• Tidak ada hasil yang ditemukan

Delaminasi

Dalam dokumen TRI WAHYONO NIM : I (Halaman 21-53)

Beton mengelupas sampai kelihatan tulangannya disebut Delaminasi. Kerusakan ini bisa terjadi pada konstruksi bangunan dikarenakan banyak sebab, diantaranya kegagalan pada pembuatan campuran, reaksi kimia, kelebihan beban dan sebagainya. Oleh karena itu perlu diperhitungkan agar kerusakan ini tidak terjadi pada konstruksi bangunan.

2. 1. 3. Penyebab kerusakan-kerusakan pada beton

2. 1. 3. 1. Serangan Asam

Beton yang terbuat dari semen portland diketahui memperlihatkan hasil yang buruk saat bersentuhan dengan asam. Kurangnya ketahanan beton pada dasarnya sangat penting apabila bidang-bidang beton yang besar terkena tumpahan asam. Serangan asam sebagai sumber penyebab kerusakan beton yang paling umum dalam system pembuangan kotoran (limbah), proses industri dan air tanah. Larutan asam merupakan salah satu yang paling agresif terhadap beton.

2. 1. 3. 2. Korosi

Dengan adanya banyak pori, sangat mudah senyawa dari luar berinfiltrasi kedalam beton. Masuknya senyawa-senyawa dari luar dapat mengakibatkan berkurangnya waktu layan beton dari waktu layan yang di rencanakan atau diperkirakan akibat

kerusakan karena korosi pada beton. Sehingga kadang kala metode-metode perbaikan yang di siapkan menjadi tidak optimal, sehubungan dengan fakta bahwa kerusakan beton akibat korosi pasti terjadi di tengah-tengah periode waktu layan beton.

Beton secara alami terlindungi dari korosi oleh lapisan tipis akibat pasif alkalin dari bahan dasar semen. Akibat serangan agresif karena pengaruh lingkungan di sekitarnya beton dapat mengalami korosi. Bangunan beton yang di bangun disekitar pantai, dapat lebih cepat rusak akibat serangan garam chloride. Gas CO2 pun dapat masuk secara agresif melalui pori2 beton dan bereaksi dengan Ca(OH)2 dan menghasilkan CaCO3 + H2O yang menyebabkan pH dari beton turun.

Tiga hal mutlak, sehingga menjadikan korosi pada beton: 1. Rusak akibat chloride atau karbonasi.

2. Air sebagai electrolit. 3. Oksigen.

2. 1. 3. 3. Kelebihan Beban

Beton digunakan dalam konstruksi bangunanan karena mampu menahan beban yang sesuai dengan kegunaanya. Beton yang dipakai juga sudah dirancang untuk menahan beban yang telah diperhitungkan. Kelebihan beban pada konstruksi bangunan dapat menyebabkan umur rencana bangunan berkurang, selain itu juga dapat menyebabkan bangunan tersebut retak dan bisa lebih fatal lagi akibatnya terjadi patah pada beton.

2. 1. 3. 4. Gempa

Pada umumnya setelah terjadi gempa bumi dengan skala yang cukup besar, akan mengakibatkan kerusakan struktur maupun non struktur pada bangunan yang terbuat dari konstruksi beton. Bentuk dan tingkat kerusakan yang terjadi mulai yang ringan dan berat. Dengan adanya tuntutan bahwa bangunan yang mengalami kerusakan harus dapat secepatnya difungsikan kembali, maka perlu penanganan

terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi, baik melakukan perbaikan atau perkuatan. Sering kali dengan terbatasnya waktu, maka perbaikan atau perkuatan yang dilakukan tidak memperhatikan beberapa kaidah yang berkaitan dengan kapasitas struktur dan prosedur pelaksanaan seta kontrol kualitas.

2. 1. 3. 5. Kebakaran

Kebakaran merupakan salah satu penyebab kerusakan yang sangat merugikan sekali dalam konstruksi bangunan. Bentuk dan tingkat kerusakannya pun sangat berat. Konstruksi bangunan yang mengalami kebakaran sangat sulit penanganannya dalam perbaikan, karena bangunan yang mengalami kebakaran biasanya sudah tidak layak lagi sebelum bangunan tersebut dianalisa kekuatan dan ketahanan dalam menahan beban. Oleh karena itu, bahan-bahan yang akan dipakai dalm perbaikan perlu diperhatikan dalam kontrol kualitas untuk kekuatan dan ketahanan dalam menahan beban.

