• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. KUB adalah sekumpulan orang atau masyarakat yang melakukan kegiatan usaha secara bersama. Dalam hal ini usaha yang dilakukan adalah usaha gula semut.

2. Mitra usaha merupakan pengrajin dan pengepul gula semut yang bermitra dengan CV. Menoreh Politan dan terikat kontrak kerjasama.

3. Pola kemitraan adalah hubungan kerjasama antara pengrajin dengan perusahaan yang bertujuan mendatangkan keuntungan. Pola kemitraan meliputi alasan anggota bermitra, kontrak kerjasama yang meliputi waktu pengiriman, harga beli, perjanjian waktu pembayaran, perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, jangka waktu kerjasama, kewajiban perusahaan dan pengrajin, bimbingan teknis penyuluh.

b. Kontrak kerjasama merupakan suatu kerja perjanjian yang disepakati oleh pengrajin dan perusahaan seperti hak dan kewajiban masing-masing pihak. c. Hak dan kewajiban perusahaan dan pengrajin adalah hal yang harus diterima

dan dilakukan oleh kedua belah pihak untuk dalam menjalankan kemitraan. 4. Manfaat pola kemitraan merupakan sesuatu yang didapatkan atau dirasakan

oleh anggota dengan menerapkan pola kemitraan yang menguntungkan atau bersifat positif bagi pengurus dan anggota KUB Gendis manis.

Tabel 2. Indikator manfaat pola kemitraan dengan CV. Menoreh Politan.

Indikator manfaat Skor

1 2 3

Manfaat sosial Hubungan baik dengan anggota

Tidak ada hubungan kerjasama Kerjasama dilakukan hanya terbatas saat rapat Adanya hubungan interaksi atau kerjasama saat rapat dan dalam kehidupan sehari-hari Hubungan baik

dengan pengurus

Tidak ada hubungan kerjasama Kerjasama dilakukan hanya saat rapat pertemuan Adanya kerjasama antar anggota dan pengurus saat pertemuan maupun kehidupan sehari-hari Tambahan pengetahuan Tidak mengikuti pelatihan dan pembinaan Ada pelatihan dan pembinaan tetapi hanya sedikit mendapat keterampilan Adanya pelatihan dan pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan pengrajin ( tambah pengetahuan dan keterampilan) Manfaat ekonomi

Menampung hasil produksi Tidak menjual ke CV. Menoreh Politan Pernah menjual ke CV. Menoreh Politan Selalu menjual ke CV. Menoreh Politan

Resiko Resiko kerugian besar Resiko kerugian kecil Tidak mengalami resiko Produktivitas Produktivitas menurun Produktivitas sedang Produktivitas meningkat Harga jual Harga lebih mahal

dari harga pasar

Harga jual sama dengan harga pasar

Harga lebih murah dari harga pasar

Meningkatkan kesejahteraan

Tidak ada peningkatan

Biasa saja Meningkat

5. Input dan output usaha gula semut meliputi nira kelapa, gula cetak, alat pelengkap bahan baku dan gula semut.

a. Nira kelapa adalah hasil dari penyadapan mayang (bunga) tanaman kelapa yang diukur dalam satuan liter (ltr).

b. Gula cetak adalah hasil olahan dari nira kelapa yang dicetak sesuai kebutuhan dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

c. Alat pelengkap bahan baku adalah jumlah peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha gula semut yang dinyatakan dalam satuan unit.

d. Gula semut adalah gula dari cairan nira kelapa atau bisa juga dari gula cetak yang diproses dan mempunyai hasil akhir dalam bentuk serbuk yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg) .

6. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh produsen gula semut selama proses produksi berlangsung, yang berupa biaya eksplisit dan implisit, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

a. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan dalam proses produksi diantaranya biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja luar keluarga, pembelian alat-alat yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). b. Biaya implisit adalah biaya yang secara tidak nyata dikeluarkan dalam proses

produksi diantaranya biaya modal sendiri, tempat sendiri yang digunakan untuk produksi, tenaga kerja dalam keluarga yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Penerimaan adalah nilai produksi total yang berasal dari jumlah output dikalikan dengan harga jual output yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). 8. Pendapatan adalah selisih total penerimaan dengan total biaya eksplisit yang

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Keuntungan adalah selisih total penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

10.Output adalah hasil produksi berupa gula semut yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

11.Harga output adalah harga yang diterima pada saat menjual produk untuk setiap kilogram (Kg).

