• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demokrasi Langsung dan Perwakilan 3. Partisipasi Rakyat dalam Pemerintahan

Dalam dokumen M.K. Pengantar Ilmu Pemerintahan (Halaman 30-40)

Demokrasi secara etimologis berasal dari kata “Demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, “Cratein” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.

Jadi “Demos-Cratein” atau demokrasi adalah keadaan Negara dimana dalam sistem pemerintahannya, kedaulatan di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat.

Pendemokrasian berbeda pada berbagai Negara, tergantung bagaimana Negara tersebut memberikan keluasan hak dan kewajiban kepada rakyatnya dalam hal pemerintahan. Misalnya kepentingan masyarakat tersalurkan lewat Senat, Partai Politik dan Parlemen, dari keadaan inilah terbentuk dan timbul perbedaan pendemokrasian tersebut diatas pada masing-masing Negara.

Secara umum prinsip-prinsip demokrasi adalah sebagai berikut :

a. Adanya pembagian kekuasaan;

b. Adanya Pemilihan Umum yang bebas;

c. Adanya manajemen yang terbuka;

d. Adanya kebebasan individu;

e. Adanya peradilan yang bebas;

f. Adanya pengakuan hak minoritas;

g. Adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum;

h. Adanya pers yang bebas;

i. Adanya beberapa partai politik;

j. Adanya musyawarah;

k. Adanya persetujuan;

l. Adanya pemerintahan yang konstitusional;

m. Adanya ketentuan tentang pendemokrasian;

n. Adanya pengawasan terhadap administrasi Negara;

o. Adanya perlindungan hak asasi;

p. Adanya pemerintahan yang mayoritas;

q. Adanya persaingan keahlian;

r. Adanya mekanisme politik;

s. Adanya kebebasan kebijaksanaan Negara;

t. Adanya pemerintah yang mengutamakan musyawarah.

Demokrasi langsung terjadi bilamana untuk mewujudkan kedaulatan ditangan rakyat pada suatu Negara, setiap warga Negara dari Negara tersebut boleh menyampaikan langsung tentang hal ikhwal persoalan dan pendapatnya kepada pihak eksekutif, jadi adanya parlemen hampir tidak diperlukan.

Pemilihan Umum hanya diadakan untuk pemilihan lembaga eksekutif, sedangkan fungsi legislatif yang dimaksudkan sebagai lembaga pengawasan jalannya pemerintahan,rakyat langsung mengontrol tetapi kemudian karena rakyat disibukan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari, maka diperlukan lembaga khusus semacam parlemen dan masing-masing senat. Untuk pemilihan anggota-anggotanya tentu lebih tepat dilaksanakan secara langsung.

Dalam pemilihan umum langsung ini, umumnya langsung pula berhubungan antara yang dipilih dengan yang memilih. Sebagai contoh para calon anggota eksekutif beserta keluarganya langsung berhadapan dengan pengagumnya, berkomentar tentang program rencana kerjanya dan pemilih (rakyat) menilai orang (person) atau individu tersebut.

Hal ini pada gilirannya nanti akan menjadi semacam pemilihan umum yang memakai sistem distrik, yaitu pemilihan umum yang dilaksanakan perlokasi daerah pemilihan, yaitu tidak membedakan jumlah penduduk tetapi memperhatikan tempat yang sudah ditentukan, karena masing-masing person tersebut terkenal pada daerah kelahirannya atau tempat dimana yang bersangkutan dibesarkan, maka seorang senator mewakili daerahnya masing-masing, jadi resikonya ada kemungkinan akan banyak jumlah suara yang terbuang oleh sebab masing-masing daerah pemilihan berbeda jumlah penduduknya.

Sebaliknya dampak positifnya yang dapat diperoleh, yaitu wakil yang akan dipilih adalah orangnya dating langsung ke lokasi, bahkan orang tersebut memang berasal dari lokasi tersebut, ini dikenal dengan personen stelsel.

Biasanya untuk satu daerah pemilihan (distrik) hanya untuk satu wakil (Single member constituency), namun tidak menutup kemungkinan untuk lebih dari itu.

Dapat saja Demokrasi Langsung ini memakai sistem lain yaitu proporsional, tetapi tentu saja sumbang karena memakai berbagai lambang, kendati para pemilih menginginkan berhadapan langsung dengan orang yang akan dipilih dan akan mewakilinya dalam parlemen nanti.

