• Tidak ada hasil yang ditemukan

termasuk dalam wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa

Barat (Gambar 2). Desa Pulosari berbatasan dengan Desa Lamajang di sebelah Utara, Desa Marga Mekar di sebelah Selatan, Desa Warnasari di sebelah Barat dan Desa Pangalengan di sebelah Timur. Desa Warnasari berbatasan dengan Desa

= Desa Warnasari

= Desa Pulosari

Pulosari di sebelah Utara, Desa Margaluyu di sebelah Selatan, Desa Sukaluyu di

sebelah Barat dan Desa Pulosari dan Situ Cileuncak di sebelah Timur.

Berdasarkan buku Potensi Desa Tahun 2005, luas wilayah Desa Pulosari 5.120,111 ha, di mana lebih dari 80 %- nya merupakan kawasan hutan lindung yaitu

seluas 4.125 ha. Dari luasan tersebut, 3.815 ha milik negara dan 310 ha milik Perum Perhutani. Oleh karena itu tipologi Desa Pulosari tergolong dalam desa sekitar hutan.

Luas wilayah Desa Warnasari 2.357,119 ha. Dari luasan tersebut, 57,24 %- nya merupakan kawasan hutan lindung, seluas 1.345,200 ha merupakan hutan milik

negara yang konsesinya dipegang oleh BUMN Kehutanan, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, dan seluas 9,0 ha merupakan hutan milik masyarakat adat. Berdasarkan tipologinya, Desa Warnasari juga tergolong dalam desa sekitar hutan.

Wilayah Desa Pulosari terbagi dalam 7 dusun, 15 RW dan 29 RT.

Berdasarkan orbitrasenya, Desa Pulosari berjarak 2,5 km ke ibukota kecamatan terdekat dengan lama tempuh 10 menit, menggunakan ojeg dan angkutan umum

pedesaan. Jarak ke ibukota kebupaten terdekat 30 km dengan lama tempuh 1,5 jam menggunakan ojeg, bus atau kendaraan roda empat lainnya.

Wilayah Desa Warnasari terbagi dalam 2 dusun, 16 RW dan 57 RT.

Berdasarkan orbitrasenya, Desa Warnasari berjarak 4 km ke ibukota kecamatan terdekat dengan lama tempuh sekitar 15 menit menggunakan ojeg dan angkutan

umum pedesaan. Jarak ke ibukota kabupaten terdekat sekitar 31 km dengan lama tempuh sekitar 1,5 jam menggunakan ojeg, bus atau kendaraan roda empat lainnya.

Berdasarkan administrasi kehutanan, kawasan hutan yang terletak di Desa Pulosari maupun di Desa Warnasari termasuk dalam wilayah Resort Pemangkuan

50

Hutan (RPH) Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH Bandung Selatan, Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kawasan hutan ini termasuk dalam Sub DAS Citarum dan DAS Cipandak sehingga mempunyai fungsi konservasi yang sangat penting, di samping sebagai penyuplai air untuk Waduk Saguling, Cirata dan

Jatiluhur. Di antara Desa Warnasari dan Desa Pulosari, terdapat Waduk Situ Cileuncak yang saat ini sedang dikembangkan sebagai obyek wisata di samping

sebagai penyuplai air dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk masyarakat sekitar.

Kawasan hutan Desa Pulosari dan Desa Warnasari umumnya memiliki topografi pegunungan, dengan jenis tanah latosol, andosol dan regosol dari batu bekuan basalt dan intermedier. Tipe iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson adalah tipe A dan B dengan curah hujan 1500 – 5200 mm/tahun. Penutupan lahan

hutan didominasi oleh tanaman eucalyptus, pinus, rasamala dan jenis rimba campuran lainnya. Wilayah Desa Pulosari dan Desa Warnasari berada pada ketinggian 1200 –

1500 m dpl, memiliki curah hujan 1000 – 2400 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan 7 bulan, suhu udara rata-rata15oC – 24oC. Bentang wilayah Desa Pulosari tergolong datar, sedangkan Desa Warnasari mempunyai bentang wilayah berbukit-bukit.

Lahan pertanian dan perkebunan di Desa Pulosari kurang dari 20 % dari total luas wilayah, dengan rincian pemanfaatan lahan disajikan pada Tabel 1. Areal lain

selain hutan dan lahan pertanian dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk, fasilitas umum dan perkantoran.

