• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

F. Penelitian Terdahulu

3. Desain Penelitian

khasanah intelektual, baik dalam bentuk dokumen, karya tulis dan lainnya yang dapat membantu kegiatan penelitian disertasi ini. Data penelitian juga terdapat di dalam perilaku perorangan baik dalam kaitannya dengan nilai-nilai keagamaan ataupun nilai sosio-kultural umumnya di masyarakat Kudus.

3. Desain Penelitian

Rangkaian kegiatan di dalam penelitian disertasi ini merupakan himpunan dari berbagai komponen, baik yang berkaitan dengan substansi penelitian, proses pelaksanaan kegiatan penelitian, pelaku dan subyek penelitian sebagai peneliti dan sekaligus informan serta berbagai kelengkapan lain yang diperlukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu model himpunan unsur-unsur kegiatan yang membentuk suatu rancangan atau desain kegiatan penelitian. Rumusan ini di dasarkan pada seperangkat perencanaan dan prosedur kegiatan yang merupakan gambaran keseluruhan utuh dari kegiatan

40

penelitian18. Dalam hal ini, komponen-komponen desain penelitian disusun sebagai berikut19 :

a. Hipotesa

Karakteristik penelitian seperti diuraikan di atas merupakan rumusan hubungan antara dua atau lebih faktor atau fenomena yang terdapat di dalam lokasi penelitian. Yang perlu ditegaskan adalah unsur hubungan tersebut merupakan salah satu sub-pengertian hipotesa di dalam penelitian20. Unsur pertama adalah perilaku hukum Islam yang dipraktikkan oleh masyarakat Kudus. Unsur kedua adalah tradisi lokal Kudus yang merupakan fenomena budaya serta tumbuh dari praktik perilaku tersebut. Permasalahan ini berkaitan dengan sifat dari data penelitian yang akan dikumpulkan di dalam kegiatan pengumpulan data. Data penelitian di dalam kegiatan ini, lebih merupakan fenomena

18 John W. Creswell, Research Desaign, (Los Angeles: Sage, 2009), 3.

19 Desain penelitian ini disusun dengan menyesuaikan karakter penelitian yang akan dilakukan. Karakter penelitian tersebut dapat meliputi, obyek penelitian yang akan diteliti, medan penelitian dan subyek penelitian serta variabel-variabel didalam kegiatan penelitian.

20Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Terj. Landu R. Simatupang, (Yogyakarta:UGM Press, 1990).

41

perilaku kemanusiaan yang sifatnya humanistik21

dalam kerangka fenomena humaniora22 dan bukan fenomena fisik yang mempunyai karakter fisika23 di dalam Ilmu Alam.

Dengan demikian, hipotesa penelitian tidak disiapkan dan dirumuskan sebelum kegiatan penelitian dimulai, akan tetapi menyatu dengan pengumpulan data dan kegiatan analisis. Dalam hal ini, peneliti juga berperan sebagai instrumen pengumpul data sekaligus sebagai perumus hipotesa dengan arahan serta pedoman dari kerangka teori seperti telah diuraikan sebelumnya.

Oleh karena itu, penelitian ini lebih mengarah pada desain penelitian yang menempatkan hipotesa bukan

21Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an Humanis adalah pendekatan di dalam psikologi yang menekankan kepada pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam merealisasikan potensi diri serta membantu manusia untuk memahami sifat dan keadaannya juga menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.

22 Humaniora, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya.

23 Fenomena kemanusiaan berbeda dengan fenomena fisika hal ini disebabkan oleh faktor kesadaran pelaku, pengertian dan peluang untuk memilih perbuatan tertentu serta kebebasan untuk merespons atau tidak merepons lingkungan yang dihadapi.

42

sebagai dugaan sementara, sebelum penelitian dimulai, akan tetapi merupakan bagian dari proses analisis dan pengumpulan data selama kegiatan penelitian berlangsung. Fungsi hipotesa adalah sebagai pemandu arah penelitian, pembatasan lingkup pengumpulan data, sementara kegiatan analisis lebih diarahkan oleh kerangka teori.

b. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini berkaitan dengan fenomena sosio kultural yang berisi pelaksanaan hukum Islam. Di dalam fenomena ini, terdapat sistem budaya yang dipahami sebagai himpunan keteraturan perilaku manusia yang terbangun oleh proses penyesuaian sepanjang perilaku sosialnya terbentuk24.