12.Kelayakan usaha adalah suatu ukuran yang dijadikan dasar pertimbangan keputusan apakah usaha gula semut layak untuk diusahaakan, dilihat dari R/C, produktivitas modal dan produktivitas tenaga kerja.

a. R/C (Revenue Cost Ratio) perbandingan antara penerimaan dengan total biaya. b. Produktivitas modal adalah kemampuan dari modal yang digunakan untuk

c. Produktivitas tenaga kerja adalah kemampuan dari setiap penggunaan tenaga kerja untuk menghasilkan pendapatan, diukur dalam satuan uang (HKO). F. Analisis Data

1. Analisis Teknik Kemitraan

Sistem kemitraan yang terjalin antara pengrajin gula semut dengan CV. Menoreh Politan secara deskripsi meliputi latar belakang, kontrak kerjasama yang isi perjanjian kontraknya antara lain (1) Waktu pengiriman, (2) Harga beli, (3) Perjanjian waktu pembayaran, (4) Perjanjian kualitas dan kuantitas gula semut, (5) Jangka waktu kerjasama. Hak kewajiban perusahaan dan pengrajin, Bimbingan teknis penyuluhan.

2. Analisis Teknik Manfaat Kemitraan

Manfaat yang dirasakan anggota dengan melakukan kemitraan dianalisis menggunakan analisis skor dengan 3 indikator. Untuk melihat skor indikator manfaat pola kemitraan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Skor Indikator Manfaat Pola Kemitraan

No Indikator manfaat Skor

1 Hubungan baik dengan anggota 1 2 3 2 Hubungan baik denga pengurus 1 2 3

3 Tambahan pengetahuan 1 2 3

4 Menampung hasil produksi 1 2 3

5 Resiko 1 2 3

6 Produktivitas 1 2 3

7 Harga jual 1 2 3

8 Meningkatkan kesejahteraan 1 2 3

Kisaran skor 8 – 24

Manfaat pola kemitraan yang didapatkan anggota KUB dibagai menjadi dua yaitu manfaat sosial dan manfaat ekonomi. akan diperoleh kategori manfaat yaitu tidak bermanfaat, kurang bermanfaat dan bermanfaat yang diperoleh dari perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut :

� � = �ℎ � ��� − �ℎ = −8

=

5, 3

Tabel 4. Kategori Skor Manfaat Pola Kemitraan

Kategori manfaat Skor

Rendah 8 – 13,3

Sedang 13,4 – 18,6

Tinggi 18,7 – 24

3. Analisi Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntugan

Untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan dari usaha gula semut pada pola kemitraan dengan CV. Menoreh Politan dilakukan perhitungan dengan rumus.

a. Analisis biaya total usaha

� = � + � Keterangan :

TC = Total Cost (total biaya)

TEC = Total Explicyt Cost (total biaya eksplisit) TIC = Total Implisit Cost (total biaya implisit) b. Analisis penerimaan

� = Keterangan:

TR = Total Revenue (penerimaan) P = Harga jual

Q = Produksi yang dihasilkan

c. Analisis pendapatan

Keterangan :

NR = Net Return (pendapatan)

TR = Total Revenue (total penerimaan)

TEC = Total Explicyt Cost (total biaya eksplisit) d. Analisis keuntungan

� = � − � Keterangan:

π = Keuntungan

TR = Total Revenue (penerimaan) TC = Total Cost (biaya total) 4. Analisis kelayakan usaha

Tingkat kelayakan usaha dianalisis melalui pendekatan R/C (Revenue Cost Ratio)

a. R/C adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya, secara matematik ditulis sebagai berikut :

/ = Keterangan :

TR = Total Revenue ( penerimaan total ) TC = Total cost ( biaya total )

Ketentuan :

Nilai R/C > 1 maka usaha tersebut layak dikembangkan.

Nilai R/C < atau = 1 maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan. b. Produktivitas Tenaga Kerja

Untuk menghitung produktivitas tenaga kerja maka dapat dirumuskan:

��� � = �� � � Keterangan:

NR = Pendapatan HKO = Hari Kerja Orang

Ketentuan:

- Apabila produktivitas tenaga kerja lebih dari upah UMR Kulonprogo, maka usaha layak diusahakan.