Tabel 1 Rincian pemanfaatan lahan Desa Pulosari Tahun 2005

Pemanfaatan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Sawah irigasi ½ teknis 4,455 0,087

Tegal/ladang 368,436 7,196 Perkebunan rakyat 9,56 0,187 Perkebunan negara 353,340 6,901 Hutan lindung 4125,0 80,565 Pemukiman 248,0 4,843 Fasilitas umum 11,32 0,221 Jumlah: 5120,111 100

Sumber : Buku Potensi Desa Pulosari Tahun 2005

Bentang wilayah yang berbukit-bukit di Desa Warnasari, lebih cocok untuk usaha perkebunan, dengan rincian pemanfaatan lahan disajikan pada Tabel 2.

Masyarakat Desa Warnasari juga melakukan usaha di bidang pertanian dengan jenis komoditi: jagung, cabe, tomat, kentang, kubis, dll.

Tabel 2 Rincian pemanfaatan lahan Desa Warnasari Tahun 2005

Pemanfaatan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Tegal/ladang 535,406 22,63 Perkebunan rakyat 85,000 3,59 Perkebunan negara 329,191 13,91 Hutan lindung 1.354,200 57,24 Pemukiman 35,784 1,51 Fasilitas umum 26,538 1,12 Jumlah: 2.366,119 100

Sumber : Buku Potensi Desa Warnasari Tahun 2005

Penduduk Desa Pulosari hingga Mei 2006 berjumlah 8.656 jiwa, dengan komposisi 4.415 jiwa laki-laki dan 4.241 jiwa perempuan, yang terhimpun dalam

52

2.654 KK. Kepadatan penduduk sekitar 2 jiwa/ha. Struktur penduduk Desa Pulosari

berdasarkan sebaran umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk Desa Pulosari menurut sebaran umur dan jenis kelamin hingga Bulan Mei 2006

No. Kelompok Umur Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Persentase

(%) Laki-Laki Perempuan

1. Usia belum produktif (0 – 14 tahun)

1.711 1.794 3.505 40,5

2. Usia produktif

(15 – 64 tahun)

2.459 2.194 4.653 53,75

3. Usia tidak produktif (= 65 tahun)

245 253 498 5,75

Jumlah: 4.415 4.241 8656 100

Sumber : Buku Potensi Desa Pulosari Tahun 2006

Penduduk Desa Warnasari hingga Bulan Juni 2006 berjumlah 7.308 jiwa,

dengan komposisi 3.695 jiwa laki- laki dan 3.613 jiwa perempuan, yang terhimpun dalam 2.045 KK. Kepadatan penduduk berkisar 4 jiwa/ha. Struktur penduduk Desa

Warnasari berdasarkan sebaran umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah penduduk Desa Warnasari menurut sebaran umur dan jenis kelamin hingga Bulan Mei 2006

No. Kelompok Umur Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Persentase

(%) Laki-Laki Perempuan

1. Usia belum produktif (0 – 14 tahun)

1.284 1.161 2.445 33,46

2. Usia produktif

(15 – 64 tahun)

2.240 2.284 4.524 61,90

3. Usia tidak produk tif (= 65 tahun)

170 169 339 4,64

Jumlah: 3.694 3.614 7.308 100

Struktur penduduk Desa Pulosari berdasarkan tingkat pendidikan formal

umumnya berpendidikan rendah (Tabel 5). Jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun sebanyak 1300 orang, 1046 orang masih bersekolah dan sisanya sebanyak 254 orang tidak bersekolah.

Tabel 5 Struktur penduduk Desa Pulosari berdasarkan tingkat pendidikan formal Tahun 2005

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Belum sekolah 394 4,93

2. Usia 7 – 45 tahun tidak bersekolah 276 3,46

3. SD tapi tidak tamat 204 2,56

4. Tamat SD/sederajat 4.457 55,80 5. SLTP/sederajat 1.579 19,77 6. SLTA/sederajat 1.047 13,11 7. D-1 14 0,17 8. D-2 - - 9. D-3 3 0,04 10. S-1 13 0,16 Jumlah: 7.987 100

Sumber : Buku Potensi Desa Pulosari Tahun 2006

Struktur penduduk Desa Warnasari berdasarkan tingkat pendidikan formal umumnya berpendidikan rendah (Tabel 6). Penduduk yang masih buta huruf sebanyak 4 orang. Jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun sebanyak 1300 orang, 1046 orang diantaranya masih bersekolah, sisanya sebanyak 254 orang sudah tidak

