• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Operasional Peubah Penelitian

III METODE PENELITIAN

3.5 Definisi Operasional Peubah Penelitian

Luas penguasaan lahan diperoleh berdasarkan informasi dari responden

mengenai total luas lahan yang dikuasai dan diusahakan, baik berupa sawah, tegalan, atau pekarangan dalam satuan hektar. Sawah yang dikuasai dan diusahakan petani dapat milik sendiri atau orang lain (disewa atau disakap). Sawah milik sendiri pun dapat digarap sendiri atau digarapkan. Untuk dapat menghitung lahan bukan milik sendiri

27

disetarakan dengan milik sendiri atau lahan digarapkan disetarakan dengan digarap sendiri, digunakan faktor penimbang (pembobot) seperti yang dikemukakan Syamsuddin (1984), diacu dalam Baliwati (2001). Faktor penimbang tersebut adalah sebagai berikut:

Untuk tanah garapan (milik plus): Milik:

Sawah = 1

Tegalan = 2/3

Pekarangan = 1/3

Sewa (sawah) = 1/2

Sakap, tergantung besarnya bagi hasil, yaitu: Bagi dua (maro) = 1/2

Bagi tiga (mertelu) = 1/3

Untuk tanah bukan garapan sendiri (milik minus): Sawah milik yang disewakan = 1/2

Sawah milik yang disakapkan, tergantung besarnya bagi hasil, yaitu: Bagi dua (maro) = 1/2

Bagi tiga (mertelu) = 1/3

Untuk pengelompokannya dibuat ukuran interval dengan ketentuan: bagi rumah tangga yang menguasai lahan kurang dari 0.5 hektar disebut petani gurem/lapisan bawah, jika menguasai 0.5 – 0.9 hektar disebut petani sedang/lapisan menengah, dan jika menguasai lebih atau sama dengan 1.0 hektar disebut petani kaya/lapisan atas.

Modal kerja dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh sumberdaya yang

dimiliki petani yang digunakan untuk membiayai dan menyokong usahatani mulai dari persiapan hingga pasca panen. Modal kerja dinyatakan dalam rupiah per hektar untuk satu musim tanam selama satu tahun terakhir.

Kerjasama merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan petani dengan pihak-

pihak lain selama 1 (satu) tahun yang lalu guna mendapatkan sarana produksi, ilmu, dan jasa dalam lingkup pengelolaan usahatani padi organik. Petani bekerjasama dengan mitra atas perannya sebagai

28

penyedia input (bibit, pupuk organik, pestisida organik, air irigasi, tenaga kerja, modal kerja), pemberi ilmu mengenai tata cara mengelola tanah hingga penanganan pasca panen, atau sebagai penyedia jasa, seperti pelabelan, sertifikasi, pema saran, dan promosi. Berdasarkan informasi yang diberikan, maka responden dapat distrata berdasarkan tingkat keaktifannya.

Pendidikan formal kepala keluarga adalah lama dan jenis pendidikan formal

yang diikuti kepala keluarga. Jenis pendidikan dikelompokkan menjadi tidak pernah sekolah, lulus SD, lulus SMTP atau lebih tinggi.

Pendidikan non formal kepala keluarga adalah macam-macam pelatihan

yang diikuti oleh kepala keluarga dalam satu tahun terakhir. Pelatihan yang dimaksudkan adalah jenis pelatihan yang berada dalam lingkup pertanian organik, seperti pemilihan varietas, pembuatan pupuk dan pestisida organik, hingga penanganan pasca panennya.

Tujuan penerapan pertanian organik merupakan gambaran dari harapan

petani penghasil beras organik selama dan setelah mengelola usaha taninya yang berbasis sistem pertanian organik.

Pengelolaan limbah merupakan kegiatan yang dilakukan petani guna

menyokong pertanian organik yang sedang mereka kerjakan dengan cara mendekomposisikan limbah menjadi sumber pupuk organik. Menurut Seymour (1997), kriteria sistem pertanian organik yang diberikan IFOAM setidaknya harus memenuhi enam prinsip standar; salah satunya adalah mendayagunakan potensi lokal yang ada sebagai suatu agroekosistem yang tertutup dengan memanfaatkan bahan-bahan baku atau input dari sekitarnya. Dengan demikian, petani yang memanfaatkan limbah rumah tangganya sebagai pupuk organik berarti telah menyokong prinsip-prinsip dalam bertani organik.

Pengetahuan bertani secara organik menunjukkan tingkat penguasaan kepala

keluarga terhadap ketentuan-ketentuan dalam mengelola pertanian organik sehingga menghasilkan beras yang diakui sebagai produk pangan organik. Pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan persiapan lahan, pengelolaan kesuburan tanah, pengelolaan hama dan penyakit,

29

pemakaian benih, dan penanganan pasca panen, termasuk pelabelan dan pengakuan.

Produksi beras organik merupakan produksi beras organik selama satu tahun

dalam satuan kuintal.

Pendapatan rumah tangga merupakan jumlah pendapatan rumah tangga untuk

jangka waktu satu tahun dalam satuan rupiah. Pendapatan rumah tangga diperhitungkan berdasarkan perolehan dari tanaman pangan, ternak, berburuh tani, dan selain dari berburuh tani termasuk transfer uang.

Tingkat konsumsi pangan rumah tangga adalah jumlah makanan yang

dikonsumsi anggota rumah tangga dalam satu hari agar mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Yang diukur adalah tingkat konsumsi energi yang diperoleh dari kuesioner frekuensi pangan yang telah dikonversi menjadi energi yang diko nsumsi dalam satu hari. Tingat Konsumsi Energi (TKE) dihitung dengan rumus:

TKE = Konsumsi Energi X 100% Kecukupan Energi

Ketahanan pangan rumah tangga merupakan penilaian atau evaluasi terhadap

situasi ketahanan pangan rumah tangga petani. Indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan pangan rumah tangga adalah tingkat kecukupan konsumsi energi (TKE). Suatu rumah tangga disebut tahan pangan jika tingkat kecukupan energi = 70%, dan jika < 70% disebut tidak tahan pangan. Cut-off point sebesar 70% didasarkan pada Angka Kecukupan Energi (AKE) yaitu sebesar 1.4 Basal Metabolism Rate

(BMR) yang merupakan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Zeitlin & Brown 1990, diacu dalam Baliwati 2001).

Luas penguasaan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal merupakan

penguasaan lahan oleh rumah tangga petani yang luasnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Oleh karena pada kenyataannya kebutuhan hidup manusia tidak hanya makan maka kebutuhan hidup minimal di sini sudah termasuk kebutuhan hidup

30

lainnya. Untuk menghitung luas lahan yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup minimal tersebut diasumsikan bahwa seluruh hasil panen beras organik digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal, yaitu sebesar Rp 10.000,00 per orang per hari

Luas penguasaan lahan untuk memenuhi rata-rata kecukupan energi

merupakan penguasaan lahan oleh rumah tangga petani yang luasnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rata-rata kecukupan energi penduduk Indonesia sebesar 2.000 kkal. Dengan memperhitungkan rata- rata tingkat produksi, maka dapat ditentukan luas lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rata-rata kecukupan energi tersebut.

Konsumsi Beras Rumah tangga Luas lahan / keluarga =

Dokumen terkait