- Apabila produktivitas tenaga kerja lebih kecil dari upah UMR Kulonprogo, maka usaha tidak layak diusahakan.

c. Produktivitas Modal

Untuk menghitung produktivitas modal maka dapat dirumuskan:

� � � � = − �� �× %

Keterangan:

NR = Pendapatan

TKDK = Tenaga Kerja Dalam Keluaraga TCe = Biaya Total Eksplisit

Ketentuan :

- Apabila produktivitas modal lebih besar dari tingkat bunga tabungan bank, maka usaha gula semut layak diusahakan.

- Apabila produktivitas modal lebih kecil dari tingkat bunga tabungan bank, maka usaha gula semut tidak layak diusahakan.

1

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak paling Barat. Menurut catatan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, luas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah 586,28 Km2.

Berdasarkan bentang alam secara makro, wilayah Kabupaten Kulon Progo terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian selatan, daerah perbukitan pada bagian tengah dan daerah dataran tinggi pada bagian utara. Secara astronomis, Kabupaten Kulon Progo terletak antara 7º 38’42” - 7º 59’03” Lintang Selatan dan 110º 1’37”- 110º 16’26” Bujur Timur. Wilayah Kulon Progo berbatasan dengan :

Sebelah utara : Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo (Jawa Tengah)

Berdasarkan bentang alam secara makro, wilayah Kabupaten Kulon Progo terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian selatan, daerah perbukitan pada bagian tengah dan daerah dataran tinggi pada bagian utara. Secara astronomis, Kabupaten Kulon Progo terletak antara 7º 38’42” - 7º 59’03” Lintang Selatan dan 110º 1’37”- 110º 16’26” Bujur Timur.

Keadaan geografis yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, menjadikan Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten yang cukup potensial dalam sektor perikanan khususnya di wilayah pesisir pantai, antara lain di Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan dan Kecamatan Temon.

Secara administratif, Kabupaten Kulon Progo meliputi 12 kecamatan, 88 desa dan 930 pedukuhan. Duabelas kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo antara lain ; Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Nanggulan, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Pengasih, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Lendah, Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Wates dan Kecamatan Temon. Keduabelas kecamatan tersebut mempunyai industri gula kelapa. 2. Topografi Daerah

Permukaan bumi di wilayah Kabupaten Kulon Progo mempunyai ketinggian yang cukup bervariasi, sehingga cukup sesuai untuk tempat tumbuh berbagai jenis tanaman yang disesuaikan dengan ketinggian permukaan bumi di wilayah ini. Tabel menyajikan ketinggian permukaan bumi dan luas wilayahnya di Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut

No. Ketinggian (m dpl) Luas (Km2) Persentase (%)

1. < 7 103,07 17,58 2. 8-25 89,11 15,20 3. 26-100 133,91 22,84 4. 101-500 193,53 33,01 5. > 500 66,66 11,37 Jumlah 586,28 100

Berdasarkan luasan ketinggian tanah tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo berada pada ketinggian antara 101-500 meter dari permukaan laut, yang meliputi Kecamatan Nanggulan, sebagian Kecamatan Pengasih, sebagian Kecamatan Sentolo dan sebagian Kecamatan Lendah. Ketinggian < 7 meter dari permukaan laut meliputi Kecamatan Galur, Kecamatan Panjatan dan sebagian Kecamatan Temon. Ketinggian 8-25 meter dari permukaan laut meliputi Kecamatan Wates, sebagian Kecamatan Sentolo, sebagian Kecamatan Pengasih, sebagian Kecamatan Temon dan sebagian Kecamatan Lendah.

Ketinggian 26-100 meter dari permukaan laut meliputi Kecamatan Nanggulan, sebagian Kecamatan Sentolo, sebagian Kecamatan Pengasih dan sebagian Kecamatan Lendah. Sedangkan untuk ketinggian > 500 meter di atas permukaan laut terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Kokap dan Kecamatan Girimulyo.

Kabupaten Kulon Progo bagian Selatan dengan ketinggian antara 0–100 m dari permukaan laut merupakan bentang dataran, tempat kegiatan pertanian intensif berada. Wilayah Kabupaten Kulon Progo bagian tengah merupakan daerah perbukitan dengan ketingian 100-500 meter dari permukaan laut dan sebelah utara merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian >500 meter dari permukaan laut.

