• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Penyerbuk pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae)

Nama : Puji Rianti

NIM : G351064021

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Bambang Suryobroto Ketua

Dr. Tri Atmowidi, M.Si Anggota

Diketahui Ketua Program Studi

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA

a.n. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sekretaris Program Magister

Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Si

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini ialah “Keragaman, Efektivitas, dan Perilaku Kunjungan Serangga Penyerbuk pada Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae)”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Dr. Tri Atmowidi, M.Si selaku pembimbing, Dr. Sih Kahono yang telah banyak memberi saran, serta Bapak/Ibu staf pengajar Departemen Biologi IPB. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Yayasan Eka Tcipta Foundation atas dana penelitian yang diberikan dalam pengembangan tanaman jarak pagar sebagai sumber biofuel di Indonesia. Terima kasih disampaikan kepada Ibu Elisa selaku pimpinan Surfactan Biodiesel Research Center IPB (SBRC-IPB Bogor) dan Ibu Via selaku pimpinan Divisi Komunikasi Masyarakat PT. Indosemen Tunggal Prakasa Tbk. yang telah memberikan ijin penelitian di lokasi kebun percobaan jarak pagar lahan bekas tambang Indosemen Cibinong. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ibrahim selaku penanggung jawab lahan percobaan jarak pagar Indosemen Cibinong, Bapak Ali, Vivin, Misnen, Bayu, dan seluruh staf lahan percobaan jarak pagar Indosemen Cibinong yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Ibu Suhartini dan Ibu Ani selaku laboran bagian Fungsi dan Perilaku Hewan Biologi FMIPA IPB.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua paman, Sutrisno dan keluarga, serta Apriani, Acha, para sahabat, dan teman-teman Biosains Hewan IPB atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga kepada (almh) bunda tercinta yang menjadi inspirasi dan memberikan kesabaran hingga akhir hayatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009 Puji Rianti

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 1983 sebagai putri tunggal dari (Almh) Riana. Pendidikan sarjana ditempuh mulai tahun 2000 saat penulis lulus dari SMU Negeri 2 Depok dan masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Bagian Zoologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama masa kuliah Sarjana, penulis memperoleh beasiswa Toyota Astra dan menjadi asisten pada beberapa mata kuliah.

Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Master pada Departemen dan Perguruan Tinggi yang sama diperoleh pada tahun 2007. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Yayasan Eka Tcipta Foundation. Selama menempuh S2, penulis juga berkesempatan menjadi asisten untuk mata kuliah Struktur Hewan, Vertebrata, Biologi Manusia, dan Studi Lapang untuk mahasiswa Sarjana pada tahun ajaran 2007/2008 dan 2008/2009.

Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DARTAR LAMPIRAN... xiv 1 PENDAHULUAN UMUM... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 6 Hipotesis... 6 Manfaat Penelitian... 7 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jarak Pagar (Jatropha curcas L) sebagai Sumber Biodiesel... 8 Habitat Jarak Pagar... 9 Biologi Tanaman Jarak Pagar... 10 Serbuksari dan Nektar Bunga Jarak Pagar... 13 Serangga Pengunjung dan Penyerbuk Tanaman Jarak Pagar... 14 Perilaku Kunjungan Serangga Penyerbuk... 19 Pengaruh Serangga Penyerbuk terhadap Pembentukan Buah dan Biji... 20 3 KERAGAMAN DAN EFEKTIVITAS SERANGGA PENYERBUK

PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L; Euphorbiaceae) PENDAHULUAN... 21 BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian... 23 Fenologi Bunga dan Pengukuran Volume Nektar... 24 Pengamatan Keragamaan Serangga Penyerbuk... 24 Pengukuran Parameter Lingkungan... 24 Pengukuran Efektivitas Penyerbukan Serangga ... 25 Analisis Data... 26 HASIL

Fenologi dan Volume Nektar Bunga... 26 Keragaman Serangga Penyerbuk Jarak Pagar... 27 Hubungan Fenologi Bunga dengan Keragaman Serangga Penyerbuk ... 29 Hubungan Blok Waktu Pengamatan dengan Serangga Penyerbuk 32 Hubungan Parameter Lingkungan, Volume Nektar dengan