Tampak jelas di dalam fenomena penelitian ini adalah bahwa substansi di dalam obyek kegiatan merupakan perilaku manusia. Karakter fenomena seperti ini bukan semata-mata perbuatan akan tetapi perilaku. Artinya, sebagai perilaku kegiatan tersebut

24 Ernets Nagel, The Structure Of Science;Problem In The Logic Of

43

dilaksanakan di dalam kerangka makna, maksud dan tujuan yang mendasari seluruh kegiatan pelaku. Perlu dibedakan antara act meaning yang terkandung dalam perbuatan fisik non-psikis dan

action meaning yang terkandung di dalam perilaku

manusia25.

Dalam perkembangannya, fenomena tersebut melewati sebuah proses dan akhirnya menjadi struktur baru, baik oleh individu yang menjadi anggota kelompok ataupun oleh keseluruhan pihak yang terkait di dalam proses kegiatan ini. Pendeknya, fenomena tersebut merupakan realitas konstruktif yang merupakan produk kehidupan sosial. Oleh karena itu, berhadapan dengan fenomena penelitian seperti ini, peneliti harus menyeruak kebalik tampilan lahir perilaku, memasuki motivasi dan latarbelakang kejiwaan mereka dan mengaktifkan proses kejiwaan peneliti sendiri26. Dalam konteks seperti ini, paradigma penelitian yang memiliki relevansi dan koherensi

25 Abraham Kaplan, The Conduct Of Inquiry, (Pennsylvania: Chandler Publishing Company, 1964), 32.

26 Norman K. Denzin&Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative

44

dengan karakter tersebut di atas adalah paradigma naturalistik27. Dalam paradigma ini, sifat dan kondisi obyek dan medan penelitian tetap terjaga dan dipertahankan sifat aslinya. Peneliti tidak dalam posisi pengamat eksternal yang mengamati dari luar, akan tetapi sebagai pengamat partisipatoris meskipun dalam keadaan dan situasi tertentu peneliti berperan sebagai pihak eksternal28.

Oleh karena itu, metode penelitian kualitatif adalah alternatif yang paling akurat untuk memenuhi standar dan kualifikasi jenis penelitian disertasi ini. Atas dasar pilihan pertimbangan filosofis, karakter data, sifat analisis dan tujuan penelitian maka rumusan metode kualitatif dapat dimanfaatkan29. Dalam konteks ini, posisi peneliti dan kegiatan penelitian lebih berada pada varian Theory Building

27Penelitian Naturalistik sering disebut dengan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alami dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Lihat dalam, Noeng Muhadjir, Metode Penelitian KualitatifPendekatan Positivistik Rasionalistik

Phenomenologik Dan Realisme Metafisik;Pendekatan Studi Teks Dan Penelitian Agama,(Yogyakarta:Rake Sarasin, 1989), 66.

28 James P. Spradley, Participant Observations, (United State America:Rinehart And Wistons, 1980), 53.

29 Mudjahirin Thohir, Refleksi Pengalaman Penelitian Lapangan, (Semarang:Fasindo, 2011), 103.

45

dan bukan pada Theory Testing. Sifat realitas konstruktif dengan substansi perilaku sosio-kultural dan paradigma naturalistik yang mendasarinya akan mudah dilakukan oleh jenis penelitian ini30.

c. Metode Pengumpulan Data 1). Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan dan dimanfaatkan dalam penelitian disertasi ini di antarannya adalah observasi. Metode observasi dilakukan melalui pengamatan terhadap obyek di dalam penelitian dengan menggunakan media indrawi peneliti baik penglihatan, pendengaran dan atau pemberdayaan panca indra lainnya. Metode pengumpulan data melalui observasi ini merupakan komponen primer dalam pengumpulan data dengan memanfaatkan kehadiran peneliti sebagai pelaku kegiatan, sehingga dapat disebut observasi

30 Glynis M. Breakwell Ed.all, Research Methods In

46

partisipatoris31. Peneliti mengamati obyek penelitian dengan konsep dan teori yang digunakan untuk memahami fenomena yang menjadi data penelitian.