54

Tabel 6 Struktur penduduk Desa Warnasari berdasarkan tingkat pendidikan formal Tahun 2005

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Belum sekolah 392 6,08

2. Usia 7 – 45 tahun tidak bersekolah 4 0,06

3. SD tapi tidak tamat 722 11,20

4. Tamat SD/sederajat 3.639 56,44 5. SLTP/sederajat 1.066 16,53 6. SLTA/sederajat 594 9,21 7. D-1 18 0,28 8. D-2 - - 9. D-3 12 0,20 Jumlah: 6.447 100

Sumber : Buku Potensi Desa Warnasari Tahun 2006

Penduduk Desa Pulosari sebagian besar bekerja pada sub sektor pertanian

tanaman pangan khususnya jenis sayur-sayuran yang merupakan tanaman khas dataran tinggi, seperti: kentang, kubis, wortel, tomat, caisim, dll. Sebagian bekerja pada sektor peternakan, baik sebagai peternak maupun sebagai buruh peternakan. Keadaan ini sangat menguntungkan (mutualisme), dimana limbah pembuangan dari sektor peternakan (kotoran ternak) dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk kandang bagi lahan pertaniannya, sehingga dapat menekan biaya produksi

pertaniannya. Sisanya bekerja pada sektor perdagangan dan jasa. Struktur penduduk Desa Pulosari berdasarkan mata pencaharian pokok kepala keluarga selengkapnya

Tabel 7 Struktur penduduk Desa Pulosari berdasarkan mata pencaharian pokok kepala keluarga Tahun 2005

No. Jenis Mata Pencaharian Pokok Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Petani 773 24,24

2. Buruh tani 1.285 40,30

3. Karyawan swasta 70 2,20

4. Karyawan BUMN 316 9,91

5. Pegawai Negeri Sipil 50 1,57

6. Pengrajin 7 0,22 7. Penjahit 11 0,34 8. Pedagang/pengusaha/wiraswasta 220 6,90 9. Peternak 400 12,54 10. Tukang kayu 16 0,50 11. Montir 6 0,19 12. Supir 33 1,03 13. Bidan desa 1 0,03 14. Mantri kesehatan 1 0,03 Jumlah : 3189 100

Sumber :Buku Potensi Desa Pulosari Tahun 2006

Penduduk Desa Warnasari sebagian besar bekerja pada sub sektor perdagangan, baik sebagai pedagang maupun sebagai wirausahawan. Sebagian lagi

bekerja pada sub sektor pertanian tanaman pangan khususnya jenis sayur-sayuran yang merupakan tanaman khas dataran tinggi, baik sebagai petani pemilik maupun

sebagai buruh tani. Sebagian lagi sisanya bekerja pada sektor jasa. Struktur penduduk Desa Warnasari selengkapnya disajikan pada Tabel 8.

56

Tabel 8 Struktur penduduk Desa Warnasari berdasarkan mata pencaharian pokok kepala keluarga Tahun 2005

No. Jenis Mata Pencaharian Pokok Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Petani 337 13,33

2. Buruh tani 519 20,52

3. Karyawan swasta 169 6,68

4. Karyawan BUMN - -

5. Pegawai Negeri Sipil 12 0,47

6. Guru swasta 6 0,24 7. Pengrajin 1 0,04 8. Penjahit 8 0.32 9. Pedagang/pengusaha/wiraswasta 1.082 42,78 10. Peternak 358 14,16 11. Tukang kayu 17 0,67 12. Montir 3 0,12 13. Sopir 17 0,67 Jumlah : 2.529 100

Sumber :Buku Potensi Desa Warnasari Tahun 2006

Berdasarkan kepemilikan lahan pertanian, sebanyak 405 RTP (Rumah Tangga Petani) di Desa Pulosari memiliki lahan pertanian sendiri. Luasan kepemilikan lahan

untuk setiap RTP disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Status kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan setiap RTP di Desa Pulosari Tahun 2005

No. Status Kepemilikan Lahan (ha) Jumlah RTP Persentase (%)

1. Tidak memiliki lahan 11 2,64 %

2. Memiliki lahan kurang dari 0,5 ha 97 23,32 %

3. Memiliki lahan 0,5 – 1,0 ha 187 44,95 %

4. Memiliki lahan lebih dari 1,0 ha 121 29,09 %

Jumlah: 416 100 %

Berdasarkan status kepemilikan lahan perkebunan, jumlah RTP yang

memiliki lahan perkebunan sendiri sebanyak 74,18 % dari jumlah petani yang bekerja pada sektor perkebunan (Tabel 10). Petani yang tidak memiliki lahan, melakukan usaha pertaniannya dengan menyewa lahan pertanian dari petani pemilik.