Keragaman Serangga Penyerbuk per Blok Waktu Pengamatan.... 34 Perbandingan Hasil Penyerbukan dengan dan tanpa

Serangga Penyerbuk... 38 PEMBAHASAN

Keragaman Serangga Penyerbuk pada Jarak Pagar... 40 Keragaman Serangga Penyerbuk Berdasarkan Waktu

Pengamatan, Fenologi Bunga, dan Parameter Lingkungan... 46 Perbandingan Hasil Penyerbukan dengan dan tanpa

Serangga Penyerbuk... 49 SIMPULAN... 52 4 PERILAKU KUNJUNGAN SERANGGA PENYERBUK PADA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L; Euphorbiaceae)

PENDAHULUAN... 53 BAHAN DAN METODE

Perilaku Kunjungan Serangga Penyerbuk... 57 Analisis Data... 57 HASIL...

Jumlah Kunjungan per Menit... 58 Lama Kunjungan per Bunga... 58 Lama Total Kunjungan... 59 PEMBAHASAN... 60 SIMPULAN... 64 5 PEMBAHASAN UMUM... 65 6 SIMPULAN UMUM... 69 7 SARAN ... 69 DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN... 80

Halaman 1 Keragaman serangga pengunjung jarak pagar dan sumber pakan... 14 2 Keragaman spesies serangga penyerbuk tanaman jarak pagar ... 28 3 Jumlah individu serangga penyerbuk, jumlah bunga, dan volume nektar... 30 4 Jumlah individu serangga penyerbuk berdasarkan waktu pengamatan... 33 5 Nilai parameter lingkungan pada perkebunan jarak pagar berdasarkan blok

waktu pengamatan... 35 6 Nilai indeks keragaman serangga penyerbuk berdasarkan parameter lingkungan

dan volume nektar... 36 7 Korelasi Pearson antara jumlah spesies dan jumlah individu dengan volume

nektar dan parameter lingkungan... 37 8 Korelasi Pearson antara indeks serangga penyerbuk, volume nektar, dengan

parameter lingkungan... 38 9 Perbandingan hasil panen tanaman jarak pagar yang dikurung dan tanpa

dikurung dengan kasa... 38 10 Perkecambahan biji hasil panen tanaman terbuka dan tanaman tertutup.... 39 11 Jumlah kunjungan per menit sembilan spesies serangga penyerbuk jarak pagar ... 58 12 Lama kunjungan per bunga sembilan spesies serangga penyerbuk jarak pagar

... 59 13 Lama total kunjungan sembilan spesies serangga penyerbuk jarak pagar... 60

Halaman 1 Bagan perumusan masalah penelitian... 5 2 Pembungaan jarak pagar... 11 3 Buah dan biji tanaman jarak pagar... 12 4 Peta lokasi perkebunan jarak pagar... 23 5 Sepuluh tanaman jarak pagar yang dikurung kain kasa (5 mx10 m)... 25 6 Struktur bunga jarak pagar... 27 7 Serangga penyerbuk pada jarak pagar... 29 8 Grafik jumlah bunga mekar, volume nektar, dan jumlah spesies serangga penyerbuk... 31 9 Hubungan jumlah bunga, volume nektar, dan jumlah individu selama 20 hari pengamatan dengan PCA... 32 10 Indeks kesamaan Sorensen pada tiga kelompok blok waktu... 34 11 Hubungan parameter lingkungan, volume nektar, jumlah spesies, dan jumlah individu selama 11 blok waktu pengamatan... 37 12 Corbicula pada tungkai ke-3 A. cerana... 56

Halaman 1 Korelasi Pearson antara jumlah bunga, volume nektar dengan jumlah individu

harian... 81 2 Korelasi Pearson antara variabel parameter lingkungan dengan jumlah spesies

dan individu... 81 3 Uji T buah per malai... 82 4 Uji T buah per tanaman... 82 5 Uji T diameter buah per tanaman... 83 6 Uji T jumlah biji per tanaman... 83 7 Uji T berat biji per tanaman... 84 8 Uji T kecambah... 84 9 Korelasi Pearson jumlah buah dengan serangga penyerbuk... 85 10 ANOVA jumlah kunjungan per menit... 86 11 ANOVA lama kunjungan per bunga... 87 12 ANOVA lama kunjungan per tanaman... 88