Wilayah Kabupaten Kulon Progo pada umumnya berupa daerah dataran (kemiringan kurang dari 2%) dengan penyebaran di wilayah Selatan, tengah, dan Utara dari Kabupaten Kulon Progo. Untuk wilayah sebagian tengah dan sebagian Utara

umumnya berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1-40,0%, namun sebagian kecil wilayah tengah dan sebagian besar wilayah Utara mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%. Apabila dilihat per wilayah kecamatan, maka wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan miring adalah terletak di Kecamatan Kokap, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Wates dan Galur.

3. Keadaan Iklim

Selama tahun 2015 di Kabupaten Kulon Progo, rata-rata curah hujan perbulan adalah 164 mm dan hari hujan 8 hh per bulan. Keadaan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 394 mm dengan jumlah hari hujan 17 hh se bulan. Kecamatan yang mempunyai rata-rata curah hujan per bulan tertinggi pada tahun 2015 berada di Kecamatan Kalibawang sebesar 220 mm dengan jumlah hari hujan 8 hh per bulan.

4. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 412.611 jiwa yang terdiri atas 202.372 jiwa penduduk laki-laki dan 210.239 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2014, penduduk Kulon Progo mengalami pertumbuhan sebanyak 0,89 persen dengan masing-masing presentase pertumbuhan jumlah penduduk laki-laki sebesar 0,92 persen dan penduduk perempuan sebesar 0,87 persen. Sementara itu besarnya angka rasio

jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 96,26 persen.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015 mencapai 704 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 12 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Wates dengan kepadatan sebesar 1.480 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Samigaluh sebesar 374 jiwa/km2.

5. Pertanian

Sector pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, begitu pula untuk pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Kulon Progo. Peranan sector pertanian tersebut antara lain adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah maupun nasional. Sector pertanian terdiri atas 6 subsektor, yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Tanaman pangan meliputi komoditas padi (padi sawah dan padi ladang) dan palawija yang termasuk tanaman palawija antara lain : komoditas jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai serta kacang hijau. Tanaman hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat serta tanaman hias. Tanaman kelapa masih menjadi primadona komoditas perkebunan di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015, produksi kelapa mencapai 31.355,25 ton atau mengalami peningkatan produksi sebesar 1,21 persen.

Luas lahan sawah di Kabupaten Kulon progo adalah 10.354 ha yang terdiri dari sawah irigasi seluas 9.332 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.022 ha. Luas lahan kritis di Kabupaten Kulon progo mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

6. Ketenagakerjaan

Jumlah pencari kerja terdaftar di Kabupaten Kulon Progo pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2015 sebesar 2.774 pekerja dengan kenaikan 6,12 persen.

Pencari kerja di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja pada tahun 2015 terbanyak terjadi pada bulan Agustus dan September. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bulan kelulusan siswa sekolah dan tahun ajaran baru pendidikan.

Proporsi terbesar pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berpendidikan terakhir SMA sederajat yaitu sebesar 79,49 persen (2.205 pekerja). Tingginya jumlah lulusan SMA yang mencari kerja karena banyaknya lulusan SMA sederajat yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi sehingga mereka memutuskan untuk langsung terjun kedunia kerja.

Menurut survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang dirinci menurut penduduk yang termasuk angkatan kerja dan bukan termasuk angkatan kerja. Pada tahun 2015 jumlah penduduk angkatan kerja sebesar 75,62 persen sedangkan sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja sebesar 24,38 persen. Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar penduduk bekerja pada sector pertanian sebanyak 37,81 persen, penduduk yang

bekerja pada sector perdagangan,hotel dan restaurant sebesar 20,02 persen, sebanyak 14,84 persen bekerja pada sector industry, 13,93 persen bekerja pada sector jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan, 5 saektor lain yaitu sector pertambangan dan penggalian, sector listrik, gas dan air bersih, sector konstruksi, sector pengangkutan dan komunikasi, sector lembaga keuangan dan sector jasa-jasa presentase nya kurang dari 13,40 persen.

B. Gambaran Umum CV. Menoreh Politan

Dokumen terkait