• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI

6. Model Diatesis Stress

2.5 Design Pembelajaran Model Assure

Model Assure ini adalah salah satu model desain sangat logis dan sederhana dan diciptakan satu pemandu prosedur untuk perencanaan dan menjalankan pembelajaran yang menggabungkan media (Heinich et al.: 31, 1999). Suatu desain baik pelajaran memulai dengan menangkap perhatiannya pembelajar, menyatakan maksud tujuan yang akan dijumpai, mempresentasikan materi baru, melibatkan murid dipraktek, menilai pemahaman penyediaan umpan balik dan akhirnya menyediakan aktivitas tindak lanjut. Model Assure ini adalah pembelajaran yang sangat memusatkan ke siswa. Model Assure ini memfokuskan pada karakteristik umumnya pelajar, mengidentifikasi kemampuan awal spesifik yang dikehendaki, dan mengevaluasi gaya pembelajaran.

Sasaran pembelajaran model Assure ini yang baik harus mempunyai empat bagian yaitu pendengar, perilaku, kondisi, dan derajat keakuratan (Heinich et al. 2001). Sasaran tersebut bisa sebagai siswa sekolah dasar (SD). Siswa SD tentunya memiliki pemahaman pendengaran yang berbeda jika dibandingkan antar kelas 3 dengan kelas 6. Setelah mendengar perintah dari kegiatan pembelajaran maka mereka juga memiliki perilaku yang berbeda pula. Kondisi dari hasil belajar yang dilakukan mereka juga akan berbeda. Sebagai contoh tentang penggunaan kalkulator jika diberikan pada siswa kelas 3 dan kelas 6. Jika untuk mengukur derajat keakuratan maka dapat dihitung dengan 80 % jawaban yang benar. Sebagai contoh, jika siswa menjawab 4 jawaban yang benar dari 5 jawaban yang diberikan.

Neal S. dan Susan G.M. (2006: 41) mengemukakan bahwa the ASSURE model selects and implements instructional technology and media within learning activities. Maksud mereka adalah bahwa model ASSURE memilih dan menerapkan pembelajaran teknologi dan media dalam aktivitas belajar. Pemilihan media pembelajaran yang dilakukan guru akan mempengaruhi aktivitas belajar yang dialami para siswanya. .

Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. (2009: 3) menyatakan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Istilah strategi pembelajaran dapat diketahui dari penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.

Benny Agus Pribadi (2009: 111) berpendapat bahwa model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di kelas secara aktual. Model ini sangat membantu para desainer dan pengajar untuk mengetahui tentang bagaimana pembelajaran akan dilakukan.

Menurut Dewi Salma Prawiladilaga (2007: 47) walaupun model ASSURE berorientasi pada KBM tetapi model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran pada model ini dikembangkan melalui select methods, media, utilize materials, dan learner participation.

Ada enam langkah untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan desain pembelajaran model ASSURE. Langkah-langkah tersebut yaitu a) analyze learner, b) state objectives, c) select methods and media, d). utilize materials, e) requires learner participation, also f) evaluate and revise. Namun peneliti ingin membagi langkah pada butir ketiga yaitu select methods and media menjadi dua bagian. Peneliti pun mengkaji butir ketiga tadi menjadi select methods and select media yang masing-masing pemilihan metode, media, dan penggunaan materi/bahan ajar memiliki kajian sendiri.

Pembelajar adalah pihak yang menjadi fokus suatu pembelajaran (Dewi Salma Prawiladilaga, 2007: 37). Informasi yang paling diperlukan untuk diketahui dalam pembelajaran yaitu sifat/watak siswa. Guru harus mengetahui sifat/watak yang baik dan kurang baik yang dimiliki oleh para siswa.