Latar Belakang

Dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap energi dari bahan bakar fosil, Presiden Indonesia mengeluarkan Perpres No. 5 tahun 2006 (http://www.batan.go.id/ref_utama/perpres_5_2006.pdf). Peraturan Presiden ini berisi tentang pencapaian kebijakan nasional penggunaan energi biofuel lebih dari 5% pada tahun 2025. Peraturan tersebut diikuti oleh Inpres No.1 tahun 2006 dan Keppres No. 10 tahun 2006. Inpres No. 1 tahun 2006 menginstruksikan upaya percepatan penyediaan dan pemanfatan bahan bakar nabati (http://www.presidensby.info/DokumenUU.php/163.pdf). Keppres No. 10 tahun 2006 berisi pembentukan tim nasional pengembangan bahan bakar nabati untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran dimana nantinya akan dibuatkan peta jalan pengembangan bahan bakar nabati (http://www.presidensby.info/DokumenUU.php/249.pdf). Tim nasional tersebut menyimpulkan bahwa tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.; Euphorbiaceae) sebagai tanaman yang paling sesuai untuk dikembangkan sebagai bahan bakar biofuel agar tercapai tujuan Keppres No. 10 tahun 2006 (Sudradjat 2007).

Menurut Sudradjat (2007) salah satu alasan terpilihnya jarak pagar sebagai tanaman yang paling cocok untuk dikembangkan sebagai bahan baku biofuel dan dapat mengurangi kemiskinan adalah harga biji yang murah (Rp500.00/kg) dan tidak bersaing dengan kebutuhan pangan (non edible). Rendahnya harga biji jarak pagar kering ini diharapkan dapat menghasilkan biofuel seharga Rp2 800.00/kg sehingga dapat bersaing dengan bahan bakar minyak fosil. Sifat non edible pada tanaman jarak pagar juga diharapkan tidak mengganggu persediaan pangan bagi masyarakat. Dengan demikian minyak fosil dapat diganti dengan bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan.

Berdasarkan Perpres No 5. tahun 2006, eksploitasi tanaman jarak pagar sebagai sumber energi alternatif hingga tahun 2010 adalah sebanyak 720 ribu kilo liter per tahunnya. Perpres ini direalisasikan dengan adanya 525 juta hektar lahan yang digunakan untuk penanaman jarak pagar di seluruh Indonesia. Saat ini lahan perkebunan jarak pagar milik ICERD seluas 70 hektar, lokasi HPK seluas 13.7 juta hektar, di Papua seluas 9.3 juta hektar, di Maluku seluas 2.3 juta hektar, di

Kalimantan Barat seluas 0.5 juta hektar, di Kalimantan Selatan seluas 0.265 juta hektar, di Sulawesi Tengah seluas 0.25 juta hektar, di Sulawesi Tenggara seluas 0.2 juta hektar, di NTT dan Sulawesi Selatan seluas 0.1 juta hektar (Sudradjat 2007). Selain lahan pertanaman yang dikelola oleh pemerintah, ada pula perkebunan yang dikelola oleh pihak swasta maupun perguruan tinggi. Kerjasama diantara ketiga instansi ini dapat mengembangkan hasil minyak jarak pagar, sehingga dihasilkan kualitas yang baik untuk digunakan sebagai sumber biofuel.

Salah satu contoh kerjasama antara instansi perguruan tinggi dan perusahaan swasta adalah lahan pertanaman jarak pagar PT. Indocement Tbk. Cibinong, Jawa Barat seluas 30 000 hektar. Lahan pertanaman ini menggunakan lahan kritis bekas tambang bahan baku semen berupa bukit-bukit kapur yang sangat kering. Selain sebagai bahan dasar minyak biofuel, pertanaman jarak pagar pada lahan tersebut juga diharapkan dapat mereklamasi lahan agar dapat digunakan untuk pertanaman multikultur serta perbaikan lingkungan.

