• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0 ,0046

Dalam dokumen T beam (Halaman 62-72)

Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρ

min

< ρ < ρ

max)

As1

= ρ.b.d.10

6

= 0,0046 . 0,250 . 0,294 . 106 = 340,792 mm2

Dipakai tulangan tekan 2D16 (As terpasang = As2 = 402 mm2) As = As1 + As2

= 340,792 + 402 = 742,792 mm2

Digunakan tulangan tarik 4D16 (As = 804 mm2) Periksa lebar balok 

Maksimal tulangan yang hadir sepenampang adalah 6D16 (dipasang posisi 2 lapis, lapis atas 4D16 dan lapis bawah 2D16).

Jarak minimum tulangan yang disyaratkan adalah 25 mm. Lebar balok minimum:

Jadi lebar balok sebesar 250 mm cukup memadai.

4.5.5.2 Perhitungan Tulangan Geser Balok Anak 

Bidang lintang yang terjadi pada balok digunakan untuk mendesain tulangan geser pada daerah tumpuan dan lapangan. Daerah lapangan berjarak 1/5L dari ujung balok.

Gambar 4.27 Posisi Gaya Lintang

Contoh perhitungan tulangan geser balok anak Ba1 lantai 1 Tulangan Geser Tumpuan

Vu = 6753,463 kg = 67534,63 N

n = N

c= N

Periksa vu > f vc:

vu = MPa

vc= MPa

f vc= 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu > f vcÞ perlu tulangan geser  Periksa f vs

≤ f 

vs maks:

f vs= vu

 – 

f vc

= 0,919

 – 

0,50 = 0,419 Mpa

f’c = 25 MPa → f 

vs maks= 2,00 (Tabel nilai f vs maks, CUR 1 hal 129) f vs< f vs maks

→ OK 

Syarat : s < d/2 = 294/2 = 147 mm, diambil s = 125 mm

Av = mm2

Dipakai tulangan sengkang ø 8

 – 

125 (Av = 101 mm2) Tulangan Geser Lapangan

Vu = 4052,078 kg = 40520,78 N

n = N

c= N

Vs = Vn

 – 

Vc = 67534,633

 – 

61250 = 6284,633 N Periksa vu > f vc:

vu = MPa

vc= MPa

f vc= 0,6 x 0,8333 = 0,50

vu > f vcÞ perlu tulangan geser  Periksa f vs

≤ f 

vs maks:

f vs= vu

 – 

f vc

= 0,551

 – 

0,50 = 0,051 Mpa

f’c = 25 MPa → f 

vs maks= 2,00 (Tabel nilai f vs maks, CUR 1 hal 129) f vs< f vs maks

→ OK 

Syarat : s < d/2 = 294/2 = 147 mm, diambil s = 125 mm

Av = mm2

Gambar 4.28 Penulangan Ba1 Lantai 1

Tabel 4.23 Rekapitulasi Tipe Balok Anak

Tipe Balok 

Dimensi

(mm) Tumpuan Lapangan

B H Tekan Tarik Geser Tekan Tarik Geser 

BA1 250 350 2 D 16 6 D 16 ø 8 - 125 2 D 16 4 D 16 ø 8 - 125 BA2 250 350 2 D 16 4 D 16 ø 8 - 250 2 D 16 4 D 16 ø 8 - 250 BA3 250 350 2 D 16 6 D 16 ø 8 - 125 2 D 16 4 D 16 ø 8 - 250 BA4 250 350 2 D 16 5 D 16 ø 8 - 125 2 D 16 4 D 16 ø 8 - 250 BA5 250 350 2 D 16 7 D 16 ø 8 - 125 2 D 16 5 D 16 ø 8 - 125

1.1.Pengertian Beton

Beton

adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat. Kadang-kadang juga ditambah bahan tambahan yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia dengan perbandingan tertentu.

Pada proses terbentuknya beton, semen dan air akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai perekat / pengikat dalam proses pengerasan. Pada proses pengerasan, pasta semen dan agregat halus ( pasir ) akan membentuk mortar yang akan menutup rongga-rongga antara agregat kasar ( kerikil atau batu pecah ) sedangkan pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen yang merupakan campuran antara semen dengan air sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak/padat.

1.2 Jenis – Jenis Beton

Ada bermacam

 – 

macam jenis beton, yaitu : a. Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan kemampuan penghantaran  panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.

 b. Beton Massa

Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton massa dimensinya lebih dari 60 cm. c. Ferrosemen

Ferrosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar  semen.

d. Beton Serat (Fibre Concrete)

Beton Serat (Fibre Concrete) adalah bagian komposit yang terdiri dari dari beton biasa dan  bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak 

 – 

retak sehingga

menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa. e. Beton Non Pasir (No-Fines Concrete),

Beton Non Pasir (No-Fines Concrete) adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman rongga yang terdistribusi di dalam massa beton serta berkurangnya berat jebis beton.

f. Beton Siklop

Beton Siklop adalah beton normal / beton biasa yang menggunakan ukuran agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar dapat mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih  besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 % agregat seluruhnya.

g. Beton Hampa

Beton Hampa adalah beton yang setelah diaduk, dituang, dan dipadatkan sebagaimana beton  biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus yang disebut cara vacuum. Air yang tertinggal

hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat. h. Beton Mortar 

Beton Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekat, dan air. Mortar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: mortar lumpur, mortar kapur, dan mortar semen.

1.3 Sifat – Sifat Beton 1.3.1 Beton Segar

Hal

 – 

hal penting yang berkaitan dengan sifat

 – 

sifat beton segar adalah

1. Kemudahan pengerjaan ( workability )

Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan.

