PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
4.7. Delay Kondisi Existing
Perhitungan delay dipengaruhi oleh seberapa lama sebuah pesawat terbang
clear dari runway. Waktu minimal yang diperlukan agar pesawat terbang berikutnya
dapat melakukan pergerakan di runway minimal sebesar clearance time pesawat terbang sebelumnya. Clearance time tergantung dari kecepatan pesawat saat melakukan pendaratan, touchdown, keluar exit taxiway, dan perlambatan ketika akan mendarat dan setalah mendarat. Menurut FAA, pesawat di kategorikan berdasarkan kecepatan seperti dalam Tabel 4.17. berikut ini :
Tabel 4.17. Kategori Pesawat Terbang Berdasarkan Kecepatan Menurut FAA Kategori
Pesawat Terbang
Kecepatan
Pendaratan TouchdownKecepatan
Tipe Pesawat Terbang
A < 91 knots (169
km/jam) Lihat b > Convair 240, DC 3, DHC 7.
B km/jam) - 121 knots 91 knots (169 (222 km/jam) 97 knots (180 km/jam) Convair 600, DC 6, Fokker 27, Fokker 28, Fokker 100, Viscount 800, HS 748 Series 2A. C km/jam) - 141 knots 121 knots (222
(259 km/jam) 120 knots (222 km/jam) A 300, A310, B 707-320, DC 9, MD 82, B 707-420, B 727, B 737, B 767, BAC 111. D km/jam) - 166 knots 141 knots (261
(308 km/jam) 140 knots (259 km/jam) B 4747, MD 11, DC 10, L 1011, A 340, TU 154, IL 62M, DC 8-61, DC 8-63, B 707-200. E 166 knots (308
km/jam) - 140 knots (259 km/jam) Pesawat terbang masa depan (A380-800)
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974 Catatan :
a. Pesawat terbang diasumsikan untuk touchdown pada rata-rata dari 1,3 kali kecepatan saat konfigurasi pendaratan, pada rata-rata berat total pendaratan sebesar 85% maksimum. Ini merpersentasikan kecepatan touchdown dari 92% dari rata-rata kecepatan pendaratan yang digunakan untuk mengelompokan pesawat terbang.
b. Rata-rata kecepatanb touchdown dari kelompok ditetapkan ketika tipe pesawat terbang yang diperkirakan menggunakan bandara yang diketahui.
Kecepatan pendaratan dan touchdown pesawat terbang kategori untuk pesawat terbang kategori A, B, C, D dan E berdasarkan kecepatan pesawat terbang pada saat pendaratan dan touchdown dapat dilihat pada Tabel 4.18. berikut ini :
Tabel 4.18. Kecepatan Pendaratan dan Touchdown Pesawat Terbang (km/jam) Kategori Pesawat
Terbang (km/jam) V ot (m/dt) V ot (km/jam) V dt (m/dt) V dt
A 169 46.94 159 44.17
B 222 61.67 180 50.00
C 259 71.94 222 61.67
D 306 85.00 259 71.94
E 344 96.00 259 71.94
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974 Catatan :
V ot adalah kecepatan pendaratan, V dt adalah keceptan touchdown. Kecepatan touchdown untuk pesawat terbang kategori A adalah kira-kira 5 knot lebih lambat dari kecepatan melewati ujung runway, sehingga besar kecepatan touchdown untuk pesawat terbang kategori A diperkirakan adalah sebesar 159 km/jam.
Setelah pesawat terbang touchdown di runway, pesawat terbang akan mengalami perlambatan dari kecepatan touchdown dan mencapai kecepatan lebih rendah yang aman untuk berbelok ke exit taxiway. Kecepatan keluar ini tergantung pada besar sudut exit taxiway, semakin kecil sudut exit taxiway maka kecepatan keluar yang diizinkan semakin besar, karena semakin memudahkan pesawat terbang dalam melakukan manuver. Sebaliknya exit taxiway bersudut 900 memungkinkan pesawat terbang keluar dari runway dan berbelok ke exit taxiway dengan kecepatan yang paling rendah. Kecepatan keluar exit taxiway yang dimaksud adalah keceptaan ketika pesawat terbang berada di tangent curve exit taxiway. Berdasarkan kecepatan keluar
exit taxiway untuk masing-masing sudut, dan perlambatan saat di udara dan di darat
Tabel 4.19. Kecepatan Keluar Exit Taxiway (mph) dan Perlambatan (ft/sc2)
Sudut Ve (mph) Ve (m/dt) a1 (ft/sc2) a1 (m/dt2) a2 (ft/sc2) a2 (m/dt2)
300 60 30.87 2.5 0.76 5 1.52
450 40 20.58 2.5 0.76 5 1.52
900 15 7.72 2.5 0.76 5 1.52
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974 Catatan :
Ve adalah kecepatan keluar exit taxiway. a1 adalah perlambatan di udara.
a2 adalah perlambatan di darat.