Mahmud et al. (2006); Nuryani (2007); dan Sudradjat (2007) menyatakan potensi minyak tanaman jarak pagar lainnya adalah sebagai bahan dasar kimia berupa epoxy, poliol, dan polyureten serta penyembuh luka. Gliserin minyak jarak pagar juga berguna dalam kosmetik kecantikan. Menurut Indrawanto & Pranowo (2008), ekstrak bungkil buah dapat menjadi pakan ternak (mengandung 60% pro- tein kasar), biopestisida, biogas, dan fitofarmaka. Jika satu hektar pertanaman jarak menghasilkan 4 ton biji jarak pagar kering yang diolah menjadi minyak, ma- ka akan didapat sekitar 3 ton bungkil yang jika diolah menjadi biogas akan meng- hasilkan 1 543 m3 biogas yang setara dengan 741 kg LPG (Liquid Petroleum Gas)

dan 2 777 kg pupuk padat. Nilai ekonomi dari biogas yang dihasilkan, jika dianggap sama dengan nilai 741 kg LPG adalah sekitar Rp3 396 250.00. Sedangkan nilai ekonomi kompos yang dihasilkan, jika harga kompos sebesar Rp2 000.00/kg adalah sekitar Rp5 554 000.00. Dengan demikian nilai ekonomi tambahan sebagai hasil pembuatan biogas dari bungkil jarak sekitar Rp8 950 250.00. Tempurung biji juga berfungsi sebagai arang aktif (Sudradjat 2007). Daun jarak pagar dapat menjadi obat tradisional untuk demam, membersihkan luka, radang sendi, penyakit kelamin, merangsang ASI, marasmus, penyakit kuning,

dan masalah pencernaan. Getah jarak pagar dapat menyembuhkan sakit gigi, serta rebusan akarnya dapat digunakan sebagai obat disentri (Nuryani 2007). Sudradjat (2007) juga menyatakan, batang jarak pagar dapat menjadi kayu bakar, briket arang, arang aktif, bubur kertas, papan serat, dan partikel papan tulis. Akar jarak pagar dapat menjaga keseimbangan kimia tanah dan air. Penanaman jarak pagar secara keseluruhan juga mereduksi tingkat polusi CO2 hingga 10 ton/ha/tahun.

Tanaman jarak pagar dapat tumbuh dengan cepat. Umumnya, penanaman terbaik dilakukan pada akhir musim kemarau. Tanaman jarak pagar dapat ditanam di daratan rendah hingga 500 m diatas permukaan laut. Menurut Sudradjat (2007), penanaman jarak pagar harus dijaga dari pengaruh hama dan penyakit yang menyerang. Hama penting yang umum ditemukan pada tanaman jarak pagar adalah hama daun (thrips, rayap, kutu putih, dan belalang), hama penghisap (serangga buah; Heteroptera dan Coleoptera), dan pemakan akar (larva Coleoptera).

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada lingkungan ekstrim, namun demikian pertumbuhan dan perkembangannya perlu selalu dijaga agar dapat menghasilkan buah serta biji yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Buah dan biji dihasilkan melalui proses penyerbukan dan pembuahan. Bunga jarak pagar bersifat infloresen dengan tipe protandri dan protogini. Perbedaan tipe dan waktu mekar bunga jarak pagar masih memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang (Hartati 2007). Kemampuan tanaman jarak pagar dalam penyerbukan bunga dibantu oleh adanya serangga penyerbuk. Menurut Bhattacharya et al. (2005) kehadiran serangga penyerbuk meningkatkan jumlah buah dan biji.

Serangga penyerbuk secara umum mengunjungi bunga karena adanya faktor penarik (attractant), yaitu bentuk bunga, warna bunga, serbuksari dan nektar (sebagai penarik primer) dan aroma (sebagai penarik sekunder) serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi diantaranya adalah suhu dan kelembaban udara, intensitas cahaya, serta kecepatan angin. Umumnya kecepatan angin mempengaruhi aktivitas terbang pada beberapa serangga. Lebih dari 80% spesies tanaman tergantung serangga untuk membawa

serbuksari dari bunga satu ke bunga lain (Raju & Ezradanam 2002; Fahem et al. 2004). Serangga penyerbuk juga berperan dalam perbaikan lingkungan. Serangga yang bersarang di dalam tanah dapat membantu meningkatkan struktur tanah, gerakan air di sekitar akar, dan penyerapan nutrisi (Shepered et al. 2000).

