Chi Square
fo = Frekuensi hasil observasi
fe = Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian, dengan membagikan jumlah subyek dalam sampel kategori subyek.
3.5.4 Uji Korelasi Rank Spearman
Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak memerlukan prasyarat data terdistribusi normal.
Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi yang menghasilkan angka positif berarti hubungan kedua variabel bersifat searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat juga besar. Korelasi yang menghasilkan angka negatif berarti hubungan kedua variabel bersifat tidak searah, yang berarti jika variabel bebas besar maka variabel terikat menjadi kecil. Rumus Korelasi Rank Spearman :
Keterangan : rs = Nilai koefisien Rank Spearman di = Disparitas (x1-x2)
n = Banyaknya Pengamatan
Hasil uji Korelasi Rank Spearman juga menghasilkan nilai probabilitas atau p-value. Jika p-value lebih kecil dari nilai α (0,05), maka tolak Ho, dimana:
Ho : Tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.
H1 : Terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.
BAB IV
PROFIL PT JAMSOSTEK (PERSERO)
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Jamsostek (Persero) merupakan salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bertugas menyelenggarakan program jaminan sosial menurut Undang-undang Republik Indonesia No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial. BUMN lain yang ditugaskan menyelenggarakan program jaminan sosial adalah PT ASKES, PT ASABRI, dan PT TASPEN. PT ASKES bertugas memberikan jaminan atau asuransi kepada Pegawai Negeri Sipil, khususnya di bidang kesehatan. PT ASABRI merupakan penyelenggara jaminan sosial bagi Anggota ABRI/TNI, sedangkan PT TASPEN merupakan perusahaan asuransi untuk pensiunan pegawai negeri. PT Jamsostek (Persero) sendiri adalah penyelenggara jaminan sosial bagi karyawan perusahaan atau swasta.
Perlindungan Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja dimulai pada tahun 1947 dengan dikeluarkannya UU No. 33 tahun 1947 jo UU No. 2 tahun 1951, tentang kecelakaan kerja, dan mewajibkan pengesahan pembayaran ganti rugi kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. Hal tersebut didukung dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perburuhan No. 15/1957, yang mengatur tentang bantuan kepada badan yang menyelenggarakan usaha jaminan sosial buruh, dan dilaksanakan oleh Yayasan Sosial Buruh. Melalui Keputusan Menteri Perburuhan No. 5/1969, dibentuk Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS) untuk melaksanakan program asuransi sakit, hamil, melahirkan dan meninggal dunia.
Program ini diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3/1967 yang kepesertaannya secara sukarela. Disamping itu, YDJS juga melaksanakan
program-program hari raya, cuti, sakit, dan meninggal dunia bagi pekerja yang bekerja pada pemborong di PT Caltex Pacific Indonesia, yang diatur dengan Peraturan Direkur Hubungan Perburuhan No. 4/1968. Setelah itu diterbitkan UU No. 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja mengatur tentang penyelenggaraan/asuransi sosial bagi tenaga kerja beserta keluarganya, yang pelaksanaannya akan diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Pada tahun 1970, YDJS menyelenggarakan asuransi kecelakaan kerja bagi tenaga kerja sektor konstruksi yang diatur melalui Surat Keputusan Gubernur.
YDJS juga ditunjuk sebagai penyelenggara program-program yang berkaitan dengan hari raya, cuti, sakit, kecelakaan kerja, meninggal dunia bagi tenaga kerja yang bekerja pada pemborong di sektor pertambangan minyak dan gas bumi. Hal ini diputuskan berdasarkan SKB Menaker dan Menteri Pertambangan No.
660/kpts/Men/1975 dan No. 205/Kpts/M/Pertamb/1975.
Pada tanggal 5 Desember 1977, pemerintah menerbitkan PP No. 33/1977 tentang Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program Astek. Bersamaan dengan itu, diterbitkan pula PP No.34/1977 tentang Perum Astek sebagai badan penyelenggara program Astek. Program yang ditangani masih terbatas pada Asuransi Kecelakaan Kerja (AKK), Asuransi
Pada tanggal 5 Desember 1977, pemerintah menerbitkan PP No. 33/1977 tentang Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk mengikuti program Astek. Bersamaan dengan itu, diterbitkan pula PP No.34/1977 tentang Perum Astek sebagai badan penyelenggara program Astek. Program yang ditangani masih terbatas pada Asuransi Kecelakaan Kerja (AKK), Asuransi