Tabel 10 Satus kepemilikan lahan perkebunan setiap RTP di Desa Pulosari Tahun 2005

No. Status Kepemilikan Lahan (ha) Jumlah RTP Persentase (%)

1. Tidak memiliki lahan 71 25,82

2. Memiliki lahan kurang dari 0,5 ha 199 72,36

3. Memiliki lahan 0,5 – 1,0 ha 5 1,82

4. Memiliki lahan lebih dari 1,0 ha - -

Jumlah: 275 100

Sumber :Buku Potensi Desa Pulosari Tahun 2006

Berdasarkan kepemilikan lahan pertanian di Desa Warnasari, jumlah Rumah

Tangga Petani (RTP) yang memiliki lahan pertanian sendiri sebanyak 988 RTP. Status kepemilikan lahan untuk setiap RTP disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Status kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan setiap RTP di Desa Warnasari Tahun 2005

No. Status Kepemilikan Lahan (ha) Jumlah RTP Persentase (%)

1. Tidak memiliki lahan 241 19,60

2. Memiliki lahan kurang dari 0,5 ha 891 72,50

3. Memiliki lahan 0,5 – 1,0 ha 70 5,70

4. Memiliki lahan lebih dari 1,0 ha 27 2.20

Jumlah: 1.229 100

58

Berdasarkan kepemilikan lahan perkebunan, jumlah RTP yang memiliki lahan

perkebunan sendiri sebanyak 14,72 % dari jumlah petani yang bekerja pada sektor perkebunan (Tabel 12).

Tabel 12 Satus kepemilikan lahan perkebunan setiap RTP di Desa Warnasari Tahun 2005

No. Status Kepemilikan Lahan (ha) Jumlah RTP Persentase (%)

1. Tidak memiliki lahan 1.744 85,28

2. Memiliki lahan kurang dari 0,5 ha 36 1,76

3. Memiliki lahan 0,5 – 1,0 ha 217 10,61

4. Memiliki lahan lebih dari 1,0 ha 48 2,35

Jumlah: 2.045 100

Sumber :Buku Potensi Desa Warnasari Tahun 2006

Sarana dan prasarana umum yang dimiliki Desa Pulosari antara lain: prasarana transportasi berupa jalan desa yang diaspal sepanjang 2 km dalam keadaan baik dan 1 km dalam keadaan rusak serta jalan tanah sepanjang 1 km, jalan antar desa

yang diaspal sepanjang 1 km dalam keadaan baik dan 1 km dalam keadaan rusak serta jalan tanah sepanjang 1 km. Jembatan desa berupa jembatan beton sebanyak 1

buah, jembatan besi 2 buah dan jembatan kayu 4 buah. Jembatan antar desa berupa jembatan beton sebanyak 2 buah, jembatan besi 1 buah.

Pangkalan ojek 9 buah dengan jumlah ojek sebanyak 124 unit. Selain ojek, untuk transportasi darat dalam desa dan antar desa juga tersedia delman, angkutan umum pedesaan dan truk umum. Sarana transportasi sungai berupa perahu motor (10

Sarana komunikasi antara lain berupa wartel dan beberapa orang penduduk

telah menggunakan telepon genggam (HP), TV sebanyak 1976 unit dan 2 unit parabola. Prasarana pendidikan di Desa Pulosari berupa 5 unit SD dengan jumlah murid 1037 siswa dan guru 26 orang, serta lembaga pendidikan keagamaan sebanyak

2 unit dengan peserta didik sebanyak 185 orang dan pengajar 6 orang. Di samping itu juga tersedia 2 unit TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an).

Prasarana keamanan, tersedia 56 unit poskamling dengan 20 orang hansip, di mana untuk turut menjaga keamanan lingkungan penduduk berpartisipasi dalam

bentuk ronda malam secara bergilir.

Prasarana peribadatan di Desa Pulosari berupa 17 buah masjid dan 34 mushola. Prasarana olah raga berupa 4 buah lapangan sepak bola, 2 buah lapangan bulu tangkis, 14 buah meja untuk tenis meja, 12 buah lapangan voly dan arung jeram.

