• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENLITIAN

A. Demografi Karakteristik

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa sekolah di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta. Sebanyak 120 kuesioner disebarkan di sekolah tersebut dan semua terisi. Setelah itu, subjek diminta untuk mengisi lembar persetujuan penelitian dan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan gambar untuk selanjutnya dilakukan validasi oleh dokter spesialis kulit dan kelamin. Hasilnya, sebanyak 63 siswa yang tergolong dalam kriteria inklusi dan sisanya sebanyak 57 siswa tergolong dalam kriteria ekslusi. Di bawah ini merupakan tabel karakteristik siswa SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta.

Karakteristik Siswa SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin

Kelompok dan jenis kelamin

Jumlah N=63 Persentase (%) Perempuan SBI Laki-laki SBI Perempuan non SBI

Laki-laki non SBI

16 16 20 11 25,4 25,4 31,7 17,5 Sumber data primer, 2012

commit to user

29

0

5

10

15

20

Jumlah

Perempuan SBI

Laki-Laki SBI

Perempuan non

SBI

Laki-Laki non SBI

Gambar 6. Karakteristik Subjek Berdasarkan Kelompok dan Jenis Kelamin

Dari tabel 2 diketahui bahwa jumlah total siswa yang diteliti adalah 63 orang. Siswa program SBI sebanyak 32 orang, perempuan berjumlah 16 dan laki-laki berjumlah 16 atau sebesar 25,4 %. Sedangan siswa program non SBI sebanyak 31 orang, perempuan berjumlah 20 orang atau sebesar 31,7 % dan laki-laki berjumlah 11 orang atau sebesar 17,5 %.

Siswa-siswa tersebut nantinya akan dikelompokkan berdasarkan Global Acne Grading System (GAGS). Menurut Global Acne Grading System (GAGS) dijelaskan bahwa jika skor 1-18 termasuk akne ringan, 19-30 akne sedang, 31-38 akne berat, lebih dari 39 akne sangat berat. Ini berarti adanya satu lesipun termasuk penderita akne. Dari data yang penulis peroleh, sebanyak 33 siswa menderita akne dan sebanyak 30 siswa tidak menderita akne.

commit to user

30

B. Analisis Output SPSS

Berdasarkan output SPSS terdapat 63 data dan semua data tersebut sudah diproses serta tidak ada yang missing. Ini menandakan bahwa tingkat kevalidannya 100% (Lampiran 8.a)

Nilai ekspektasi dari siswa yang menderita jerawat adalah sebesar 15,2 sedangkan pada penelitian ini terdapat 20 siswa yang menderita jerawat. Jadi terdapat residu sebesar 4,8. Begitu pula seterusnya untuk semua nilai. Nilai- nilai ini nantinya digunakan untuk menghitung nilai Chi-Square (lampiran 8.b).

Untuk menghitung nilai Chi-Square. 1. Rumus Expected Count

2. Rumus Residu = count expected count

Uji Chi-Square digunakan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel (baris dan kolom). Odds Ratio (estimasi risiko) digunakan untuk membandingkan kemungkinan peristiwa yang terjadi dalam satu kelompok dengan kemungkinan hal yang sama terjadi pada kelompok lain. Odds Ratio pada kelompok SBI untuk mengalami jerawat adalah 3,5 kali lebih besar dibandingkan kelompok non SBI (lampiran 8.d).

C. Analisis Hasil

c. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat hubungan antara timbulnya akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI.

kolom

total

jumlah

kolom

total

pada

data

jumlah

x

baris

total

pada

data

jumlah

value

expected

commit to user

31

H1 : Terdapat hubungan antara timbulnya akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI.

d. Taraf signifikansi = 5%

e. Uji Statistik

a. Nilai Chi-Square hitung dan tabel Chi-Square

Nilai Chi-Square hitung bisa dilihat di tabel uji Chi-Square, nilai Pearson Chi-Square sebesar 5,773. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Chi-Square. Nilai Chi-Square dapat dilihat dari tabel Chi- Square = 0,05 dan derajat bebas (df) = 1. Rumus derajat bebas = (kolom -1) x (baris-1). Didapatkan nilai tabel Chi-Square sebesar 3,84.

b. Nilai probabilitas

Nilai probabilitas dapat dilihat di uji Chi-Square pada baris Pearson Chi-Square dan kolom asymp.sig. yaitu sebesar 0,016. Nilai ini akan

f. Kriteria Penolakan

a. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak bila Chi-Square hitung > nilai tabel Chi-Square.