2) Wawancara

Metode lain yang dapat dimanfaatkan dalam pengumpulan data adalah teknik interview atau wawancara. Metode wawancara ini dititikberatkan kepada prosedur tanya-jawab antara peneliti dengan informan32. Adapun obyeknya adalah pengambil kebijakan di dalam komunitas orang beriman seperti ulama, pemerintah ataupun individu dan umat non Islam. Obyek wawancara dapat pula melebar ke pihak-pihak lain sesuai dengan keperluan dan relevansinya dengan kegiatan penelitian.

31 James P. Spradley, Participant Observations, (United State America:Rinehart And Wistons, 1980),33.

32 John J. Shaughnessy&Augene B. Zechmeister, Reseacrh Methods

47 3) Dokumentasi

Sumber data lain yang digunakan dalam pengumpulan data adalah arsip atau dokumen33. Dokumen adalah setiap bahan tertulis, yang dimiliki oleh individu atau institusi atau lembaga tertentu baik formal atau non-formal dan memiliki keabsahan legal. Dokumen sendiri mempunyai dua jenis, dokumen pribadi berkaitan dengan kegiatan penelitian yang dimiliki oleh komunitas tertentu dan dokumen resmi yang dikeluarkan oleh lembaga atau institusi berbadan hukum.

d. Metode Analisis Data

Metode di dalam analisis menggunakan pendekatan antropologis terhadap fenomena yang memiliki karakter keberagamaan khususnya perbuatan hukum Islam. Posisi peneliti yang berada di lokasi penelitian sekaligus sebagai pengumpul data dan pelaku analisis. Standar kualifikasi tersebut

33 Norman K. Denzin&Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative

48

merupakan standar metodologi penelitian kualitatif yang berbasis paradigma naturalistik34.

Di lapangan, peneliti bertemu dengan kenyataan faktual yang berisi segala macam informasi tentang masyarakat Kudus. Muatan informasi ini dapat dalam bentuk perilaku masyarakat baik individu atau kelompok, bersifat agama, sosial, ekonomi, budaya dan seluruh aspek kehidupan. Tetapi tidak semua substansi informasi tersebut dapat digunakan peneliti karena hanya merupakan fakta. Untuk itu langkah peneliti selanjutnya adalah memilah informasi yang berkaitan dengan data, baik tentang variabel perbuatan hukum Islam atau tradisi lokal sekaligus hubungan diantara keduanya. Data penelitian yang dikumpulkan peneliti dapat juga berupa perilaku kemanusiaan, baik bersifat individu atau kelompok dan dilakukan dalam berbagai bentuknya. Selain itu data juga dapat dalam bentuk pemikiran, dokumen atau bahkan simbol budaya dan artefak lainnya. Atas dasar pertimbangan efektifitas, peneliti dapat menggunakan teknik sampling dalam menentukan

34 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,

49

sumber informasi yang akan memberikan data penelitian. Teknik sampling yang digunakan peneliti dapat bersifat geografis, sampling sosio kultural ataupun teknik sampling yang berkaitan dengan situasi dan kondisi lapangan. Dengan demikian, ketika peneliti berhadapan dengan medan penelitian, ia sekaligus menentukan sampling, mengumpulkan data sebagai persiapan perumusan hipotesa awal. Data penelitian yang diperoleh melalui teknik ini adalah himpunan satuan data dalam berbagai bentuk pengulangannya sesuai dengan lokasi penelitian. Rekaman data tersebut dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik kartu satuan data. Jumlah dari kartu tersebut dapat tidak terbatas dan senantiasa bertambah dan berkurang sejalan dengan teknik sampling dan pengumpulan data yang dilakukan.

Tahap selanjutnya setelah data terkumpul adalah analisis data dengan melakukan pengorganisasian data menurut kandungan informasi yang ada di dalamnya dengan teknik reduksi data sebagai uji

50

validitasnya35. Dalam melakukan organisasi data, peneliti mengelompokkan kartu data untuk menghindari pengulangan yang tidak diperlukan. Organisasi data yang dihasilkan adalah sejumlah satuan kartu data yang telah mengalami pengurangan jumlah karena data yang memiliki persamaan informasi dianggap hanya satu satuan data. Pada tahap ini, organisasi data belum menampilkan struktur informasi di dalamnya, sehingga diperlukan langkah lanjut untuk menyusun organisasi data atas dasar acuan kerangka teori yang menjadi pijakan penelitian.