2. 1. 3. 6. Susut

Suatu bangunan baik dan aman harus memperhitungkan semua parameter yang bisa mempengaruhi kondisi bangunan tersebut. Begitu juga dengan penyusutan, harus diperhatikan secara teliti. Walaupun perkembangan penyusutan sangat lambat, tetapi jika diabaikan maka dalam jangka waktu lama akan menyebabkan deformasi. Efek lain yang bisa ditimbulkan oleh penyusutan adalah terjadinya keretakan pada dinding atau pada beton, karena beton menjadi sangat lemah dalam menahan peningkatan tegangan pori pada beton.

Untuk mengurangi susut pada konstruksi bangunan dapat dieliminer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Jumlah air dalam campuran beton seminimal mungkin. 2. Merawat beton sebaik mungkin.

3. Menuangkan beton dalam beberapa bagian kecil, tidak sekaligus, sehingga memberi kesempatan pada terjadinya susut sebelum bagian berikutnya dituangkan.

4. Mengunakan sambungan konstruksi untuk mengontrol retak. 5. Menggunakan tulangan susut.

6. Menggunakan agregat yang tepat dan tidak berpori.

2.2. Metode Perbaikan Beton

Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada, disamping besar dan luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga pelaksanan serta batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perbaikan.

2.2.1 Macam-macam metode perbaikan beton

2.2.1.1. Patching

Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas, dapat digunakan metode patching.

Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan

penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.

Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, memiliki daya lekat yang kuat atau tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead.

Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan epoxy mortar.

2.2.1.2. Grouting

Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode

grouting, yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran memakai bahan

non-shrink mortar.

Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa. Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang

terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang

mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan grouting.

Material yang digunakan harus memiliki daya lekat yang kuat. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.

2.2.1.3. Shot-crete (Beton Tembak)

Apabila spalling yang terjadi pada area yang sangat luas, maka sebaiknya digunakan metode Shot-crete. Pada metode ini tidak diperlukan bekisting lagi seperti halnya pengecoran pada umumnya.Metode shotcrete ada dua sistim yaitu

dry-mix dan wet-mix.

Pada sistim dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering, dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang, yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini sangat mudah dalam perawatan mesin shotcretenya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.

Pada sistim wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam. Tapi sistim ini memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.

Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).

2.2.1.4. Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)

Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat. Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat

(umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam bekisting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekisting.

Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer grout, yang memiliki flow cukup tinggi dan daya lekat yang kuat.

2.2.1.5. Injeksi

Metode injeksi ini merupakan metode yang digunakan untuk perbaikan beton yang terjadi retak-retak ringan. Untuk retak non-struktur, dapat digunakan metode

injeksi dengan material pasta semen yang dicampur dengan expanding agent serta

latex atau hanya melakukan sealing saja dengan material polymer mortar atau

polyurethane sealant.

Sedang pada retak struktur, digunakan metode injeksi dengan material epoxy yang mempunyai viskositas yang rendah, sehingga dapat mengisi dan sekaligus

melekatkan kembali bagian beton yang terpisah.

Proses injeksi dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin yang bertekanan, tergantung pada lebar dan dalamnya keretakan.

2.2.1.6. Overlay

Metode Overlay ini merupakan metode perbaikan beton yang terjadi spalling yang hampir keseluruhan pada permukaan beton.

2. 2. 2 Material perbaikan beton

Pemilihan material repair biasanya dilakukan untuk mengetahui kinerja dari material yang akan diaplikasikan agar sesuai dengan yang dibutuhkan dilapangan,

Adapun syarat-syarat sebagai material repair, yaitu : 1. Daya lekat yang kuat.

2. Modulus elestesitas yang mampu menahan overstressing. 3. Tidak mengurangi kekuatan beton.

4. Tidak susut.

Material beton yang akan digunakan harus diketahui respon pada saat kondisi layan beton. Pemilihan material repair yang akan diperlukan harus mempunyai hasil perbaikan yang tahan lama.

2.3. Metode Match Repair

Metode perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.

2. 3. 1 Prinsip kerja patch repair

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu dipersiapkan, dengan tujuan agar terjadi ikatan yang baik; sehingga material perbaikan atau perkuatan dengan beton lama menjadi satu kesatuan.

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat, harus merupakan permukaan yang kuat dan padat, tidak ada keropos ataupun bagian lemah lainnya (kecuali bila menggunakan metode injeksi untuk mengisi celah keropos); serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.

Persiapan-persiapan permukaan beton yang akan diperbaiki, yaitu : 1. Erosion (pengikisan)

Erosion dilakukan untuk meratakan atau pengasaran permukaan beton. Pengikisan dilakukan dengan menggunakan gerinda atau sejenisnya yang daoat untuk melekukan pekerjaan tersebut.