Berdasarkan kategori pesawat terbang A, B, C, D dan E (dalam satuan MKS) tentang kecepatan dan perlambatan pesawat terbang dapat dilihat pada Tabel 4.20. berikut : Tabel 4.20. Kategori Kecepatan dan Perlambatan Pesawat Terbang
Kategori Pesawat Terbang V ot (km/jam) (km/jam) V dt Ve (m/dt) a1 (m/dt2) (m/dta2 2) Sudut 300 Sudut 450 Sudut 900 A 46.94 44.17 30.87 20.58 7.72 0.76 1.52 B 61.67 50.00 30.87 20.58 7.72 0.76 1.52 C 71.94 61.67 30.87 20.58 7.72 0.76 1.52 D 85.00 71.94 30.87 20.58 7.72 0.76 1.52 E 96.00 71.94 30.87 20.58 7.72 0.76 1.52
Sumber : Sylvia. 2004 dan FAA. 1974
Data historis jumlah pergerakan pesawat terbang dan persentase setiap tahun berdasarkan kategori yang tercatat pada tahun 2007-2011. Berdasarkan Tabel 4.16. jumlah pergerakan pesawat terbang tahun puncak pada tahun 2011. Data tersebut juga sebagai acuan untuk perhitungan delay pada kondisi eksisiting dan 5 tahun mendatang. Sehingga mengacu pada data tersebut jumlah dan persentase pesawat terbang.
Berdasarkan hasil survei data primer pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 pukul 06.00-09.00 dan pukul 16.00-19.00 serta pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2012 pukul 10.00-12.00. didapatkan jumlah dan persentase pergerakan pesawat terbang pada peak hour pada pukul 08.00-09.00. Seperti pada Tabel 4.21. berikut :
Tabel 4.21. Persentase Pergerakan Pesawat Terbang di Runway Pada Peak Hour Jenis Pergerakan Jumlah pesawat Terbang Persentase (%)
Take-off 16 66,67
Landing 8 33,33
Take-off + Landing 24 100
Landing Pesawat Terbang Kategori A 0 0
Landing Pesawat Terbang Kategori B 0 0
Landing Pesawat Terbang Kategori C 7 87,5
Landing Pesawat Terbang Kategori D 0 0
Landing Pesawat Terbang Kategori E 1 12,5
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan clearance time menggunakan pesawat terbang berdasarkan hasil survei/eksisting dan berdasarkan Tabel 4.20. persentase pergerakan pesawat terbang di runway pada peak hour. Perhitungannya sebagai berikut :
1. Diketahui pesawat terbang Airbus 330-300, termasuk pesawat terbang kategori 4E dengan data kecepatan dan perlambatan seperti pada Tabel 4.18. akan landing di Bandara Juanda pada pukul 08.00 dengan menggunakan exit
taxiway bersudut 900. Maka datanya sebagai berikut : a. Vot = 96,00 m/detik
b. Vtd = 71,94 m/detik c. Ve = 7,72 m/detik d. t = 10 detik
Berdasarkan rata-rata untuk semua kategori pesawat terbang dan sudut exit
taxiway sudut 300, 450, 900, adalah sebagai berikut : (Horonjeff dan McKelvey, 1994)
a. a1 = 0,76 m/detik2
2. Maka clearance time pesawat terbang tersebut sebesar : ot - td
a td- e a t
, - , , , - , ,5 de tik
Didapatkan clearance time untuk kategori pesawat terbang kategori C dengan sudut exit taxiway 900 adalah kurang dari 72 detik. Dengan langkah perhitungan yang sama
clearance time untuk pesawat terbang kategori lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.22.
berikut ini :
Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Clearance Time
Kategori Pesawat Terbang Clearance Time
Sudut 300 Sudut 450 Sudut 900
A 25 32 41
B 41 48 56
C 47 54 62
D 57 64 72
E 72 78 87
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.22. memperlihatkan hasil perhitungan clearance time masing-masing kategori pesawat terbang untuk berbagai sudut exit taxiway sesuai dengan kategori pesawat terbang C dan E. Selanjutnya hasil perhitungan pada Tabel 4.22. digunakan dalam perhitungan delay.