Hasil dari proses ini adalah temuan satuan data36, dalam bentuk informasi tentang perbuatan hukum Islam dan tradisi lokal masyarakat Kudus. Menurut Yvonna Lincoln, satuan data ini meliputi dua unsur. Pertama adalah heuristic 37 dan kedua adalah

35 John J. Shaughnessy&Augene B. Zechmeister, Reseacrh Methods

In Psychology, (New York: Alfred A. Knof, 1985),56.

36 Karakter satuan praktik hukum Islam meliputi pelaku, tipologi dan kualitas iman, peran dan status di masyarakat, institusi dan komunitas serta sample-sample individu yang khusus. Sedangkan karakter satuan tradisi lokal meliputi muatan substansial tradisi, intitusi dan komunitas budaya, tipologi dan model serta simbol-simbol budaya.

37 Heuristik adalah seni dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan suatu penemuan. Kata ini berasal dari akar yang sama dalam bahasa

51

informasi yang dapat berdiri sendiri38. Langkah ini merupakan standar operasional sebagai upaya untuk menemukan dan menyusun kategorisasi. Kategori ini digunakan untuk mengelompokkan data kemudian disusun atas dasar pikiran, konsep, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu39. Substansi kategori dalam analisis ini pada dasarnya bersumber dari fenomena perbuatan hukum Islam dan tradisi lokal Kudus.

Satuan data atas dasar kategorisasi dalam proses tersebut menghasilkan himpunan perangkat analisis Yunani dengan kata "eureka", berarti 'untuk menemukan'. Heuristik yang berkaitan dengan pemecahan masalah adalah cara menujukan pemikiran seseorang dalam melakukan proses pemecahan sampai masalah tersebut berhasil dipecahkan. Heuristik mungkin tidak selalu mencapai hasil yang diinginkan atau memecahkan masalah atau mungin justru menimbulkan masalah baru untuk dipecahkan, tetapi proses heuristik ini dapat teramat berharga pada proses berpikir seseorang di mana pada proses pemecahan masalah banyak menuntut pemikiran relasional antar komponen yang membentuk masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas pemikiran yang lebih tinggi. Heuristik yang baik secara dramatis bisa mengurangi waktu yang diharuskan memecahkan masalah dengan menghapuskan keperluan untuk mempertimbangkan kemungkinan atau relasi antar komponen pembentuk masalah yang mungkin tidak relevan digunakan. Lihat dalam, Yvonna Lincoln&Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (London: Sage, 1985), 223.

38 Yvonna Lincoln&Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, (London: Sage, 1985), 223.

39 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,

52

yang di satu pihak bersumber dari kerangka teori dan di pihak lain sebagai substansi penyusunan hipotesa. Pada tahap ini, peneliti telah menemukan kelompok kategori baik sebagai komponen variabel hukum Islam dan tradisi lokal masyarakat Kudus atau hubungan dialektis di antara keduanya. Substansi kategori merupakan jabaran konsep, pemikiran dan juga profil perbuatan hukum. Substansi kategori tradisi lokal masyarakat Kudus dapat berupa pengertian, anggapan, kepercayaan perilaku sosial budaya bahkan simbol budaya yang terdapat di dalam masyarakat. Substansi kategori di dalam hubungan dialektis bersumber dari unsur tesa dan antitesa yang bertentangan namun dapat dipertemukan dalam bentuk himpunan yang baru. Substansi tersebut dapat juga berupa tafsiran pengertian, kerangka pikir, rumusan baru atau bahkan perilaku dan simbol baru yang dimungkinkan oleh proses dialektika. Atas dasar kategori ini, peneliti telah mampu menyusun hipotesa awal yang senantiasa terus diuji dan dibandingkan dengan proses kategorisasi selanjutnya.