2. Impact (kejut)

Impact pada permukaan beton yang akan diperbaiki gunanya untuk mendapatkan nilai kuat tarik dan kuat tekan beton yang lebih baik.

3. Pulverization (menghancurkan permukaan beton)

Penghancuran ini dilakukan dengan cara menabrakan partikel kecil dengan kecepatan yang tinggi ke permukaan beton.

4. Expansive pressure

Persiapan ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu Steam dan Water. Steam dilakukan dengan temperatur sumber panas yang tinggi. Sedangkan cara

Water dilakukan menggunakan water jetting yang bekerja dengan tekanan

yang tinggi sama dengan cara Steam.

Permukaan yang sudah dipersiapkan, apakah harus dalam keadaan kering atau harus dijenuhkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pelapisan berikutnya. Hal ini sangat tergantung pada material yang digunakan. Untuk material berbahan dasar semen atau polymer, permukaan beton harus dijenuhkan terlebih dahulu, tetapi bila material yang digunakan berbahan dasar epoxy, maka permukaan beton harus dalam keadaan kering.

Untuk menghasilkan mutu dari material perbaikan atau material bonding yang digunakan dalam perkuatan sesuai dengan yang direkomendasikan dari pabrik, maka perbandingan campuran dari material harus diikuti dengan tepat, apalagi bila menggunakan material berbahan dasar epoxy.

Bila menggunakan beton yang dapat memadat sendiri, perlu diperhatikan jumlah air, flow dari beton serta dipastikan tidak adanya bleeding dan segregasi.

2. 3. 2 Syarat-syarat sebagai material patch repair

Adapun syarat-syarat material patch repair, yaitu : 1. Daya lekat yang kuat.

Kelekatan antara material repair dengan beton yang akan diperbaiki harus menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan beon yang utuh. 2. Deformable pada beton.

Material repair harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki. 3. Tidak mengurangi kekuatan beton.

Material repair yang akan digunakan untuk memperbaiki beton mampu menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.

4. Tidak susut.

Material repair tidak terjadi susut agar beton yang akan diperbaiki tidak kehilangan kekuatan sebagian.

2. 3. 3 Material patch repair

Ada beberapa material patch repair yang dapat digunakan, antara lain : 1. Portland Cement Mortar.

2. Portland Cement Concrete.

3. Microsilica-Modified Portland Cement Conrete. 4. Polymer-Modified Portland Cement Conrete. 5. Polymer-Modified Portland Cement Mortar. 6. Magnesium Phosphate Cement Conrete.

7. Preplaced aggregate Conrete. 8. Epoxy Mortar.

9. Methyl Methacrylate (MMA) Concrete. 10. Shotcrete.

2.4 Modifier Polymer

Polymer adalah jenis bahan tambahan baru yang dapat menghasilkan beton

dengan kuat tekan yang sangat tinggi. Beton dengan kuat tekan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan bahan polymer dengan cara memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air dilapangan, dijenuhkan dan dipancarkan pada temperatur yang sanga tinggi dilaboratorium.

Dalam penyelidikan ini, modifier polymer yang digunakan adalah emulsi polymer berdasarkan jenis yang secara umum dikenal sebagai latex polymer. Latex diartikan sebagai penyebaran partikel polymer organik dalam air, yang memberikan sebuah cairan seperti susu yang umumnya berwarna putih sampai putih pudar, dengan kekentalan yang bervariasi dari sangat cair sampai sangat kental. Ia juga mengartikan sebuah polymer organik sebagai sebuah unsur, yang tersusun atas molekul-molekul raksasa yang telah terbentuk oleh perpaduan antara banyak, biasanya puluhan ribu molekul sederhana yang dikenal sebagai monomer dan reaksi yang memadukan mereka disebut polymerisasi.

Kebanyakan latex dihasilkan oleh polymerisasi emulsi. Proses dasar ini meliputi pencampuran monomer dengan air, stabilisator dan inisiator. Inisiator menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan monomer mengalami polymerisasi dengan penambahan rantai yang membentuk slurry polymer-air. Kebanyakan latex yang digunakan dengan semen Portland distabilisasi dengan

surfactant yang non-ionik, yakni tak bermuatan. Efek utama dari surfactant

adalah terhadap kemampuan kerja campuran yang menyebabkan perbandingan antara semen dengan air yang rendah yang biasa diperoleh pada beton modifikasi

Saat ini, ada berbagai macam latex polymer yang tersedia secara komersial yang digunakan sebagai modifier didasarkan pada polymer elastomerik dan termoplastis. Istilah elastomerik berasal dari kata elastomer yang berarti banan karet sintetis, sementara istilah termoplastis mengindikasikan bahwa materi-materi tersebut melebur pada saat pemanasan.

