• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

Data Tambahan Yang Diperoleh

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada usaha Rosa Poultry Farm, terdapat data tambahan sebagai berikut:

Biaya usaha yang terdiri dari:

1) Biaya konsumsi untuk penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai sebesar Rp128.614.115,00

2) Biaya kesejahteraan karyawan berupa biaya pengobatan dan biaya beras untuk karyawan sebesar Rp206.779.075,00

3) Biaya taktis berupa sumbangan-sumbangan untuk kegiatan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan sebesar Rp21.352.000,00

B. Analisis Data

Data yang telah diperoleh tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis permasalahan berikut:

a. Benar

Dikatakan benar apabila dalam perhitungan dan penerapannya sudah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan. Termasuk penulisan dan sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1) Formulir 1770-I (Bagian A)

Bagian ini hanya diisi oleh wajib pajak yang menggunakan pembukuan, untuk melaporkan besarnya penghasilan neto dalam negeri dari usaha dan/atau pekerjaan bebas yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan

 

anak/anak angkat yang belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan.

Penghasilan Dari Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Berdasarkan Laporan Keuangan Komersial

Jumlah seluruh penghasilan dari kegiatan/usaha pokok dan/atau dari pekerjaan bebas yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak termasuk isteri dan anak yang belum dewasa selama Tahun 5 Pajak yang bersangkutan berdasarkan pembukuan, termasuk di dalamnya penghasilan dari kegiatan pokok yang dikenakan PPh Final.

Penghasilan yang dilakukan Wajib Pajak menurut Laporan Laba/Rugi berupa penjualan telur senilai Rp11.857.190.150,00

Harga Pokok Penjualan

Jumlah Harga Pokok Penjualan menurut pembukuan.

Berikut adalah rincian Harga Pokok Penjualan menurut Laporan Laba/Rugi:

Tabel 5.4 Harga Pokok Penjualan

KETERANGAN JUMLAH Persediaan awal

Pembelian Persediaan akhir Harga pokok penjualan

Rp408.478.230 Rp11.793.658.546 Rp11.202.136.776 Rp579.191.569 Rp10.622.945.207 Sumber: Data diolah

 

Laba/Rugi Bruto Usaha

Hasil pengurangan peredaran usaha dengan harga pokok penjualan.

Berikut adalah penghitungan Laba/Rugi Bruto Usaha: Tabel 5.5 Laba/Rugi Bruto Usaha

KETERANGAN JUMLAH Peredaran usaha

Harga pokok penjualan Laba/Rugi bruto usaha

Rp11.857.190.500 Rp10.622.945.207 Rp1.234.245.293 Sumber: Data diolah

Biaya Usaha

Seluruh jumlah biaya usaha yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh, menagih, dan memelihara penghasilan. Berikut adalah rincian biaya usaha menurut Laporan Laba/Rugi:

a. Biaya Gaji karyawan sebesar Rp301.800.000 untuk membiayai gaji para karyawan dan memberikan tunjangan pada mereka.

b. Biaya BBM Operasional sebesar Rp187.088.600 untuk membiayai pembeliaan bahan bakar untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti BBM untuk kemdaraan operasional

c. Biaya Spare Part & STNK sebesar Rp94.821.250 untuk membiayai perawatan kendaraan operasional perusahaan dan perpanjangan STNK

 

d. Biaya Pemeliharaan Bangunan sebesar  Rp261.839.950 untuk membiayai perbaikan bangunan berupa kantor dan kandang

e. Biaya Administrasi sebesar Rp3.954.450 untuk membiayai pembelian buku-buku keuangan, biaya fotocopy, dan peralatan kantor

f. Biaya Telepon sebesar Rp19.240.031 untuk membiayai tagihan telepon kantor

g. Biaya Listrik & Air sebesar  Rp65.938.860 untuk membiayai tagihan listrik dikantor maupun kandang dan pembelian air untuk kandang

h. Biaya Pembelian sebesar Rp21.352.000 untuk membiayai pembelian obat, pakan ternak, pullet, dan DOC.

i. Biaya Penjualan sebesar Rp13.550.500 untuk membiayai tas plastik, peti kayu, dan sekam

j. Biaya Bank sebesar  Rp135.575.152 untuk pelunasan cicilan bank dan buku transfer.

k. Biaya Ternak sebesar  Rp36.502.500 untuk membiayai pembelian obat dan keperluan ternak lainnya.