Prasarana kesehatan, tersedia 1 unit puskesmas pembantu, 1 unit poliklinik/balai pengobatan dan 15 unit posyandu. Jumlah tenaga media yang

tersedia yaitu 1 orang tenaga paramedis, 2 orang dukun terlatih dan 1 orang bidan desa.

Prasarana penerangan, Desa Pulosari telah dialiri listrik PLN, serta

penerangan dengan tenaga diesel. Organisasi kemasyarakatan di Desa Pulosari terdiri dari organisasi perempuan, organisasi pemuda, organisasi profesi (Kelompok Tani

60

Tabel 13 Organisasi kemasyarakatan di Desa Pulosari Tahun 2005

No. Organisasi Kemasyarakatan Jumlah Organisasi Jumlah Anggota

1. Organisasi Perempuan (PKK) 1 unit 150 orang

2. Organisasi Pemuda (Karang Taruna) 1 unit 75 orang

3. LMDH Kubangsari 1 unit 328 orang

4. KUB Kubangsari 1 unit 328 orang

5. Kelompok Tani Hutan (KTH) 11 unit 328 orang

6. KUD 1 unit 34 orang

7. Kelompok simpan pinjam 1 unit 73 orang

8. LKMD 1 unit 10 orang*

9. Dusun 7 unit 2.654 KK

10. RW 15 unit 2.654 KK

11. RT 29 unit 2.654 KK

* Jumlah pengurus

Sumber :Buku Potensi Desa Pulosari Tahun 2006

Sarana dan prasarana umum yang dimiliki Desa Warnasari antara lain: prasarana transportasi berupa jalan desa yang diaspal sepanjang 6,807 km dalam keadaan baik dan 2,9 km dalam keadaan rusak serta jalan tanah sepanjang 9,8 km, jalan antar desa yang diaspal sepanjang 6 km dalam keadaan baik. Jembatan desa

berupa jembatan beton 3 buah, jembatan besi 1 buah dan jembatan kayu 5 buah. Jembatan antar desa berupa jembatan beton 1 buah.

Sarana transportasi berupa: pangkalan ojek 6 buah, delman, angkutan umum pedesaan dan truk. Sarana komunikasi: wartel, telepon genggam (HP), dan TV 1138

buah. Prasarana pendidikan berupa 3 unit SD dengan jumlah murid 835 siswa dan guru 22 orang, SLTP 1 unit dengan jumlah murid 77 siswa dan guru 15 orang,

lembaga pendidikan keagamaan 2 unit dengan peserta didik 134 orang dan 11 orang pengajar, TK 3 unit dan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) 2 unit.

Prasarana keamanan, berupa 16 unit poskamling dengan hansip 30 orang, dan

kegiatan ronda malam yang dilakukan secara bergilir oleh penduduk sebagai bentuk partisipasi untuk menjaga keamanan lingkungannya. Prasarana peribadatan berupa 16 masjid dan 11 mushola. Prasarana olah raga berupa 3 buah lapangan sepak bola, 1

buah lapangan bulu tangkis, 1 buah meja untuk tenis meja, 8 buah lapangan voli. Prasarana kesehatan berupa 1 unit puskesmas dan 16 unit posyandu. Jumlah

tenaga medis yaitu 1 orang dokter umum, 2 orang tenaga paramedis, 7 orang dukun terlatih dan 1 orang bida n desa. Prasarana penerangan menggunakan listrik PLN dan

lampu minyak tanah. Organisasi kemasyarakatan di Desa Warnasari terdiri dari organisasi perempuan, organisasi pemuda, organisasi profesi, LKMD/LPMD, Dusun, RW dan RT (Tabel 14).

Tabel 14 Organisasi kemasyarakatan di Desa Warnasari Tahun 2005

No. Organisasi Kemasyarakatan Jumlah Organisasi Jumlah Anggota

1. Organisasi Perempuan (PKK, Dasawisma

dan pengajian)

1 unit 220 orang

2. Organisasi Pemuda (Karang Taruna.

IRMAS)

1 unit 51 orang

3. PGRI 1 unit 17 orang

4. Organisasi Profesi (LMDH Warnasari) 1 unit 241 orang

5. Kelompok Tani Hutan (KTH) 8 unit 241 orang

6. Kelompok Simpan Pinjam 16 unit 217orang

8. LKMD 1 unit 23 orang*

6. Badan Perwakilan Desa (BPD) 1 unit 13 orang

7. Dusun 2 unit 2.045 KK

8. RW 16 unit 2.045 KK

9. RT 57 unit 2.045 KK

62

Dilihat dari potensi SDM dan sumberdaya alamnya, yang ditunjang dengan

ketersediaan sarana dan prasarana fisik yang cukup memadai, maka Desa Pulosari dan Desa Warnasari memiliki modal yang cukup untuk memberdayakan masyarakatnya. Keberdayaan masyarakat diarahkan kepada peningkatan

kesejahteraan masing- masing RTP dengan menumbuhkan kemandirian dari individu masyarakatnya.