b. Pada taraf signinikansi 5%, H0 ditolak bila nilai probabilitas < nilai g. Keputusan

a. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak karena Chi-Square hitung = 5,773 > nilai tabel Chi-Square = 3,84

commit to user

32

b. Pada taraf signifikansi 5%, H0 ditolak karena nilai probabilitas = 0,016

h. Simpulan

Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan uji Chi-Square menggunakan software SPSS 17.0 (data terlampir). Dari kedua analisis di atas bisa diambil kesimpulan yang sama yaitu menolak H0, artinya ada perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI. Siswa SMA program SBI memiliki risiko 3,5 kali lebih besar menderita jerawat dibanding dengan siswa SMA program non SBI.

commit to user

33

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI di Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2012 di SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 4 Surakarta. Sebanyak 120 kuesioner disebarkan dan seluruhnya terisi. Terdapat sebanyak 63 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 32 orang dari siswa program SBI, serta 31 orang siswa dari program non SBI. Kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI sebanyak 20, sedangkan pada siswa program non SBI sebanyak 10 orang. Sebanyak 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan program SBI menderita jerawat. Penelitian yang dilakukan di Korea juga menunjukkan bahwa kejadian akne vulgaris akne vulgaris banyak diderita oleh laki-laki dibanding dengan perempuan (Do et.al., 2009).

Berdasarkan tabel uji Chi-Square (Lampiran 8.c) dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI di Surakarta. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi-Square hitung dan nilai tabel Chi-Square serta nilai probabilitas yang menolak H0 . Dengan demikian hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada siswa SMA program SBI dan non SBI.

Kurikulum yang digunakan pada SMA program SBI berbeda dengan kurikulum yang digunakan pada SMA program non SBI. Pada SMA SBI,

commit to user

34

kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis internasional. Bahasa pengantar yang digunakanpun berbeda. Sekolah menengah atas program SBI menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar dan program ini menekankan pada sains-nya. Menurut Hadi dkk (2007), mayoritas siswa SMA program SBI menganggap bahwa Bahasa Inggris adalah salah satu kesulitan yang dihadapi. Faktor psikis diduga mempengaruhi timbulnya akne vulgaris (Yosipovitch, 2007). Sekitar 30% faktor psikis berperan dalam timbulnya gangguan di kulit, termasuk akne vulgaris (Gupta and Gupta, 2004). Faktor psikis yang ditemukan meliputi kecemasan, perasaan tidak nyaman, banyaknya tugas dan pekerjaan rumah, kurangnya waktu bermain, penggunaan Bahasa Inggris, tertekannya siswa karena guru yang galak, aktivitas yang padat, dan lain-lain (Tan, 2004). Faktor inilah yang menyebabkan siswa SMA program SBI cenderung rentan terkena stres dibanding siswa dengan program non SBI.

Mekanisme stres yang menimbulkan eksasebasi akne belum diketahui secara pasti. Salah satu teori mengatakan bahwa seksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya hormon androgen dari kelenjar adrenal dan sebum, bahkan asam lemak di dalam sebumpun meningkat (Harahap, 2000). Teori lain pun mengatakan bahwa stres ini yang akan mengakibatkan peningkatan produksi sebum dan asam lemak bebas, dimana keadaan tersebut sangat baik untuk pertumbuhan Propionibacterium acnes dan akan menimbulkan inflamasi yang berperan dalam pembentukan komedo (Kery, 2007).

Namun, yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak secara spesifik mengukur tingkat stres di antara kedua kelompok sampel, sehingga tidak

commit to user

35

diketahui secara pasti tingkat stres sesungguhnya pada kedua kelompok sampel tersebut. Selain itu, penyabab lain akne vulgaris yang multifaktoral seperti: faktor herediter, obat-obatan, hormon, kosmetik, dan diet sudah dikendalikan dalam penelitian ini. Pengendalian yang telah dilakukan dapat mengurangi adanya bias pada penelitian ini.

commit to user

36

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang signifikan pada siswa SMA program SBI dan non SBI. Angka kejadian akne vulgaris siswa SMA program SBI 3,5 kali lebih besar dibanding dengan siswa SMA program non SBI.

B. Saran

1. Saran Teoritis

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dengan variabel yang tidak terkendali lebih sedikit agar didapatkan data yang mempresentasikan keadaan sampel secara akurat dan minimal dari bias

b. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian akne vulgaris, terutama faktor psikis. 2. Saran Aplikatif

a. Siswa dianjurkan untuk mengendalikan faktor stres yang ada.

b. Calon siswa yang ingin masuk kelas SBI dianjurkan untuk lebih siap baik fisik maupun mental.

Dokumen terkait