1. Penguatan semen Portland oleh latex polymer yang diusulkan oleh Isenburg

dan Vanderhoff (1974) terdiri atas empat bagian:

2. Pengganti latex untuk semua atau sebagian air untuk memberikan ketidakstabilan yang sama pada rasio yang rendah antara semen dengan air. 3. Partikel latex berkoalisi (bergabung) disekitar masing-masing butiran semen

yang tidak dihidrasi (atau sedikit dihidrasi) dan mengumpulkan partikel untuk membentuk sebuah jaringan polymer yang saling merembes dalam seluruh struktur.

4. Retakan kecil terbentuk pada seluruh struktur untuk meredakan ketegangan yang ditimbulkan oleh penyusutan semen Portland yang terjadi saat kelembaban relatif jatuh dibawah 100%, dan

5. Sebuah retakan yang merambat memotong jaringan polymer yang saling menembus untuk membentuk serat mikro yang menjangkau retakan kecil, yang kadang-kadang sangat efektif sehingga perambatan berhenti, tetapi selalu begitu sehingga retakan kecil dipertahankan bersama.

2. 4. 1 Polymer sebagai modifier beton dan mortar

Selain variabel yang mempengaruhi sifat-sifat adukan dan beton biasa, sifat beton dan adukan yang baru dan hasil modifikasi polymer yang diperkeras dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti jenis polymer, rasio antara polymer dengan semen, rasio air dan semen, kandungan air dan kondisi pengawetan. Selain itu,

Riley dan Razl [melaporkan] bahwa sifat-sifat campuran yang baru akan sangat

Mereka menyatakan bahwa jika latex ditambahkan terlebih dahulu, maka campuran tersebut akan kurang berfungsi daripada apabila air ditambahkan sebelum latex. Mereka mengungkapkan bahwa efek ini disebabkan oleh fakta bahwa latex mengembangkan karakteristik thiksotropik jika hal ini dikeringkan secara tiba-tiba oleh penyerapan kedalam bahan-bahan kering. Maka dari itu, mereka menganjurkan agar air campuran ditambahkan sebelum latex.

2. 4. 2 Prosedur Pencampuran

Penambahan polymer pada repair motar akan memperkuat dan sekaligus menyegel repair mortar. Polymer biasa ditambahkan pada semen dengan rasio

polymer untuk tiap kilogram semen dan hal ini ditetapkan sebagai rasio semen polymer. Rasio diartika sebagai rasio jumlah padat total pada polymer dengan

jumlah semen dalam campuran adukan atau repair mortar yang dimodifikasi.

Walter (1987) mengartikan zat padat keseluruhan sebagai kandungan polymer

bersama-sama dengan suatu bahan yang tidak mudah menguap pada suhu dimana pengujian dilakukan. Jika emulsi mengandung polymer padat sekitar 50% dengan berat didalam air, maka 0.40 likogram dispersi ( penyebaran ) harus ditambahkan kedalam tiap kilogram semen jika rasio sebesar 0.20. Selanjutnya, air dalam campuran dipertimbangkan kembali sebagai bagian dari pencampuran normal air untuk campuran material repair.

2. 4. 3 Prosedur Pengawetan (Curring)

Prosedur pengawetan untuk repair mortar yang dimodifikasi dengan polymer berbeda dengan adukan semen dan mortar biasa, karena pengikatnya terdiri atas dua fase latex dan semen dengan sifat yang berbeda. Sebagai contoh kekuatan optimum, pada fase semen dikembangkan dalam kondisi basah seperti dalam pencelupan air, sementara perkembangan kekuatan dalam fase latex diperoleh dalam kondisi kering. Maka dari itu, agar repair mortar yang dimodifikasi dengan

polymer mencapai kekuatan optimal, maka persyaratan pengawetan yang

kondisi kering. Riley dan Razl (1974) mengungkapkan bahwa hidrasi semen yang semakin baik dan melahirkan sifat yang lebih baik akan diperoleh dengan menjaga adukan tetap jenuh selama kurang lebih dua hari dan kemudian membiarkannya mengering.

2. 4. 4 Efek Polymer terhadap proses hidrasi semen

Larbi dan Bijen [1990] dan Chandra dan Flodin [1987] melaporkan bahwa ada

dua kali lipat pemahaman yang ada mengenai mekanisme aksi polymer pada beton, dimana teori yang pertama mengungkapkan bahwa tidak ada interaksi antara polymer dengan beton; selama hidrasi bagian hidrofilik dari polymer diorientasikan terhadap fase air sedangkan bagian hidrofobik mengarah kepada fase udara dan kepada pengeringan dimana air dikeluarkan, partikel hidrofobik bergabung bersama dan membentuk film.

