• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Bab ini menjelaskan hasil dari pengelolaan data dalam menguji hipotesisyang dilakukan peneliti. Hasil penelitian ini menjelaskan serta memberikan jawaban dari hasil hipotesis yang tertera pada bab sebelumnya. Data yang telah disimpulkan kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Objek penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012 sampai dengan 2016. Teknik penarikan sampel penelitian ini dengan metode “purposive sampling”, yaitu teknik untuk menetukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dari 18 perusahaan hanya 10 perusahaan yang memiliki data yang lengkap dan memenuhi kinerja data penelitian ini.

a. Return On Equity (ROE)

Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Equity (ROE).Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan modal sendiri.

Berikut ini adalah hasil perhitungan Return On Equity (ROE) pada perusahaan makanan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 sebagai berikut :

Tabel IV.1

Return On Equity (ROE) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

perode 2012-2016 No Kode Emiten Tahun Rata-rata 2012 2013 2014 2015 2016 1 ALTO 0.09 0.02 -0.02 -0.05 -0.06 (0.00) 2 CEKA 0.13 0.12 0.08 0.17 0.28 0.15 3 DLTA 0.36 0.40 0.38 0.23 0.25 0.32 4 ICBP 0.19 0.17 0.17 0.18 0.20 0.18 5 INDF 0.14 0.09 0.12 0.18 0.20 0.15 6 MLBI 1.37 1.19 1.49 0.65 1.20 1.18 7 MYOR 0.24 0.26 0.10 0.24 0.22 0.21 8 ROTI 0.22 0.20 0.20 0.23 0.19 0.21 9 SKLT 0.06 0.80 0.11 0.13 0.07 0.09 10 ULTJ 0.21 0.16 0.13 0.19 0.18 0.18 Rata-rata 0.30 0.27 0.27 0.21 0.27 0.27

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Dari tabel di atas dapat dilihat dari rata-rata pertahunnya yaitu pada tahun 2013 nilai rata-rata Return On Equity perusahaan mengalami penurunan yaitu sebesar 0.27%, hal ini disebabkan karena laba bersih dan modal sendiri perusahaan juga mengalami penurunan, di tahun 2014 rata-ratanya tetap yaitu sebesar 0.27%, namun pada tahun 2015 rata-rata pertahunnya kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 0.21% dan pada tahun 2016 rata-rata pertahunnya mengalami peningkatan kembali sebesar 0.27%.kenaikan atau penurunan tingkat Profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor secara umum, seperti tingkat penjualan, krisis global, efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dalam beroperasi. Seperti fenomena yang terjadi pada perusahaan makanan dan minuman adalah beban perusahaan industri makanan dan minuman semakin berat di tahun 2013. Kenaikan harga berbagai

komponen bahan baku seperti bawang merah dan bawang putih akhir-akhir menyusul kenaikan upah buruh dan energi yang harus mereka tanggung. Selanjutnya jika dilihat dari rata-rata perusahaan terdapat 2 perusahaan yang diatas rata-rata yaitu perusahaan dengan kode DLTA sebesar 0.32% dan MLBI sebesar 1.18% dan 8 perusahaan lainnya yang berada di bawah rata-rata yaitu perusahaan ALTO, CEKA, ICBP, INDF, MYOR, ROTI, SKLT, dan ULTJ.

Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata perusahan terendah adalah perusahaan ALTO yaitu sebesar (0.00)% hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelolah modal yang tersedia secara efisien sehingga pendapatan perusahaanpun berkurang. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata perusahaan yang tinggi yaitu perusahaan dengan kode MLBI yaitu sebesar 1.18%. Semakin tinggi Return On Equity maka semakin kinerja perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan. Semakin mampu perusahaan memberikan keuntungan bagi pemegang saham, maka semakin besar minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.

b. Variabel Operating Ratio

Variabel bebas (X1) yang digunakan dalam penelitian ini adalah operating ratio.Operating Ratio adalah pengeluaran yang berhubungan dengan operasi perusahaan, yaitu biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehari-hari termasuk biaya umum, penjualan, administrasi, dan bungan pinjaman.