Sebelum menghitung delay harus diketahui jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway untuk mengetahui tingkat pelayanan runway. Jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway tergantung pada persentase take-off, landing dan campuran kategori pesawat terbang.
Perhitungan delay kondisi eksisting dilakukan pada saat kondisi peak hour berdasarkan hasil survey data primer pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 pukul 08.00-09.00 sebagai berikut :
1. Jumlah kapasitas maksimum yang boleh terjadi di runway untuk kondisi eksisting sebagai berikut :
N = Jumlah kapasitas maksimum dalam 1 jam
% T = % Take-off = 66,67 %
% L = % Landing = 33,33 %
% A = % Pesawat terbang landing kategori A = 0 % % B = % Pesawat terbang landing kategori B = 0 % % C = % Pesawat terbang landing kategori C = 87,5 % % D = % Pesawat terbang landing kategori D = 0 % % D = % Pesawat terbang landing kategori E = 12,5 % CTto = Clearance time pesawat terbang takeoff = 120 detik CTta = Clearance time pesawat terbang kategori A = 41 detik CTtb = Clearance time pesawat terbang kategori B = 56 detik CTtc = Clearance time pesawat terbang kategori C = 62 detik CTtd = Clearance time pesawat terbang kategori D = 72 detik CTte = Clearance time pesawat terbang kategori E = 87 detik
(pesawat)
(pesawat)
( , x ) ( , x (( x ) ( x 5 ) ( , 5 x ) ( x ) ( , 5 x ))) 5 pe sawat terbang
Maka jumlah kapasitas maksimum yang bisa terjadi :
1. Jumlah pergerakan maksimum (N) = 35 Pesawat Terbang 2. Jumlah pesawat terbang takeoff maksimum = 23 Pesawat Terbang 3. Jumlah pesawat terbang landing maksimum = 12 Pesawat Terbang 4. Jumlah pesawat terbang landing kategori A = 0 Pesawat Terbang 5. Jumlah pesawat terbang landing kategori B = 0 Pesawat Terbang 6. Jumlah pesawat terbang landing kategori C = 10 Pesawat Terbang 7. Jumlah pesawat terbang landing kategori D = 0 Pesawat Terbang 8. Jumlah pesawat terbang landing kategori E = 2 Pesawat Terbang 2. Perhitungan delay rata-rata pesawat terbang landing dan take-off berdasarkan
perumusan yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut :
a = 8 pesawat terbang/jam d = 16 pesawat terbang/jam a = 12 pesawat terbang/jam d = 23 pesawat terbang/jam a = 0 pesawat terbang/jam d = 0 pesawat terbang/jam
a a a ⁄ a a a ⁄ a ⁄ ) )⁄ , jam de tik
Maka delay rata-rata pesawat terbang take-off adalah sebagai berikut
d d d ⁄ d ) d d) ⁄ d ⁄ ) ⁄ ) , 5 jam de tik 4.8. Peramalan Delay 5 Tahun Mendatang
Perhitungan peramalan delay 5 tahun mendatang berdasarkan hasil perhitungan pada Sub Bab 4.4. Peramalan Jumlah Pergerakan Pesawat Terbang di
Runway dalam 5 tahun mendatang. Jumlah pergerakan maksimum yang boleh terjadi
di runway 5 tahun mendatang berdasarkan persentase pergerakan pada Table 4.23. berikut ini :
Tabel 4.23. Presentase Pergerakan Pesawat Terbang Tahun 2016
Jenis Pergerakan Jumlah pesawat Terbang Persentase (%)
Take-off 20 50
Landing 20 50
Take-off + Landing 40 100
Landing Pesawat Terbang Kategori A 0 0
Landing Pesawat Terbang Kategori B 0 0
Landing Pesawat Terbang Kategori C 17 87,5
Landing Pesawat Terbang Kategori D 0 0
Landing Pesawat Terbang Kategori E 3 12,5
Perhitungan clearance time menggunakan pesawat terbang berdasarkan kategori C dan E serta berdasarkan Tabel 4.20. persentase pergerakan pesawat terbang di
runway pada peak hour. Perhitungannya kapasitas maksimum pergerakan di runway
sebagai berikut :
1. Direncanakan menggunakan pesawat terbang kategori C dan E dengan data kecepatan dan perlambatan seperti pada Tabel 4.23. akan landing di Bandara Juanda pada pukul 08.00 dengan menggunakan exit taxiway bersudut 300. Maka datanya sebagai berikut :
a. Vot = 96,00 m/detik b. Vtd = 71,94 m/detik c. Ve = 30,87 m/detik d. t = 10 detik
rata-rata untuk semua kategori pesawat terbang dan sudut exit taxiway (Horonjeff dan McKelvey, 1994)
a. a1 = 0,76 m/detik2
b. a2 = 1,52 m/detik2
2. Maka clearance time pesawat terbang tersebut sebesar : ot - td
a td - e a t
, - , , , - , ,5 de tik
Didapatkan clearance time untuk pesawat terbang kategori C dan E dengan sudut exit taxiway 300 adalah kurang dari 72 detik. Dengan langkah perhitungan yang sama
clearance time untuk pesawat terbang kategori lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.24.