Demokrasi Perwakilan

Demokrasi perwakilan terjadi bilamana untuk mewujudkan kedaulatan ditangan rakyat pada suatu Negara, diperlukan adanya semacam lembaga legislatif (parlemen atau senat), karena masyarakat yang begitu banyak di suatu Negara tidak mungkin seluruhnya duduk di lembaga tersebut.

Lembaga inilah semasa jabatannya diwajibkan mencari data permasalahan dan berbagai keluhan masyarakat dalam hal ikhwal pemerintahan Negara, dan mereka dilengkapi berbagai hak seperti hak menyelidiki, hak berpendapat dan hak mengawasi.

Untuk memilih anggota parlemen ini diadakan pemilihan umum, pemilihan umum tersebut dapat bersistem distrik atau bersistem proporsional, jadi dalam pemilihan umumnya rakyat tidak langsung memilih calon pemimpinnya tetapi melalui perwakilan terlebih dahulu.

Sebagai contoh untuk memilih Presiden RI rakyat tidak langsung memilih tetapi melalui perwakilan, yaitu rakyat pertama memilih wakilnya di DPR kemudian setelah DPR ditambah dengan utusan daerah menjadi MPR, MPR inilah kemudian yang memilih Presiden.

Walaupun demokrasi perwakilan ini dapat pula mempergunakan sistem Pemilihan Umum dengan cara distrik, tetapi pada umumnya lebih tepat apabila dilaksanakan dengan sistem Proporsional.

Sistem Proporsional ini memperhatikan jumlah penduduk pemilih dalam pemilihan umum, misalnya dalam setiap 40.000 penduduk, pemilih memperoleh satu wakil (suara berimbang) atau satu kursi di parlemen.

Sedangkan yang dipilih adalah sekelompok orang yang diajukan kontestan pemilihan umum (multi member constituency) yang dikenal lewat tanda gambar (lijsten stelsel), sehingga risikonya antara wakil dan pemilih menjadi kurang akrab.

Positifnya cara ini adalah sisa suara dapat digabung secara nasional untuk kursi tambahan, dengan demikian partai kecil sekalipun dapat dihargai tanpa harus beraliansi, karena suara pemilih dalam sistem ini dihargai.

Ad. 7.3. Partisipasi Rakyat dalam Pemerintahan

Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.

Sedangkan Partisipasi Politik didefinisikan sebagai berikut:

Kegiatan warga Negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah (Samuel P. Huntington & Joan M. Nelson).

Namun demikian didapati tingkatan hierarkhi partisipasi politik yang berbeda dari suatu sistem politik dengan yang lain, tetapi partisipasi pada suatu tingkatan hierarkhi tidak merupakan prasyarat bagi partisipasi pada suatu tingkatan yang lebih tinggi.

Disamping itu pentingnya partisipasi berbeda-beda dalam suatu sistem politik dengan sistem politik lain, lagi pula berbeda dalam suatu sistem dalam waktunya.

BAB VIII

Pokok Bahasan VIII : BENTUK-BENTUK PEMERINTAHAN

Sub Pokok Bahasan VIII : 1. Pemerintahan Parlementer, Presidensial; 2. Pemerintahan Qualisi (campuran).

Tidak satupun bentuk sistem pemerintahan suatu Negara yang benar-benar sama dengan sistem pemerintahan Negara lain, pengelompokan bentuk sistem pemerintahan itu tidak lain untuk lebih jauh melihat perbedaan dan kesamaan dari berbagai bentuk sistem pemerintahan, dengan mengetahui tolok ukur pertanggungjawaban pemerintah suatu Negara terhadap rakyat yang diurusnya. Ad. 8.1. Pemerintahan Parlementer, Presidensial

Sistem Pemerintahan Parlementer

Dalam sistem ini dilakukan pengawasan terhadap eksekutif oleh legislatif, jadi kekuasaan parlemen yang besar dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat, maka pengawasan atas jalannya pemerintahan dilakukan oleh wakil rakyat yang duduk dalam parle men, dengan begitu Dewan Menteri (kabinet) bersama Perdana Menteri (PM) bertanggungjawab kepada Parlemen (Legislatif). Dapat dijadikan contoh untuk sistem ini adalah Kerajaan

Inggris, karena Raja atau Ratu hanya sebagai Kepala Negara saja, sedangkan yang menyelenggarakan pemerintahan adalah Perdana Menteri bersama kabinetnya.

Keadaan dimana lembaga eksekutif bertanggungjawab kepada lembaga legislatif seperti ini dapat membuat lembaga eksekutif tersebut dijatuhkan oleh lembaga legislatif melalui mosi tidak percayanya, tetapi karena PM Inggris kuat kedudukannya dalam arti memimpin partai yang dominan, maka sulit dijatuhkan oleh parlemen. Andaikata posisi dominan itu tidak dimiliki, maka akan terjadi jatuhnya PM dalam waktu yang relatif singkat, sehingga berakibat pada pembangunan ekonomi.