53

Jumlah kategori yang dapat diperoleh bisa tidak terbatas jumlahnya serta dapat dikelompokkan menurut satuan himpunan yang terus berkembang. Mekanisme analisis yang dipergunakan untuk merespons langkah ini adalah analisis komponen yang merupakan sistem analisis untuk mencari kaitan antara sifat, muatan dan hal ihwal dengan simbol-simbol kultural yang menjadi latarbelakangnya40. Di dalam analisis komponen ini, dapat dilakukan pengembangan pertanyaan, tidak hanya tentang satuan data akan tetapi juga bagaimana pola, sifat dan tipologi keterkaitan di antara unsur-unsur tersebut untuk mencari hubungan dialektis antara perbuatan hukum Islam dengan tradisi lokal. Efektifitas analisis dapat dilakukan dengan teknik pengembangan pertanyaan analisis. Melalui teknik ini pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dapat terus dikembangkan mengikuti arah, alur dan materi pertanyaan ketika analisis dilakukan. Pengembangan pertanyaan analisis ini juga

40 James P. Spradley, The Ethnographic Interview, (New York:Rinehart Winston, 1979), 174.

54

bermanfaat untuk meningkatkan akurasi penyusunan teori dan proses pemaknaan41.

Pada tahap ini, peneliti berhadapan dengan sejumlah kategori sebagai hasil dari proses kategorisasi yang jumlahnya juga dapat tidak terbatas. Di dalam masing-masing kategori berisi materi pikiran, perilaku, konteks sosial budaya bahkan dalam bentuk fenomena fisik sebagai laporan data penelitian melalui proses kategorisasi tersebut. Apa yang dilakukan peneliti adalah memahami, memilah kemudian mengurai isi di dalam substansi data tersebut. Proses pemilahan dan menemukan karakter komponen di dalam laporan tersebut merupakan inti kegiatan analisis komponen. Langkah lanjutnya adalah mencari hubungan antara karakter komponen di dalam masing-masing kategori satu dengan lainnya, sehingga dapat dirumuskan pengertian akhir yang dihasilkan oleh analisis tersebut. Dalam pelaksanaan operasionalnya, analisis komponen tersebut menyatu dengan uji validitas hipotesa

41 Robert C. Bogdan&Sari Knopp Biklen, Qualitative Reseacrh For

Education:An Introduction To Theory And Method, (Boston:Ally Bacon Inc.,

55

sementara sehingga dihasilkan konstruksi hipotesa yang memenuhi kaidah penelitian.

Hasil yang diperoleh di dalam langkah ini adalah jumlah tidak terbatas kategori dalam fenomena pluraritas perbuatan hukum Islam yang berlangsung di lokasi penelitian. Metode analisis berikutnya yang digunakan oleh peneliti adalah metode komparatif konstan. Langkah ini dilakukan dengan cara membandingkan data dan gejala di dalam kategori; 1)memadukan kategori serta cirinya;2)membatasi lingkup teori dan menuliskan teorinya. Hasilnya adalah menemukan substansi bahan teori yang merupakan jawaban terhadap rumusan masalah. Oleh karena itu, keseluruhan proses analisis dan kegiatan penelitian ini disebut dengan grounded

Theory42. Kegiatan operasional analisis komponen

42Grounded theory sebagai sebuah metode penelitian induktif

terhadap wilayah yang belum begitu diketahui. Penelitian ini mencoba membangun sebuah pengetahuan dari awal yang berbasis pada data di lapangan. Secara umum grounded theory dapat digunakan untuk situasi sebagai berikut: 1)Wilayah penelitian yang belum banyak diketahui;2)Belum ada teori yang menjelaskan keadaaan yang terjadi;3)Peneliti ingin membandingkan/menantang teori yang sudah ada;4)Peneliti ingin mencari tahu pemahaman, persepsi, dan pengalaman partisipan;5)Peneilitian ini bertjuan membagun suatu teori yang baru Keunggulan metode ini ada pada kemampuannya untuk meneliti wilayah-wilayah yang belum memiliki

56

tersebut dilakukan terus menerus dengan membandingkan analisis terhadap kategori yang satu dengan yang lainnya. Kegiatan analisis komporatif tersebut dilakukan berkesinambungan oleh peneliti. Bukan tidak mungkin kegiatan analisis ini masih dibandingkan dengan langkah pengumpulan data terbaru sebagai upaya pengujian akhir materi laporan data di dalam analisis konten. Keseluruhan langkah komparatif tersebut dilakukan secara terencana, terstruktur menurut keharusan uji validitas. Titik akhir yang dapat menjadi titik penyelesaian kegiatan apabila telah ditemukan titik jenuh uji komparatif konstan tersebut. Parameter titik jenuh ini adalah hasil uji analisis yang sama meskipun dengan dilakukan langkah operasional komparatif yang berulang-ulang. Pada tahap ini keseluruhan materi produk analisis merupakan hipotesa akhir yang siap ditulis di dalam laporan penelitian.