Unsur 

 – 

unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar : a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton.

c. Penambahan semen kedalam campuran yang diikuti dengan bertambahnya air pada campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.

d. Gradasi campuran pasir dan kerikil. e. Pemakaian butir maksimum kerikil.

f. Pemakaian butir 

 – 

butir batuan yang bulat.

2. Pemisahan kerikil.

Kecenderungan butir 

 – 

butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran ad ukan beton disebut  segregation.

Kecenderungan pemisahan kerikil dapat diperbesar dengan cara: a. Mengurang semen pada campuran adukan beton

 b. Menambah jumlah air. c. Memperbesar butir kerikil.

d. Memperkasar permukaan kerikil.

Pemisahan kerikil dari adukan beton kurang baik setelah beton mengeras Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil tersebut maka diusahakan hal

 – 

hal sebagai berikut:

a. Memberikan air secukupnya ( sesuai dengan kebutuhan )

 b. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu tinggi

c. Cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti cara yang betul.

3. Pemisahan air

Kecenderungan air untuk naik ke atas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan disebut bleeding.

Pemisahan air dapat dikurangi dengan cara

 – 

cara berikut: a. Memberi lebih banyak semen.

 b. Menggunakan air sesedikit mungkin. c. Menggunakan pasir lebih banyak 

1.3.2 Beton Keras

Sifat

 – 

sifat mekanis beton keras adalah :

A. Sifat jangka pendek atau sesaat

Sifat jangka pendek terdiri dari :

1. Kekuatan tekan.

Kuat tekan beton dipengaruhi oleh :

Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya.

enis semen dan kualitasnya .

Jenis dan lekak 

 – 

lekuk bidang permukaan agregat.

Umur (pada keadaan normal kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya).

Suhu (kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu).

Efisiensi dan perawatan.

2. Kekuatan tarik 

Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapanbelas kuat desak beton pada waktu umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya. Kekuatan tarik biasanya tidak diperhitungkan di

dalam perencanaan bangunan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak 

 – 

retak akibat perubahan kadar air dan suhu.

3. Kekuatan geser

Di dalam praktek, kekuatan geser beton selalu diikuti oleh kekuatan desak dan tarik oleh lenturan  bahkan di dalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen lentur.

A. Sifat jangka panjang

Sifat jangka panjang terdiri dari: 1. Rangkak 

Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang bekerja. Faktor 

 – 

faktor yang mempengaruhi rangkak adalah:

a. Kekuatan

Rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar   b. Perbandingan campuran

Bila fas dan volume pasta semen berkurang maka rangkak berkurang. c. Agregat

d. Rangkak bertambah bila agregat makin halus) e. Perawatan

f. Umur 

g. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

2. Susut

Susut adalah berkurangnya volume elemen beton karena terjadi kehilangan uap air ketika terjadi  penguapan. Faktor 

 – 

faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah :

a. Agregat sebagai penahan susut pasta semen

 b. Faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut)

c. Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila volume elemen  betonnya semakin besar)

d. Kondisi lingkungan e. Banyaknya penulangan f. Bahan tambahan.

1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton 1.4.1 Kelebihan Beton

Kelebihan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah

1. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali semen Portland.

2. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran sehingga biaya perawatannya rendah 3. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi dan mempunyai sifat tahan terhadap  pengkaratan / pembusukan oleh kondisi lingkungan.

4. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.

5. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan .

1.1.4.2 Kekurangan Beton

Kekurangan beton dibanding dengan bahan bangunan lain adalah:

1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi  baja tulangan atau tulangan kasa.

2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang berdimensi besar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.

3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak ak ibat perubahan suhu. 4. Beton tidak kedap air sehingga air yang membawa kandungan garam dapat masuk dan merusak beton.

5. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus d ihitung secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail terutama pada struktur tahan gempa.

1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton

Faktor 

 – 

faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah:

a. Pengaruh cuaca berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh pergantian  panas dan dingin.

 b. Daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-lain. c. Daya tahan terhadap aus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain.

1.6 Zat – Zat yang Mengurangi Kekuatan Beton

Ditinjau dari aksinya, zat

 – 

zat yang berpengaruh buruk pada beton dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Zat yang mengganggu proses hidrasi semen

 b. Zat yang melapisi agregat sehingga mengganggu terbentuknya lekatan yang baik antara agregat dan pasta semen

c. Butiran

 – 

butiran yang tidak tahan cuaca yang bersifat lemah dan menimbulkan reaksi kimia antara agregat dan pastanya.

Zat

 – 

zat pengganggu ini dapat berupa kandungan organik, lempung atau bahan

 – 

bahan halus lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam, shale, lempung, kayu, arang, pyrites (tanah tambang yang mengandung belerang), dan lain

 – 

lain.

1.7 Evaluasi Pekerjaan Beton

Kekuatan beton yang diproduksi di lapangan cenderung bervariasi dari adukan ke adukan. Besar  variasi tergantung pada berbagai faktor antara lain:

a. Variasi mutu bahan (agregat) dari satu adukan dengan adukan berikutnya  b. Variasi cara pengadukan

c. Stabilitas pekerja

Pengawasan terhadap mutu beton yang dibuat di lapangan dilakukan dengan cara membuat diagram hasil uji kuat tekan beton dari benda

 – 

benda uji yang diambil selama pelaksanaan.

Dalam dokumen T beam (Halaman 62-72)

Dokumen terkait