Perilaku kunjungan serangga penyerbuk juga penting untuk dipelajari. Perilaku kunjungan dalam pencarian pakan serangga dari satu bunga ke bunga lainnya secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas penyerbukan tanaman (Dafni 1992).

Penelitian tentang pengaruh serangga penyerbuk masih sedikit dilaporkan. Penelitian keragaman kunjungan serangga pada tanaman jarak pagar di India dilaporkan oleh Raju & Edzradanam (2002) dan Bhattacharya et al. (2005). Di Indonesia, keragaman serangga yang berkunjung pada tanaman jarak pagar dilaporkan oleh Rumini (2006) dan Mahmud (2006).

Kurangnya spesifikasi data keragaman serangga penyerbuk serta pengaruhnya pada hasil buah dan biji tanaman jarak pagar, mendorong penulis untuk melakukan penelitian tersebut. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui keragaman serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar serta efektivitasnya dalam pembentukan buah dan biji khususnya didaerah Jawa Barat, Indonesia. Pengaruh faktor lingkungan, volume nektar, jumlah bunga mekar, serta perilaku kunjungan dikaitkan dengan jumlah spesies dan individu serangga penyerbuk.

Perumusan Masalah

Tanaman jarak pagar memiliki banyak manfaat untuk kesejahteraan manusia. Salah satu manfaatnya adalah sebagai bahan baku alternatif pengganti minyak fosil, seperti yang telah diputuskan oleh Presiden Indonesia dalam Keppres No. 10 tahun 2006. Peraturan ini membuat pemerintah dan masyarakat terutama petani berlomba untuk bertanam jarak. Dibutuhkan kualitas dan kuantitas tanaman serta buah (biji) yang baik untuk menghasilkan minyak yang dapat diolah menjadi biofuel. Peningkatan hasil penyerbukan dan pembuahan perlu dilakukan agar hasil panen menjadi maksimal sehingga menguntungkan para petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian keragaman serangga

penyerbuk untuk membantu penyerbukan secara optimal. Keberadaan serangga penyerbuk juga mendukung usaha intensifikasi pertanian. Pengaruh faktor lingkungan, waktu pengamatan harian yang berbeda, jumlah bunga, dan volume nektar terhadap keragaman penyerbuk juga perlu dianalisis. Pengaruh penyerbukan serangga diamati dari hasil pembentukan buah dan biji. Perilaku kunjungan serangga penyerbuk juga diamati agar diketahui pola kunjungan yang mempengaruhi penyerbukan tanaman jarak pagar. Bagan perumusan masalah penelitian tertera dalam Gambar 1.

Gambar 1 Bagan perumusan masalah penelitian. Jarak pagar

Produksi buah dan biji Intensifikasi pertanian: - Pengolahan lahan - Pengaturan irigasi - Pemupukan - Pemberantasan hama - Bibit unggul

Serangga Penyerbuk Tanaman dan Faktor lingkungan

Keragaman spesies Perilaku kunjungan pada bunga

Penyerbukan

Ekstensifikasi lahan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mempelajari keragaman serangga penyerbuk tanaman jarak pagar dalam hubungannya dengan lingkungan, waktu pengamatan, jumlah bunga, dan volume nektar bunga.

2) Mengukur peran serangga penyerbuk dalam pembentukan pada tanaman jarak pagar.

3) Mempelajari perilaku kunjungan serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar.

Hipotesis

1) H0 : Keragaman serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar tidak

bervariasi dan tidak dipengaruhi oleh jumlah bunga, volume nektar, waktu pengamatan, dan faktor lingkungan.

H1 : Keragaman serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar bervariasi dan

dipengaruhi oleh jumlah bunga, volume nektar, waktu pengamatan, dan faktor lingkungan.

2) H0 : Penyerbukan oleh serangga pada tanaman jarak pagar tidak

meningkatkan jumlah buah dan biji.