banyak penjelasan atau teori. Selain itu metodenya yang berbasis data bisa dikatakan lebih sesuai dan mengakomodasi perbedaan yang ada sesuai dengan kenyataan di lapangan. Lihat dalam Barney Glaser&Anselm L. Strauss, Penemuan Teori Graunded, Terj.Syakur Ibrahim&Machrus Syamsudin, (Surabaya:Usaha Nasional, 1985), 172.

57 H. Sistematika Penulisan Disertasi

Sesuai dengan kaidah metodologi di dalam penulisan laporan hasil penelitian, koherensi dengan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dan analisis data, materi penulisan laporan ini dapat memanfaatkan model verbalisasi metaforal43. Sistematika penulisan disertasi ini disusun berdasarkan panduan penulisan tesis dan disertasi Progam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Sistematika diawali oleh uraian tentang latarbelakang permasalahan penelitian disertasi. Latar belakang tersebut adalah adanya gap atau celah antara hukum Islam sebagai norma yang bersifat tetap, tidak berubah dengan konteks ruang waktu pelaksaan yang senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Selain latar belakang masalah tersebut, di bab ini juga dibahas tentang rumusan permasalahan berdasarkan latar belakang masalah tersebut.

Di dalam kerangka teori dipaparkan teori-teori yang disusun secara sistematis dan memiliki kaitan serta hubungan logis menjadi sebuah kerangka teori yang akan

43 Verbalisasi Metafora merupakan pengalaman dan pemahaman tentang materi realitas dan kenyataan faktual yang kemudian ditampilkan dalam ungkapan komparatif dengan terminologi yang koheren.

58

digunakan dalam menganalisis fenomena-fenomena yang menjadi data atau obyek penelitian. Teori yang digunakan meliputi pengertian, proses serta hasil dialektika antara hukum Islam dan konteks lokal, dalam hal ini adalah masyarakat kota Kudus. Selain itu disertakan juga teori hukum Islam baik hukum Islam dalam aspek normatif, pengertian hukum Islam, hukum Islam sebagai perilaku, hukum Islam sebagai grand concept dan grand theory serta hukum Islam sebagai sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan atau dalam istilah Fiqh di sebut dengan ‘urf.

Data penelitian sepenuhnya berisi tentang fenomena keberagamaan di kota Kudus yang merupakan data penelitian. Data penelitian ini merupakan perilaku masyarakat berbasis hukum Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Perilaku masyarakat berbasis hukum ini tentu saja adalah sebuah hasil dari proses dialektika dengan antara hukum Islam dengan konteks atau tradisi lokal Kudus yang berwarna Hindu-Budha.

Analisis data penelitian difokuskan kepada praktik hukum sebagai perilaku masyarakat. Oleh karena itu, uraian ini sepenuhnya adalah kegiatan berpikir dalam bentuk proses analisis dengan bantuan teori-teori yang relevan terhadap fenomena yang menjadi data penelitian. Teori teori tersebut memaparkan argument bahwa fenomena tradisi lokal Islam

59

Kudus merupakan sebuah fakta hukum. Fakta hukum ini bermula dari praktik hukum di dalam kehidupan konkret orang beriman. Karena merupakan sebuah prakti hukum di dalam kehidupan konkret, maka tradisi lokal Islam Kudus juga merupakan sebuah fakta hukum yang berdialektika dengan koteks lokal Kudus. Sebagai perilaku dan perbuatan hukum di dalam masyarakat, praktik tersebut berkembang menjadi fenomena sosio-kultural.

Dengan demikian, analisis berisi argumentasi penulis diperkuat oleh adanya teori yang mendukung. Setelah menjadi sebuah fakta hukum dari praktik hukum, kemudian terjadi proses dialektika di dalam masyarakat Kudus. Maka yang terjadi adalah kesinambungan di dalam proses dialektika tersebut. Kesinambungan dari proses dialektika tersebut adalah lahirnya sebuah budaya baru dalam masyarakat. Sebuah budaya yang

Dokumen terkait