berikut ini :
Tabel 4.24. Hasil Perhitungan Clearance Time
Kategori Pesawat Terbang Clearance Time
Sudut 300 Sudut 450 Sudut 900
A 25 32 41
B 41 48 56
C 47 54 62
D 57 64 72
E 72 78 87
Sumber : Hasil Perhitungan dari Microsoft Excel
Tabel 4.24. di atas memperlihatkan hasil perhitungan clearance time masing-masing kategori pesawat terbang untuk berbagai sudut exit taxiway sesuai dengan kategori pesawat terbang E. Selanjutnya hasil perhitungan pada Tabel 4.24. digunakan dalam perhitungan delay.
Sebelum menghitung delay harus diketahui jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway untuk mengetahui tingkat pelayanan runway. Jumlah pergerakan maksimum yang bisa terjadi di runway tergantung pada persentase take-off, landing dan campuran kategori pesawat terbang.
Perhitungan delay kondisi 5 tahun mendatang dengan menggunakan pesawat kategori C dan E. Perhitungan delay untuk kondisi 5 tahun mendatang sebagai berikut :
1. Jumlah kapasitas maksimum yang boleh terjadi di runway untuk kondisi eksisting sebagai berikut :
N = Jumlah kapasitas maksimum dalam 1 jam
% T = % Take-off = 50 %
% A = % Pesawat terbang landing kategori A = 0 % % B = % Pesawat terbang landing kategori B = 0 % % C = % Pesawat terbang landing kategori C = 87,5 % % D = % Pesawat terbang landing kategori D = 0 % % E = % Pesawat terbang landing kategori E = 12,5 % CTto = Clearance time pesawat terbang takeoff = 120 detik CTta = Clearance time pesawat terbang kategori A = 25 detik CTtb = Clearance time pesawat terbang kategori B = 41 detik CTtc = Clearance time pesawat terbang kategori C = 47 detik CTtd = Clearance time pesawat terbang kategori D = 57 detik CTte = Clearance time pesawat terbang kategori E = 72 detik
(pesawat) ( x to ) ( x (( x ta ) ( x tb ) ( x t c) ( x t d) ( x t e))) (pesawat) ( ,5 x ) ( ,5 x (( x ) ( x 5 ) ( . 5 x ) ( x 5 ) ( . 5 x ))) pe sawat terbang
Maka jumlah kapasitas maksimum yang bisa terjadi :
1. Jumlah pergerakan maksimum (N) = 42 Pesawat Terbang 2. Jumlah pesawat terbang takeoff maksimum = 21 Pesawat Terbang 3. Jumlah pesawat terbang landing maksimum = 21 Pesawat Terbang 4. Jumlah pesawat terbang landing kategori A = 0 Pesawat Terbang 5. Jumlah pesawat terbang landing kategori B = 0 Pesawat Terbang 6. Jumlah pesawat terbang landing kategori C = 18 Pesawat Terbang
7. Jumlah pesawat terbang landing kategori D = 0Pesawat Terbang 8. Jumlah pesawat terbang landing kategori E = 3 Pesawat Terbang 2. Perhitungan delay rata-rata pesawat terbang landing dan take-off berdasarkan
perumusan yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut :
a = 20 pesawat terbang/jam d = 20 pesawat terbang/jam a = 21 pesawat terbang/jam d = 21 pesawat terbang/jam a = 0 pesawat terbang/jam d = 0 pesawat terbang/jam
Maka delay rata-rata pesawat terbang landing adalah sebagai berikut :
a a a ⁄ a ) a a) ⁄ a ⁄ ⁄ , jam de tik
Maka delay rata-rata pesawat terbang take off adalah sebagai berikut
d d d ⁄ d ) d d) ⁄ d ⁄ ) ⁄ ) , jam de tik
4.9. Runway Occupancy Time