Berikut ini adalah hasil perhitungan Operating ratiopada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 sebagai berikut:

Tabel 1V.2

Operating Ratio perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2012-2016 No Kode Emiten Tahun Rata-rata 2012 2013 2014 2015 2016 1 ALTO 0.80 0.71 0.59 0.70 0.71 0.70 2 CEKA -0.85 -0.91 -0.94 -0.91 -0.89 -0.90 3 DLTA -0.12 -0.13 -0.12 -0.15 -0.14 -0.13 4 ICBP 0.72 0.73 0.73 0.69 0.67 0.71 5 INDF 0.72 0.75 0.73 0.69 0.67 0.71 6 MLBI -0.39 -0.37 -1.00 -0.48 -0.34 -0.52 7 MYOR 0.76 3.50 0.80 0.70 0.71 1.29 8 ROTI 0.53 0.53 0.53 0.47 0.48 0.51 9 SKLT 0.77 0.78 0.77 0.75 0.74 0.76 10 ULTJ -0.68 -0.71 -0.75 -0.68 -0.65 -0.69 Rata-rata 0.23 0.49 0.13 0.18 0.20 0.24

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Berdasarkan dari data tabel diatas, jika dilihat dari rata-rata pertahun hanya ada 1 tahun yang diatas rata-rata yaitu tahun 2013 sebesar 0.49%, namun pada 4 tahun lainnya mengalami penurunan secara berturut-turut yaitu pada tahun 2012 sebesar 0.23%, tahun 2014 sebesar 0.13%, tahun 2015 sebesar 0.18% dan pada tahun 2016 sebesar 0.20%.

Namun jika dilihat dari rata-rata perusahaan ada 6 perusahaan yang diatas rata-rata yaitu perusahaan dengan kode ALTO, ICBP, INDF, MYOR, ROTI, dan SKLT, ada 4 perusahaan yang mengalami penurunan operating ratio yaitu perusahaan dengan kode CEKA, DLTA, MLBI, dan ULTJ.

Hal ini menunjukkan bahwa operating ratio perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) secara rata-rata mengalami

kenaikan hal ini terjadi karena penjualan dan biaya usaha perusahaan juga meningkat. Pada akhir tahun 2014 para produsen makanan dan minuman di Indonesia menaikkan biaya sekitar 5 sampai 10% karena kenaikkan harga bahan bakar bersubsidi sebagai upaya mengumpulkan dana untuk mengembangkan ekonomi dan sosial. Meskipun biaya transportasi menurun setelah pemerintah Indonesia membiarkan harga bahan bakar bergerak mengikuti harga minyak dunia.Pada awal tahun 2015, industri masih mengalami dampak buruk dari nilai tukar rupiah yang melemah. Karena jumlah yang relatif besar dari bahan baku di impor, biaya operasional meningkat tajam karena melemahnya rupiah (terhadap dollar AS).

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan semakin buruk, begitu juga sebaliknya jika rasio ini semakin rendah maka kinerja perusahaan juga semakin baik.

c. Variabel Debt to Equity Ratio

Variabel bebas (X2) yang digunakan dalam penelitian adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas/leverage yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Berikut ini adalah hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 sebagai beriku:

Tabel IV.3

Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2016 No Kode Emiten Tahun Rata-rata 2012 2013 2014 2015 2016 1 ALTO 0.73 1.77 1.33 1.33 1.42 1.32 2 CEKA 1.22 1.02 1.39 1.32 0.61 1.11 3 DLTA 0.25 0.28 0.30 0.22 0.18 0.25 4 ICBP 0.48 0.60 0.66 0.62 0.56 0.58 5 INDF 0.74 1.05 1.08 0.62 0.56 0.81 6 MLBI 2.49 0.80 3.14 1.74 1.77 1.99 7 MYOR 1.71 1.49 1.51 1.18 1.06 1.39 8 ROTI 0.81 1.32 1.23 1.28 1.02 1.33 9 SKLT 0.93 1.16 1.16 1.48 0.92 1.33 10 ULTJ 0.44 0.32 0.35 0.27 0.21 0.32 Rata-rata 0.98 0.98 1.22 1.01 0.83 1.00

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bila dilihat dari rata-rata pertahun ada dua tahun yang diatas rata-rata yaitu tahun 2014 sebesar 1.22%, tahun 2015 sebesar 1.01%, namun pada tahun 2012, 2013 dan 2016 nilai rata-rata Debt to Equity ratio perusahaan makanan dan minuman dibawah rata-rata.

Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata Debt to Equity Ratio terendah adalah perusahaan pada kode DLTA sebesar 0.25% dan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata Debt to Equity Ratio yang tertinggi adalah perusahaan dengan kode MLBI sebesar 1.99%. Nilai Debt to Equity Ratio di bawah 1 artinya utang perusahaan lebih rendah dari modal ekuitasnya, begitu juga sebaliknya jika nilai Debt to Equity Ratio diatas 1 artinya utang perusahaan lebih besar dari modal ekuitasnya.Hal ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio memiliki nilai utang yang tinggi dan mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang perusahaan yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar dan otomatis akan mengurangi laba perusahaan.Debt to Equity Ratio perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena

jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi deviden.

Dokumen terkait