 

Tabel 5.6 Biaya Gaji

KETERANGAN JUMLAH Biaya Gaji Karyawan

Biaya BBM Operasional Biaya Spare Part & STNK Biaya Pemeliharaan Bangunan Biaya Administrasi

Biaya Telepon Biaya Listrik & Air Biaya Pembelian Biaya Penjualan Biaya Bank Biaya Ternak Biaya Penyusutan Jumlah Biaya Rp301.800.000 Rp187.088.600 Rp94.821.250 Rp261.839.950 Rp3.954.450 Rp19.240.031 Rp65.938.860 Rp21.352.000 Rp13.550.500 Rp135.575.152 Rp36.502.500 Rp - Rp1.141.663.293 Sumber: Data diolah

Penghasilan Neto Dari Usaha

Diisi dengan hasil pengurangan laba/rugi bruto usaha dengan biaya usaha.

Berikut adalah penghitungan penghasilan neto dari usaha: Tabel 5.7 Penghasilan Neto Dari Usaha

KETERANGAN JUMLAH Laba/Rugi bruto

Biaya usaha

Penghasilan neto dari usaha

Rp1.234.245.293 Rp1.141.663.293 Rp92.582.000 Sumber: Data diolah

Penyesuaian Fiskal

Adanya perbedaan laba kena pajak antara laporan keuangan akuntansi dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh adanya perbedaan pendapatan dan biaya yang boleh diakui menurut akuntansi komersial tetapi tidak boleh diakui menurut

 

ketentuan pajak. Untuk itu penulis menghitung kembali besarnya penyesuaian fiskal.

a. Biaya Gaji Karyawan

Biaya gaji karyawan boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan. Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya upah dan gaji. Maka biaya gaji tidak dilakukan penyesuain fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

b. Biaya BBM Operasional

Kebutuhan kendaraan dalam pembelian bahan bakar untuk kegiatan operasional boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa biaya yang dapat

 

dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya BBM operasional tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

c. Biaya Spare Part & STNK

Kebutuhan kendaraan dalam pemeliharaan dalam hal ini biaya spare part dan STNK untuk kegiatan operasional boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya spare part dan STNK tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

 

d. Biaya Pemeliharaan Bangunan

Kebutuhan bangunan dalam pemeliharaan untuk kegiatan operasional boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya pemeliharaan bangunan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan. e. Biaya Administrasi

Biaya administrasi boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain

 

biaya administrasi. Maka, biaya administrasi tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

f. Biaya Telepon

Biaya telepon boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya telepon tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

g. Biaya Listrik & Air

Biaya listrik dan air boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan

 

kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya listrik dan air tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan. h. Biaya Pembelian

Biaya pembelian boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya pembelian. Maka, biaya pembelian tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

i. Biaya Penjualan

Biaya penjualan boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6

 

ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Maka, biaya penjualan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan. j. Biaya Bank

Biaya bank boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain biaya administrasi. Maka, biaya bank tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

 

k. Biaya Ternak

Biaya ternak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat (1) huruf a yang menyebutkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Maka, biaya ternak tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.

l. Biaya Konsumsi

Biaya konsumsi tidak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak. Hal ini menurut Peraturan Menteri Keuangan Repulblik Indonesia Nomor 83/PMK 03/2009 Tentang Penyediaan Makanan Dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian Atau Imbalan Dalam Bentuk Natura Dan Kenikmatan Di Daerah tertentu Dan yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja, oleh karena itu harus mengalami penyesuaian fiskal positif.

 

m. Biaya Kesejahteraan Karyawan

Dalam Biaya kesejahteraan karyawan terdapat biaya pengobatan, biaya beras, dan mie instan sebesar Rp206.779.075,00. menurut Peraturan Menteri Keuangan Repulblik Indonesia Nomor 83/PMK 03/2009 Tentang Penyediaan Makanan Dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian Atau Imbalan Dalam Bentuk Natura Dan Kenikmatan Di Daerah tertentu Dan yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan Pekerjaan Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja, Biaya kesejahteraan karyawan tidak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena pajak, oleh karena itu harus mengalami penyesuaian fiskal positif. n. Biaya Taktis

Dalam biaya taktis terdapat biaya sumbangan-sumbangan sebesar Rp21.352.000,00 yang digunakan untuk kegiatan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat 1 yang menyebutkan bahwa harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan tidak boleh dikurangkan dalam penentuan besarnya penghasilan kena

 

pajak kecuali sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah, sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah serta zakat yang diterima badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah. Oleh karena itu biaya taktis mengalami penyesuaian fiskal positif.

o. Biaya Penyusutan

Rosa Poultry Farm memiliki kebijakan dalam menyusutkan aktiva tetap yaitu dengan menggunakan metode saldo menurun. Berdasarkan Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun

 

1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 11 metode penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus (dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditetapkan bagi harta tersebut) sedangkan harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau dengan metode saldo menurun (dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku).