H1 : Penyerbukan oleh serangga pada tanaman jarak pagar meningkatkan

jumlah buah dan biji.

3) H0 : Perilaku serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar tidak berbeda

antar spesies.

H1 : Perilaku serangga penyerbuk pada tanaman jarak pagar berbeda antar

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersusunnya data dasar keragaman serangga penyerbuk tanaman jarak pagar yang berhubungan dengan faktor lingkungan, waktu, volume nektar, dan jumlah bunga. Penggunaan serangga penyerbuk ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen berupa buah dan biji jarak pagar. Data perilaku kunjungan serangga penyerbuk pada bunga dapat mendukung efektivitas penyerbukan oleh serangga sehingga dihasilkan kualitas biji yang baik untuk budidaya jarak pagar di perkebunan PT. Indocement Tbk. Cibinong, Jawa Barat khususnya, dan untuk proses pembuatan biofuel di Indonesia.

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.: Euphorbiaceae) sebagai Sumber Biofuel

Bahan bakar terdiri atas tiga jenis: gas, padat, dan cairan. Bahan bakar cairan meliputi petro-bio-fuels (bahan bakar fosil) adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dan telah menjadi sumber bahan bakar utama transportasi dan sektor industri. Peningkatan kebutuhan akan jenis bahan bakar ini menyebabkan cadangannya di bumi semakin berkurang. Oleh karena itu sumber alternatif bahan bakar cair penting untuk dieksplorasi (Raju 2006).

Biofuel merupakan bahan bakar alternatif yang bersifat biodegradable (dapat diperbaharui) dan tidak beracun (bebas belerang dan bau harum). Biofuel dihasilkan dari pengolahan industri agrikultur atau produk makanan dan dari proses ulang produk seperti masakan dan minyak nabati (Tiwary 2004).

Biofuel dapat dihasilkan dari Euphorbia antisyphilytica, E. tirucalli, Excoecaria agallocha, Hevea brasiliensis, Jatropha curcas L., J. gossypifolia, Ricinus communis (Euphorbiaceae); Calotropis gigantea, C. procera (Asclepiadaceae); Madhuca indica (Sapotaceae); Glycine max, Pongamia pinnata (Fabaceae); Albizzia chinensis (Mimosaceae); Avicennia marina (Avicenniaceae); Ceriops decandra (Rhizophoraceae); Azadirachta indica (Meliaceae); Calophyllum inophyllum (Clusiaceae); Helianthus annuus (Asteraceae); Brassica napus, B. rapa (Brassicaceae); Cocos nucifera (Palmaceae); dan Cannabis sativa (Cannabaceae) (Kumar et al. 2004). Menurut Raju (2006), jenis tanaman yang paling menjanjikan sebagai sumber biofuel adalah Jatropha curcas L. (jarak pagar).

Cara tanam jarak pagar yang mudah serta biaya pembuatan minyak yang lebih murah dibandingkan minyak yang berasal dari kelapa sawit atau minyak kelapa menjadikan jarak pagar menjadi salah satu tanaman favorit penghasil biofuel (Hasnam 2008). Jarak pagar merupakan tanaman asal Amerika Tengah yang penyebarannya hingga ke Asia dilakukan oleh para pedagang Portugis (Rattee 2004). Sejak saat itu, jarak pagar diketahui sebagai sumber minyak untuk penerangan dan pembuatan sabun (Grimm 1999). Di Cape Verde, jarak dibudidaya sebagai tanaman pengontrol erosi (Heller 1996), sebagai produksi minyak, dan penahan erosi di Mali (Henning 1997), bahan baku biofuel di India

(Patil & Sigh 1991), dan sebagai bahan untuk produksi metil ester di Nikaragua (Foidl et al. 1997). Menurut Gübitz et al. (1999), hampir seluruh negara (Australia, Brazil, Belgia, Canada, Costa Rica, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Jerman, India, Indonesia, Israel, Malaysia, Norwegia, Papua, Bouganville, Spanyol, Singapura, Taiwan (Republik Cina), Thailand, Inggris, dan Amerika) memproduksi jarak pagar untuk memproduksi biofuel.