Penundaan hidrasi semen tersebut dapat disebutkan satu persatu sebagai berikut: 1. polymer mungkin membatasi akses air terhadap butiran semen dengan

membentuk “kulit” diatasnya dan hal ini mungkin juga menghambat hilangnya produk hidrasi dari permukaan inti semen yang unhydrous;

2. penyerapan deterjen diatas permukaan partikel semen dapat mempengaruhi hidrasi semen;

3. interaksi antara polymer dengan ion-ion Ca2+.

Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini berupa rekristalisasi dalam bentuk interclocking- kristal sehingga membentuk gel semen yang mempunyai kekuatan desak yang tinggi apabila mengeras. (Nawy, 1990).

Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang diperlukan waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk pross hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya, jumlah air mengurangi kekuatan setelah mengeras. Air kelebihan yang diperlukan untuk proses hidrasi pada umumnya memang diperlukan pada pembuata beton, agar adukan beton dapat dicampur dengan baik, diangkut dengan mudah dan dapat dicetak tanpa rongga-rongga yang besar ( tidak keropos ). Akan tetapi hendaknya

selalu diusahakan jumlah air sedikit mungkin, agar kekuatan beton tidak terlalu rendah. Kelebihan air akan mengakibatkan beton berpori banyak, sehingga hasil kurang kuat dan juga lebih berpori (porous). (Tjokrodimulyo, 1996 : 8).

Nilai banding berat air dan semen untuk suata adukan beton dinamakan faktor air semen. Agar terjadi proses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada umumnya dipakai nilai faktor air semen 0,4 - 0,6 tergantung mutu beton yang hendak dipakai. Semakin tinggi mutu beton yanh ingin dicapai umumnya menggunaka nilai water coment ratio rendah, sedangkan dilain pihak, untuk menambah daya workability (kelecakan, sifat mudah dikerjakan) diperlukan dalam menentukan nilai faktor air semen agar diperoleh beton dengan mutu baik tetapi dalam tingkat pengerjaan yang mudah. (Dipohusodo, 1990 : 4).

Ohama (1984) mengemukakan sebuah model yang disederhanakan menunjukan

bahwa ketika air menguap dari film yang basah , maka stabilitas penyebarannya rusak dan partikel-partikel polymer bergabung pada kontak untuk membentuk sebuah film yang bersambungan dimana hidrat semen terikat.

2. 4. 5 Efek Polymer terhadap kuat lekat repair mortar

Selain variabel yang mempengaruhi sifat-sifat mortar, sifat repair mortar yang baru dan hasil modifikasi polymer yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti jenis polymer, rasio antara polymer dengan semen, rasio air dan semen, kandungan air dan kondisi perawatan. Selain itu, Riley dan Razl [melaporkan] bahwa sifat-sifat campuran yang baru akan sangat bervariasi tergantung pada urutan penambahan latex dan air. Mereka menyatakan bahwa jika latex ditambahkan terlebih dahulu, maka campuran tersebut akan kurang berfungsi daripada apabila air ditambahkan sebelum latex. Mereka mengungkapkan bahwa efek ini disebabkan oleh fakta bahwa latex mengembangkan karakteristik thiksotropik jika hal ini dikeringkan secara tiba-tiba oleh penyerapan kedalam bahan-bahan kering. Maka dari itu, mereka menganjurkan agar air campuran ditambahkan sebelum latex. Selain itu juga kelekatan harus diperhatikan untuk meminimalisir resiko kurang lekat yang terjadi pada saat menahan beban.

2. 4. 6 Durabilitas Polymer dalam campuran repair mortar

Ketahanan beton dikatakan baik apabila dapat bertahan lama dalam kondisi tertetu tanpa mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Kondisi yang dapat mengurangi daya tahan beton dapat disebabkan faktor dari luar dan dari dalam beton itu sendiri. Faktor luar antara lain cuaca, perubahan suhu yang ektrim, erosi kembang dan susut akibat basah atau kering yang silih berganti dan pengaruh bahan kimia. Faktor dari dalam yaitu akibat reaksi agregat dengan senyawa alkali

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Umum

Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan tercapai, maka dilaksanakan dalam suatu metodologi. Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengaan jalan

Dalam dokumen TRI WAHYONO NIM : I (Halaman 21-53)

Dokumen terkait