Berdasarkan lampiran daftar penyusutan aktiva tetap Rosa Poultry Farm memiliki aktiva tetap sebagai berikut:

Tabel 5.8 Daftar Aktiva Tetap

Jenis Harta Tahun Perolehan

Harga Perolehan Kelompok Harta Bangunan Unit 1 1990 Rp 16.245.000,00 Bangunan Unit 2 1990 Rp 23.596.640,00 Bangunan Unit 3 1990 Rp 99.298.950,00 Bangunan Unit 4 1990 Rp 9.205.000,00 Bangunan Non Bangunan Perangkat Kerja 1990 Rp 8.000.000,00 I Perangkat Kantor 1990 Rp 4.000.000,00 I Perangkat ternak 1990 Rp 19.641.360,00 I Colt diesel ‘81 1990 Rp 12.000.000,00 II Colt diesel ‘82 1990 Rp 7.000.000,00 II Colt diesel ‘83 1990 Rp 12.500.000,00 II Taft diesel ‘82 1995 Rp 14.500.000,00 II

 

Tabel 5.8 Daftar Aktiva Tetap (lanjutan) Jenis Harta Tahun

Perolehan

Harga Perolehan Kelompok Harta Mercedes ‘82 1990 Rp 25.000.000,00 II Truk diesel ‘92 1993 Rp 43.500.000,00 II Truk diesel ‘93 1993 Rp 44.500.000,00 II Suzuki ‘92 1995 Rp 11.032.000,00 II Suzuki vitara ‘92 1995 Rp 40.000.000,00 II Honda astrea ‘99 1999 Rp 3.500.000,00 I Truk ‘99 1999 Rp108.000.000,00 II Isuzu panther ‘97 1999 Rp 44.500.000,00 II Isuzu panther PU ‘97 1999 Rp 41.500.000,00 II Yamaha’96 1999 Rp 5.000.000,00 I Kaze ‘96 1999 Rp 4.500.000,00 I Tanah 1990 Rp147.900.000,00

Sumber: Rosa Poultry Farm

Dari data diatas untuk kelompok aktiva tetap non bangunan tidak terdapat penyusutan pada tahun 2010, dikarenakan masa manfaatnya sudah habis. Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan pasal 11 ayat (6) menyebutkan bahwa masa manfaat untuk kelompok 1 adalah 4 tahun dan kelompok 2 adalah 8 tahun. Sedangkan untuk kelompok aktiva tetap bangunan permanen, terjadi kesalahan dalam menghitung penyusutan, berdasarkaan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983

 

Tentang Pajak Penghasilan pasal 11 ayat (6) menyebutkan bahwa masa manfaat untuk bangunan permanen adalah 20 tahun. Pada bangunan unit I sampai IV tahun perolehannya tahun 1990, Sehingga pada tahun 2010 tersisa 1 kali lagi penyusutan. Maka penulis menghitung kembali penyusutan bangunan permanen sebagai berikut: Tabel 5.9 Penghitungan Penyusutan Bangunan

Jenis Harta Tahun Perolehan

Harga Perolehan Kelompok Harta Tarif % Tarif Peyusutan Tahun 2010 Bangunan Unit 1 1990 Rp16.245.000,00 Permanen 5 Rp812.250,00 Unit 2 1990 Rp23.596.640,00 Permanen 5 Rp1.179.832,00 Unit 3 1990 Rp99.298.950,00 Permanen 5 Rp4.964.948,00 Unit 4 1990 Rp9.205.000,00 Permanen 5 Rp460.250,00 Jumlah Rp7.417.280,00

Sumber: Data diolah

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menghitung kembali besarnya penyesuaian fiskal Rosa Poultry Farm:

 

Tabel 5.10 Penyesuaian Fiskal

KETERANGAN JUMLAH Fiskal Positif:

Biaya Konsumsi

Biaya Kesejahteraan Karyawan

Biaya Taktis (Sumbangan-sumbangan) Jumlah

Fiskal Negatif:

Penyusutan Bangunan Tahun 2010 Jumlah Rp128.614.115,00 Rp206.779.075,00 Rp21.352.000,00 Rp356.745.190,00 Rp7.417.280,00 Rp7.417.280,00 Sumber: Data diolah

Dari analisis diatas penulis menghitung kembali Penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas berdasarkan laporan keuangan komersial, Formulir 1770-I Bagian A:

Tabel 5.11 Formulir 1770-I Bagian A

KETERANGAN JUMLAH

Penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas berdasarkan laporan keuangan komersial

Peredaran usaha Harga pokok penjualan Laba/Rugi bruto usaha Biaya usaha

Penghasilan neto

Penyesuaian fiskal positif Penyesuaian fiskal negatif Penghasilan neto   Rp.11.857.190.500 Rp.10.622.945.207 Rp.1.234.245.293 Rp.1.141.663.293 Rp. 92.582.000 Rp. 356.745.190,00 Rp. 7.417.280,00 Rp.441.909.910,00 Sumber: data diolah

2) Formulir 1770-I halaman 2 Bagian B

Yang berhak menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah Wajib Pajak yang peredaran usahanya atau penerimaan brutonya kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat

 

miliar delapan ratus juta rupiah) setahun dan telah memberitahukan untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari Tahun Pajak yang bersangkutan. Dikarenakan Wajib pajak tidak memenuhi kriteria yang ditentukan maka Wajib Pajak tidak mengisi formulir 1770-I halaman 2 bagian B. Hal ini berdasarkan pada Undang-Undang Repulblik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 14 ayat 2 menyebutkan bahwa wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau perkerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.