Jarak pagar yang berumur 7 tahun dapat memproduksi 2-5 kg biji per tahun dengan kandungan minyak sebesar 30-35% (Raju 2006). Menurut Gübitz et al. (1999) jarak pagar menghasilkan biji yang kaya akan minyak (43-59%) dan dari 1 hektar kebun jarak di Hawai dapat dihasilkan 1600-2000 liter minyak (Poteet 2006). Minyak diekstrak dari inti biji yang berisi embrio dan endosperma. Kandungan minyak yang dihasilkan oleh biji kering di Nikaragua sekitar 52.9-5.4% tergantung varietasnya (Foidl et al. 1996). Di Indonesia, nilai ekonomi jarak pagar bervariasi dari 4-21 juta rupiah/ha/tahun bergantung pada jenis produk yang dihasilkan. Nilai ini didasarkan pada asumsi hasil jarak pagar sebanyak 4 ton/ha/tahun dan bila semua produk disubsidi maka nilai ekonominya akan semakin tinggi (Karmawati 2008).

Habitat Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar termasuk tanaman kosmopolitan sehingga dapat tumbuh pada berbagai ekosistem, seperti: tanah yang terdegradasi, tanah pertambangan,dan padang savana. Jarak pagar dapat bertahan di daerah yang sangat kering dengan curah hujan 300-500 mm/tahun hingga daerah yang sangat basah dengan curah hujan antara 4 000-6 000 mm/tahun. Tanaman ini juga dapat tumbuh di daerah daratan rendah bahkan pinggir pantai sampai ketinggian diatas 1 000 dpl (Hasnam & Mahmud 2006). Indonesia merupakan daerah yang diperkirakan optimal bagi pertumbuhan dan produksi jarak pagar terutama pada daerah dengan ketinggian 0-600 m dpl atau dataran rendah yang memiliki suhu harian antara 22-35 0C dengan curah hujan antara 500-1500 mm dan hari hujan antara 100-200

Biologi Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar merupakan salah satu spesies dari genus Jatropha, famili Euphorbiaceae, ordo Malpighiales, kelas Magnoliopsida, dan divisi Magnoliophyta (Felger & Moser 1985).

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman perennial yang secara normal bersifat monoecious uniseksual (bunga jantan dan betina berada dalam satu malai). Tanaman ini berciri protandri ataupun protogini bergantung pada jenis dan jumlah bunga yang terlebih dahulu berkembang dalam satu malai. Protandri terjadi apabila bunga jantan mekar terlebih dahulu dan berjumlah lebih banyak dibandingkan bunga betina. Apabila bunga betina berkembang terlebih dahulu dengan jumlah lebih banyak dibandingkan bunga jantan maka bunga tersebut berciri protogini. Bunga jarak pagar juga mengalami transduksi dari protandri menjadi protogini pada suhu 40+2 0C (Prastowo et al. 2007). Hartati (2007)

menyatakan bunga berciri hermaprodit pada tanaman jarak pagar sangat jarang terjadi.

Bunga jarak pagar berupa bunga majemuk berbentuk malai (infloresen) dengan pola dichasial cyme (Gambar 2). Bunga memiliki 5 sepal dan 5 petal yang berwarna hijau kekuningan. Umumnya bunga betina berada di pusat malai dengan kumpulan bunga jantan yang mengelilinginya. Dalam satu malai, terdiri atas 100 bunga atau lebih dengan jumlah 1-5 bunga betina dan 25-93 bunga jantan (2-19 bunga betina dan 17-105 jantan per infloresen). Rata-rata perbandingan bunga jantan dan betina per malai adalah 29:1. Dalam satu malam, pembungaan terjadi secara bertahap (bersifat harian) selama 11 hari. Pola pembungaan jarak pagar dimulai dari satu bunga jantan mekar dan bertahap hingga semua bunga jantan mekar (11-15 hari). Bunga betina mekar pada hari ke-2 sampai hari ke-6 pembungaan (Raju & Eradanam 2002; Bhattacharya et al. 2005; Hartati 2006; Hasnam 2006b; Prastowo et al. 2007). Puncak pembungaan jarak pagar di India terjadi pada akhir Juli hingga akhir Oktober (Raju & Ezradanam 2002), di

Dokumen terkait