Pelaksanaan Agroforestri

Penelitian dilaksanakan di Desa Pulosari dan Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, di mana penduduk di kedua desa tersebut melakukan usaha agroforestri tanaman kopi. Desa Pulosari dan Desa Warnasari termasuk dalam wilayah kerja RPH Pangalengan, BKPH Pangalengan, KPH

Bandung Selatan.

Jumlah petani di Desa Pulosari yang melakukan usaha agroforestri tanaman

kopi sebanyak 363 orang, sedangkan di Desa Warnasari sebanyak 241 orang. Para petani tersebut membentuk suatu organisasi di desanya masing- masing dengan nama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kubangsari di Desa Pulosari dan LMDH

Warnasari di Desa Warnasari. Masing- masing LMDH membawahi beberapa Kelompok Tani Hutan (KTH), LMDH Kubangsari membawahi 8 KTH dan LMDH

Warnasari membawahi 7 KTH. Setiap KTH mendapatkan bagian lahan hutan (petak) untuk dikelola, sehingga masing- masing KTH bertanggungjawab atas petak yang

Latar Belakang Pelaksanaan Agroforestri

Kegiatan agroforestri berawal dari penjarahan dan perambahan lahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat desa hutan pada Tahun 1997. Pada saat itu terjadi krisis multidimensi yang berakibat pada terpuruknya perekonomian penduduk yang

diperparah dengan adanya gerakan reformasi yang tidak terarah sehingga mudah diprovokasi dengan menghalalkan segala cara untuk mengatasi kesulitan ekonomi

yang semakin membelit penduduk terutama para petani. Banyaknya RTP yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri atau memiliki lahan pertanian tapi luasnya = 1,00 ha,

mengakibatkan hutan menjadi salah satu sasaran yang paling mudah untuk dijarah dan dirambah, termasuk petak 39e Kubangsari. Berdasarkan data Tahun 2003, tercatat jumlah pera mbahan di BKPH Pangalengan seluas 2.673,47 ha oleh 3.820 KK. Pada awalnya masyarakat Desa Pulosari melakukan perambahan hutan

dengan menanami lahan hutan dengan jenis tanaman hortikultura (sayur-sayuran), seperti kol/kubis, tomat, caisim, kentang, dll. Tingginya gangguan terhadap hutan

terutama dalam bentuk perambahan lahan hutan oleh penduduk untuk dijadikan lahan garapan dengan bertanam berbagai jenis tanaman sayuran, mengakibatkan timbulnya tanah kosong/tanah yang tidak produktif.

Data Tahun 2004 menunjukkan tanah kosong yang harus direhabilitasi oleh BKPH Pangalengan seluas 1.697,31 ha. Hal ini disebabkan untuk menanam jenis

tanaman hortikultura/sayuran memerlukan pengolahan tanah yang dapat merusak struktur tanah hutan beserta ekologinya, sedangkan di lain pihak kawasan hutan yang

dirambah memiliki kontur lahan miring. Keadaan ini dapat membahayakan masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, karena apabila ada hujan dengan

64

intensitas yang tinggi, tanah yang gundul tersebut rawan longsor, sebaliknya pada

musim kemarau dapat menyebabkan berkurangnya stok air sehingga terjadilah kekeringan, yang pada akhirnya akan berdampak pada gagal panen. Apabila dibiarkan terus- menerus, akibatnya tidak hanya berdampak pada masyarakat desa

sekitar hutan saja, karena bagaimanapun kawasan hutan tersebut merupakan kawasan penyangga yang salah satunya adalah untuk menjaga debit air di Waduk Saguling,

Cirata dan Jatiluhur, sebagai salah satu pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk masyarakat Jawa Barat.