3) Formulir 1770-I halaman 2 Bagian C

Bagian ini diisi dengan penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa.

Dari hasil analisis, Wajib pajak tidak memenuhi kriteria diatas maka wajib pajak tidak perlu mengisi bagian ini.

 

4) Formulir 1770-I halaman 2 Bagian D

Bagian ini digunakan untuk melaporkan besarnya penghasilan neto dalam negeri lainnya seperti bunga, dividen, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari penjualan/pengalihan harta, dan penghasilan lain-lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, istri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan. Penghasilan tersebut tidak termasuk penghasilan yang telah dikenakan PPh Final dan PPh bersifat final serta penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

Dari hasil analisis, Wajib pajak tidak memenuhi kriteria diatas maka wajib pajak tidak perlu mengisi bagian ini.

5) Formulir 1770-II

Bagian ini merupakan rincian angsuran PPh berupa pemotongan/pemungutan oleh pihak lain dan PPh yang ditanggung Pemerintah yang diperhitungkan sebagai kredit pajak. (Pasal 28 UU PPh, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan Para Pensiunan atas Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 tentang Pajak

 

Penghasilan Yang Ditanggung oleh Pemerintah atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan).

Dari hasil analisis, Wajib pajak tidak memenuhi kriteria diatas maka wajib pajak tidak perlu mengisi bagian ini.

6) Formulir 1770-III Bagian A

Bagian ini diisi dengan penghasilan yang dikenakan pajak final dan/atau bersifat final.

Dari hasil analisis, wajib pajak tidak memiliki penghasilan yang dikenakan pajak final dan/atau bersifat final.

7) Formulir 1770-III Bagian B

Formulir ini digunakan untuk menghitung besarnya penghasilan yang tidak termasuk objek pajak yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, isteri, dan anak/anak angkat yang belum dewasa dari usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, dan penghasilan lainnya.

Dari hasil analisis, wajib pajak tidak termasuk kriteria yang disebut diatas.

8) Formulir 1770-III Bagian C Bagian ini diisi apabila:

- Suami atau istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim;

- Dikehendaki secara tertulis oleh suami istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; atau

 

- Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.

Penghasilan neto suami istri pada angka 2 dan 3 dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing suami istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto. Dari hasil analisis, wajib pajak tidak termasuk kriteria yang disebut diatas.

9) Formulir 1770-IV Bagian A

Formulir ini digunakan untuk melaporkan jumlah harta pada akhir tahun pajak yang dimiliki Wajib Pajak sendiri, isteri, anak/anak angkat yang belum dewasa.

Menurut formulir yang telah diisi, Harta yang dipunyai wajib pajak pada akhir tahun berupa:

Tabel 5.12 Harta pada akhir tahun

Jenis harta Tahun

perolehan Harga perolehan Tanah 6519 m2 di Pakem Rumah LB 237 m2 L+502 m2 Tanah 4930 m2 di Mendung Pakem Tanah 3530 m2 di Mendung Pakem 1998 1992 1995 1996 Rp 128.100.000 Rp 71.800.000 Rp 172.550.000   Rp 105.900.000 

Sumber: Formulir 1770-IV

Jumlah harta pada akhir tahun wajib pajak sebesar Rp 478.350.000

 

10)Formulir 1770-IV Bagian B

Bagian ini digunakan untuk memerinci kewajiban/utang dengan mengisi nama dan alamat pemberi pinjaman, tahun peminjaman, dan jumlah pinjaman.

Menurut formulir 1770-IV bagian B yang telah diisi, Wajib pajak mempunyai hutang sebesar Rp 564.910.315 yang didapat dari Bank Mandiri, peminjaman terjadi pada tahun 2009 11)Formulir 1770-IV Bagian C

Formulir ini berisi mengenai jumlah dan status keluarga wajib pajak. Status wajib pajak adalah kawin dan mempunyai 3 orang anak, berikut adalah anggota keluarga wajib pajak: Tabel 5.13 Daftar Anggota keluarga

Nama anggota keluarga Tanggal lahir Hubungan keluarga Pekerjaan CarlaDiana Lexi Astrid Yessy T Kevin Reza S Marsya S Yanindita 28/02/96 22/04/85 19/01/94 16/04/98 Istri Anak Anak Anak - Mahasiswa Pelajar Pelajar Sumber: Formulir 1770-IV

12)Formulir 1770 Induk

Dokumen terkait