Sebenarnya dalam sistem ini, bila PM mempunyai posisi dominan, dapat saja ia bersama kabinetnya menggeser kedudukan raja atau ratu, yang selama ini hanya memimpin secara seremonial. Tetapi hal ini sulit terjadi di Inggris karena raja bagi mereka merupakan lambang persatuan dan sejak jaman nenek moyangnya dibanggakan sebagai identitas bangsa.

RAJA/KAISAR RATU/PRESIDEN (KEPALA NEGARA) Tugas-tugas seremonial KEPALA PEMERINTAHAN (EKSEKUTIF) PM MENTERI-MENTERI (KABINET)

Mosi Tidak Laporan

Percaya

LEGISLATIF (PARTAI-PARTAI) ARTIKULASI KEPENTINGAN PEMILU PEMILU R A K Y A T

Gambar: Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem Pemerintahan Presidensial

Dalam sistem ini Presiden memiliki kekuasaan yang kuat, karena selain kepala Negara juga sebagai Kepala Pemerintahan yang mengetuai Kabinet (Dewan Menteri). Oleh karena itu agar tidak menjurus kepada diktatorisme, maka diperlukan Check and balances, antara lembaga tinggi Negara inilah yang disebut checking power with power.

Contoh untuk sistem ini adalah Negara Amerika Serikat (United States of America). Jadi menteri-menteri bertanggungjawab kepada Presiden karena Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Untuk mengatasi kekakuan pemerintahan, maka lembaga legislatif (Parlemen) benar-benar diberi hak protes seperti hak untuk menolak atau menerima rancangan

undang-undang, menolak atau menerima baik perjanjian atau pernyataan perang terhadap Negara lain, dan lain-lain.

Dengan demikian terlepas dari bentuk Negara Amerika Serikat ini Republik PRESIDEN

KEPALA NEGARA KEPALA PEMERINTAHAN

(EKSEKUTIF)

Serikat, namun sistem pemerintahannya adalah presidensil. LEGISLATIF PARLEMEN/DEWAN SENAT/BADAN PERWAKILAN PARTAI-PARTAI PELANTIKAN PERTANGGUNG-PEMBERHENTIAN JAWABAN

MENTERI MENTERI MENTERI MENTERI (KABINET)

Checking power with power (Separation of power)

ARTIKULASI PEMILU PERINTAH PEMILU

KEPENTINGAN PEMILU PERINTAH PEMILU

R A K Y A T ( M A S Y A R A K A T B A N Y A K )

Gambar: Sistem Pemerintahan Presidensil Ad. 8.2. Pemerintahan Qualisi (campuran)

Dalam sistem ini diusahakan hal-hal yang terbaik dari sistem Pemerintahan Parlementer dan sistem Pemerintahan Presidensil. Sistem ini terbentuk dari sejarah perjalanan pemerintahan suatu Negara.

Pemerintahan Qualisi ini, selain memiliki Presiden sebagai Kepala Negara, juga memiliki Perdana Menteri (PM) sebagai Kepala Pemerintahan, untuk memimpin cabinet yang bertanggungjawab kepada Parlemen.

Bila Presiden tidak diberi posisi dominan dalam sistem pemerintahan ini, Presiden tidak lebih sekedar lambang dalam pemerintahan dan kabinet goyah kedudukannya. Untuk itu di Perancis pada orde barunya ini, mengubah konstitusi negaranya sedemikian rupa sehingga Presiden ini tidak dijatuhkan oleh Parlemen bahkan presiden dapat membubarkan Parlemen.

Hal ini pernah terjadi di Indonesia, pada waktu memakai UUDS 1950. Yang menjadi persoalan adalah apakah Wakil Presiden dapat diberikan posisi dominan sebagaimana layaknya Presiden, jika tidak maka Wakil Presiden akan tidak berdayaguna dan berhasil guna.

Itulah salah satu sebab keretakan antara Presiden Ir. Soekarno dengan Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta pada awal perpecahan Dwi Tunggal tersebut.

Jadi Republik Perancis memang dapat dijadikan contoh untuk Sistem Pemerintahan Campuran ini. Gambar berikut ini dapat memperjelas keterangan tersebut diatas.

Dalam dokumen M.K. Pengantar Ilmu Pemerintahan (Halaman 30-40)

Dokumen terkait