Sumiati dan Asra (2009: 4) berpendapat bahwa pada awal pembelajaran itu guru lebih aktif karena banyak yang harus dilakukan. Namun pada proses pembelajaran selanjutnya, guru menjadi semakin pasif. Pada bagian tengah dan akhir pembelajaran, siswa lebih aktif karena merekalah yang lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Benny Agus Pribadi (2009: 113) mengemukakan bahwa langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ASSURE adalah mengidentifikasistudent’s characteristic yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Setiap siswa pasti memiliki sifat/watak yang berbeda-beda dalam menghadapi suatu proses pembelajaran. Hal ini menjadi tugas seorang guru untuk menganalisis siswa dalam sebuah pembelajaran.

Nasution (2005: 33) menyatakan bahwa setiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dulu menerima jika para siswa yang berada dalam kelas itu tidak sama pandainya. Dalam setiap pembelajaran, siswa merupakan faktor terpenting. Siswa yang lebih pintar dapat digunakan sebagai pembantu guru dalam proses pembelajaran.

b. State Objectives (Menyatakan Maksud Tujuan)

Toto Ruhimat, et al. (2011: 148) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang diperoleh siswa tentu saja tergantung dari tujuan awal pembelajaran yang disusun oleh guru. Rumusan tujuan pembelajaran merupakan penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar jika mereka telah selesai dan berhasil menguasai materi ajar tertentu (Dewi Salma Prawiladilaga, 2007: 37). Dalam merumuskan

tujuannya, seorang guru terlebih dulu harus mengenali kemampuan yang dimiliki para siswa.

Sumiati dan Asra (2009: 10) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu tentang apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Dalam sistem pembelajaran, tujuan adalah sasaran yang dituju. Suatu sasaran harus jelas menggambarkan sesuatu keadaan. Jadi, tujuan pembelajaran harus dapat member gambaran secara jelas tentang bentuk perilaku yang diharapkan.

Nasution (2005: 177) menyatakan bahwa hendaknya tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk kemampuan yakni hal-hal yang dilakukannya dan yang tidak dapa dilakukannya sebelum siswa belajar. Seorang guru harus memahami kemampuan para siswanya dulu sebelum menyusun tujuan pembelajaran.

c. Select Methods (Memilih Metode-metode)

Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. (2009: 2) menyatakan bahwa Metode merupakan jabaran dari pendekatan dan satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Dalam suatu pembelajaran, guru harus mampu menggunakan pendekatan yang sesuai dengan apa yang dipelajari oleh para siswa. Pendekatan yang dilakukan bapak dan ibu guru tersebut dapat diwujudkan dengan memilih metode pembelajaran yang akan dipakai.

Sumiati dan Asra (2009: 92) berpendapat bahwa metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran memungkinkan setiap siswa supaya dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.

Toto Ruhimat, et al. (2011: 153) menyatakan bahwa metode dan teknik di dalam proses belajar mengajar bergantung pada tingkah laku yang terkandung di dalam rumusan tersebut. Metode dan teknik yang digunakan untuk tujuan menyangkut

pengetahuan akan berbeda dengan metode dan teknik yang digunakan untuk tujuan yang menyangkut ketrampilan atau sikap.

Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. (2009: 10) mengemukakan bahwa terdapat 10 metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Sepuluh metode pembelajaran tersebut adalah

1) Metode Audiolingual

Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural ini, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.

2) Metode Komunikatif

Contoh dari metode komunikatif ini yaitu menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis, dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih intensif.

3) Metode Produktif

Dengan menggunakan metode produktif ini diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Siswa diharapkan akan terbiasa dengan temannya dan para guru.

4) Metode Langsung

Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat.

Siswa diberi latihan-latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik secara langsung.

5) Metode Partisipatori

Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif.

6) Metode Membaca

Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang diperlukan dalam belajar siswa. Contoh dari metode ini yaitu pemberian tugas seperti mengarang (isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan. 7) Metode Tematik

Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

8) Metode Kuantum

Quantum Learning (QL) atau pembelajaran quantum lebih mengutamakan kecepatan belajar dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran

maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

9) Metode Diskusi

Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Terjadi secara langsung dan bersifat student centered (berpusat pada siswa). Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.

10) Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)

Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang dikerjakan siswa.

d. Select Media (Memilih Media)

Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) mengemukakan bahwa media adalah sumber belajar dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Guru harus mampu memilih media untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran. Penggunaan suatu benda sebagai media merupakan suatu cara yang ditempuh seorang guru untuk memberikan pengetahuan pembelajaran kepada siswanya.

Sumiati dan Asra (2009: 160) berpendapat bahwa media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata.

Toto Ruhimat, et al. (2011: 162) menyatakan bahwa media visual adalah media yang paling sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Media ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Dengan melihat, para siswa diharapkan tertarik oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 17) berpendapat bahwa dalam usaha menggunakan media dalam proses pembelajaran, perlu bagi pendidik untuk memperhatikan pedoman umum dalam penggunaan media sebagai berikut:

1) Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, pemanfaatan kombinasi dua atau lebih media akan lebih mampu membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

2) Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan demikian, pemanfaatan media harus menjadi bagian integral dari penyajian pelajaran.

3) Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan.

4) Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5) Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti melihat lagi media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajaran dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan

cara ini pemanfaatan media diharapkan tidak akan mengganggu kelancaran proses pembelajaran dan mengurangi waktu.

6) Pembelajaran perlu disiapkan sebelum media digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal yang penting selama penyajian dengan media berlangsung.

7) Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta.

e. Utilize Materials (Menggunakan Materi-materi)

Gayle Mindes (2006: 105) berpendapat bahwa The classroom may contain materials passed from one group of children to another, for example, our book on the trip to the fire station. This book then becomes a part of the cultural history of children and a resource for the class. Menurut Gayle Mindes, buku bisa menjadi salah satu materi/bahan ajar yang dapat digunakan pada proses pembelajaran.

Sumiati dan Asra (2009: 92) berpendapat bahwa untuk melaksanakan proses pembelajaran suatu materi pembelajaran maka perlu dipikirkan kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi, dan waktu.

Toto Ruhimat, et al. (2011: 152) menyatakan bahwa bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya. Bahan atau materi pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Bahan atau materi pembelajaran yang berlebihan dalam penggunaannya akan membebani pikiran siswa. Bahan atau materi pembelajaran yang kaji dalam penelitian ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia.

Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 25) berpendapat bahwa Pembelajaran keempat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis bisa dilakukan dengan menggunakan media audio visual, komputer, dan mengakses internet. Berikut ini akan dijabarkan pengembangan media itu berdasarkan empat aspek tersebut:

1). Media pembelajaran dikaitkan dengan aspek menyimak.

Dalam pelajaran menyimak media yang digunakan yaitu: guru, siswa, radio, dan tape recorder. Contoh:

a) Guru membacakan satu cerita dari sebuah wacana,

b) Siswa mendengarkan dan dapat menceritakan kembali cerita tersebut dengan bahasanya sendiri.

c) Siswa menceritakan pengalamannya saat liburan yang lain mendengarkan. d) Siswa diberi tugas mendengarkan berita dan drama dari radio.

e) Dengan tape recorder guru dapat memperdengarkan rekaman puisi, drama, pidato, dan lain-lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

2). Dalam pembelajaran berbicara, media yang dapat digunakan yaitu: kartu kata, gambar.

a) Kartu kata, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi kata-kata ungkapan kemudian siswa disuruh membuat kalimat menggunakan kata ungkapan yang diperoleh dari kartu yang diambil.

b) Siswa dapat menceritakan isi gambar yang dipasang di depan kelas secara sistematis sehingga menjadi satu cerita yang utuh.

3). Dalam pembelajaran membaca, media yang dapat digunakan yaitu wacana.