Berbagai cara telah dilakukan oleh Perum Perhutani untuk mengatasi perambahan lahan hutan dan penjarahan hasil hutan, mulai dengan meningkatkan patroli keamanan, penyuluhan kehutanan hingga reboisasi yang terus- menerus. Perhutani juga telah mencoba melakukan pe ndekatan ke tokoh-tokoh kunci yang ada

di Desa Pulosari dan Desa Warnasari secara intensif dan terus- menerus melalui Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) bersama-sama dengan jajaran Perum

Perhutani, hingga pada akhirnya didapatkan suatu solusi di antaranya yaitu tercapainya suatu kesepakatan untuk melakukan pengamanan hutan bersama-sama antara Perum Perhutani dengan penduduk Desa Pulosari maupun Desa Warnasari,

yaitu dengan cara penanaman kopi di bawah tegakan atau di sela-sela tanaman kehutanan yang dikenal dengan konsep agroforestri. Melalui kegiatan agroforestri,

kasus perambahan lahan hutan menurun dengan pesat, tercatat hingga Bulan Maret 2006 luas lahan hutan yang dirambah tinggal 735,65 ha oleh 1.448 KK atau turun

PSDHBM merupakan suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang

dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dilandasi dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional.

Pada awalnya masyarakat tertarik pada tanaman kopi milik salah satu warga Desa Pulosari yang pernah merantau ke Aceh dan pada waktu pulang kembali ke

desanya, membawa benih kopi yang berasal dari Aceh Tengah sehingga dikenal dengan sebutan kopi Ateng (Kopi Aceh Tengah), yaitu kopi dari jenis arabika. Benih kopi tersebut kemudian disemaikan dan ditanam di perkebunan miliknya. Ternyata benih kopi tersebut tumbuh subur dan sangat cocok dengan kondisi lahan Desa

Pulosari. Setelah tanaman kopi tersebut berbuah, ternyata buahnya banyak. Bahkan menurut perhitungan secara ekonomi, ternyata sangat menguntungkan meskipun pada

saat itu dilakukan dengan teknik budidaya yang masih sangat sederhana.

Atas dasar pengalaman tersebut, maka muncullah gagasan untuk menanam kopi di lahan hutan, yaitu di antara tanaman kehutanan. Gagasan tersebut

diwujudkan melalui pembentukan organisasi yang beranggotakan para petani yang tertarik untuk bertanam kopi di dalam kawasan hutan dengan nama "Kelompok Tani

Hutan (KTH) Kubangsari" dengan anggota sebanyak 98 orang.

Sebagai langkah awal, disusun perencanaan persemaian tanaman kopi dan

tanaman kehutanan untuk keperluan penyulaman dan reboisasi pada Tahun 1999. Pada Bulan Mei 2000, dilaksanakan sosialisasi SK Direksi Perum Perhutani Nomor

66

1061/Kpts/Dir/2000 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), yang

menghasilkan kesepakatan untuk membuat percontohan budidaya kopi "Kartika Sari" (Kopi Ateng) di petak 39e Blok Kubangsari seluas 54,51 ha, sebagai hasil dari rembug/kesepakatan bersama antara Perum Perhutani dengan masyarakat.

Selanjutnya pada tanggal 29 Maret 2001, dikeluarkan SK Direksi Perum Perhutani Nomor 136/KPTS/DIR/2001, tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Masyarakat (PSDHBM), sebagai penyempurnaan dari SK Direksi Perum Perhutani Nomor: 1061/Kpts/Dir/2000.

Pada tahap pertama dilakukan penanaman kopi sebanyak 24.000 pohon. Pada Bulan Nopember 2001, dilakukan penanaman kopi tahap kedua secara serempak sebanyak 63.596 pohon. Sehingga jumlah total tanaman kopi sebanyak 87.596 pohon, diperkirakan dapat dipanen pada tahun 2004. Hingga tahun 2004, luas lahan

agroforestri yang dikerjasamakan seluas 64,51 ha. Jumlah luasan tersebut volumenya tergolong relatif kecil, karena kesadaran masyarakat masih kurang dan umumnya

terpaku pada komoditas sayur- mayur (hortikultura). Namun dengan memberikan motivasi dan pembinaan serta pengarahan secara terus - menerus, akhirnya masyarakat sadar dan kompak untuk melaksanakan alih komoditi dari tanaman hortikultura ke

tanaman kopi, karena di samping untuk pengamanan hutan dan konservasi, secara ekonomi ternyata sangat menguntungkan.

Dokumen terkait