Sebuah wacana dipotong menjadi penggalan-penggalan yang kemudian paragrafnya diacak. Setelah itu siswa disuruh menyusun kembali menjadi wacana utuh yang

kemudian siswa membaca wacana tersebut sesuai dengan butir pembelajaran yang diajarkan.

4). Dalam pembelajaran menulis media yang dapat digunakan yaitu:gambar, benda, kartu.

a) Gambar, guru memperlihatkan gambar seri, siswa ditugasimenceritakan rangkaian gambar tersebut secara tertulis.

b) Benda, sebuah benda nyata yang ada di dalam kelas dapatdijadikan bahan oleh siswa untuk menulis sebuah cerita.

c) Kartu, yang bisa berisi gambar atau simbol-simbol dapat diberikan pada siswa dan siswa dapat menjelaskannya secara tertulis.

f) Requires Learner Participation (Menghendaki Partisipasi Pembelajar) Farida Rahim (2008: 28) mengatakan bahwa guru yang kurang memperhatikan keterlibatan siswa atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar akan mengurangi motivasi membaca siswa. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa tersebut hendaknya guru mengawasi dan memonitor para siswa dalam proses pembelajaran di ruang kelas.

Sumiati dan Asra (2009: 40) berpendapat bahwa siswa harus aktif dalam melakukan sesuatu pada proses pembelajaran. Siswa harus terlibat secara emosional dalam pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat menyesuaikan diri secara lebih baik dengan berbagai kemajuan dan lingkungan yang lebih luas. Benny Agus Pribadi (2009: 115) mengemukakan bahwa proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari. Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktivitas mental siswa dengan materi/bahan ajar apa yang akan dipelajari.

Toto Ruhimat, et al. (2011: 152) menyatakan bahwa diskusi merupakan proses tukar pendapat di antara para partisipan. Dengan metode diskusi, para siswa diharapakan belajar lebih aktif untuk menemukan rumusan hasil diskusi secara masing-masing. Banyak keuntungan yang dapat diraih oleh siswa dari aktivitas belajar melalui diskusi.

Sumiati dan Asra (2009: 125) berpendapat bahwa penguatan (reinforcement) adalah bentuk respon guru dengan menggunakan berbagai bentuk perilaku terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa. Jika guru mengajukan pertanyaan kemudian siswa menjawabnya maka guru hendaknya memberikan reaksi. Ada dua jenis penguatan yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal dapat berbentuk kalimat, kata-kata pujian, penghargaan dan sebagainya. Penguatan non verbal dapat berbentuk dengan gerakan isyarat tubuh, sentuhan tubuh, pemberian hadiah, dan sebagainya.

g) Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Merevisi)

Wayne E.Ross (2006: 200) berpendapat bahwaassessment in schools is most often conceived as a means to identify what students knows and can do, that is, it is assessment of learning. Maksud Wayne E.Ross yaitu penilaian di sekolah adalah paling sering terbayangkan seperti sebuah makna untuk mengidentifikasi apa diketahui murid dan dapat dilakukan, yaitu, ini adalah penilaian dari pembelajaran. Menurut Wayne E.Ross, penilaian proses pembelajaran itu digunakan untuk mengetahui tentang suatu hal yang dikerjakan siswa dalam menghadapi pembelajaran. Hasil dari penilaian menjadi target dari evaluasi yang akan dicapai. Sumiati dan Asra (2009: 200) berpendapat bahwa fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan sudah tercapai. Evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Evaluasi akan memberikan

informasi tingkat pencapaian belajar siswa. Informasi tentang kesulitan belajar akan diperoleh dari hasil analisis evaluasi.

Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah (2009: 64) menyatakan bahwa Penilaian dan pengukuran adalah bagian dari evaluasi. Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur keputusan tentang nilai suatu program (value judgement). Dalam melakukan keputusan, diperlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.

Benny Agus Pribadi (2009: 116) mengemukakan bahwa proses evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran. Revisi merupakan langkah yang harus dikembangkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada dalam proses pembelajaran.

Dokumen terkait