BAB IV HASIL PENELITIAN
B. Deskripsi Data
1. Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua
Pengumpulan data untuk tingkat pendidikan orang tua berdasarkan data dari kuesioner diperoleh hasil dengan jumlah 66 responden terdapat 34 responden dengan tingkat pendidikan dasar, 19 responden dengan tingkat pendidikan menengah, dan 13 responden dengan tingkat pendidikan tinggi.
43
Tabel 4.1 Distribusi Tingkat Pendidikan berdasarkan partisipasi responden Pendidikan Jumlah responden Persentase (%)
Dasar Menengah Tinggi 34 19 13 51.5 28.8 19.7 Total 66 100 Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak 51.1 %
Selain tingkat pendidikan formal diperoleh data mengenai distribusi responden berdasarkan umur dan pekerjaan.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik Umur Tingkat pendidikan Jumlah
Tinggi Menengah Dasar
15-20 - 1 2 3(4.6%) 21-30 7 13 17 37(56.0%) 31-40 4 5 15 24(36.4%) 41-50 2 - - 2(3.0%) Jumlah 13 19 34 66 Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4.2 responden terbanyak adalah umur 21-30 tahun yaitu 56% atau 37 responden.
Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Tingkat pendidikan Jumlah
Tinggi Menengah Dasar
Swasta 2 3 7 12(18.2%)
IRT(Ibu Rumah Tangga) 4 13 26 43(65.2%)
PNS(Pegawai Negeri Sipil) 7 - - 7(10.6%)
Wiraswasta - 3 1 4(6.0%)
Jumlah 13 19 34 66
Data Primer, 2010
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 65.2% responden adalah ibu rumah tangga.
2. Pola Pengasuhan Balita
Penentuan pola pengasuhan dengan cara menghitung jumlah skor masing- masing komponen berdasarkan kisi-kisi pola asuh pada tabel 3.2 kemudian dilihat skor tertinggi dapat dilihat dalam lampiran 6, misal jumlah skor pola asuh otoritatif 43, pola asuh permisif 41, dan otoriter 35, maka pola asuh yang digunakan responden adalah otoritatif. Berdasarkan data dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden, diperoleh hasil terdapat 41 responden yang cenderung menggunakan pola asuh otoritatif, 22 responden cenderung menggunakan pola asuh permisif, dan 3 responden cenderung menggunakan pola asuh otoriter.
45
Tabel 4.4 Distribusi Pola Asuh berdasarkan partisipasi responden
No Pola Asuh Jumlah responden Persentase (%)
1. 2. 3. Otoritatif Permisif Otoriter 41 22 3 62.1 33.3 4.5 Total 66 100 Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4.4 responden terbanyak adalah dengan pola asuh otoritatif yaitu sebanyak 62.1 %.
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis untuk pengujian hipotesis perlu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2009). Uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorv Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05. Pada variabel tingkat pendidikan formal orang tua diperoleh nilai signifikansi 0,00 yang menunjukkan data tidak berdistribusi normal, sedangkan pada variabel pola pengasuhan diperoleh nilai signifikansi 0,692 yang menunjukkan data berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan(Priyatno, 2009). Pengujian menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi kurang dari 0,05. Setelah dilakukan pengujian diperoleh nilai signifikansi pada linearity sebesar 0,015, maka dapat disimpulkan bahwa anatar variabel tingkat pendidikan formal orang tua dengan pola pengasuhan terdapat hubungan yang linear.
3. Uji Analisis
Setelah dilakukan uji normalitas nilai signifikansi menunjukkan distribusi data yang tidak normal pada variabel tingkat pendidikan formal, maka analisis data menggunakan metode statistik non parametrik yaitu chi square test. Tabel 4.5 Distribusi tingkat pendidikan orang tua dengan pola pengasuhan
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan menengah , pola asuh yang cenderung digunakan adalah
Pola asuh Jumlah
otoritatif permisif otoriter Tingkat Pendidikan Tinggi 11(16.7%) 2(3.0%) 0(0%) 13 Menengah 18(27.3%) 1(1.5%) 0(0%) 19 Dasar 12(18.2%) 19(28.8%) 3(4.5%) 34 Jumlah 41 22 3 66
47
pola asuh otoritatif sebesar 16.7% dan 27.3%. responden dengan tingkat pendidikan dasar pola asuh yang cenderung digunakan adalah pola asuh permisif sebesar 28.8%.
Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square test melalui program SPSS 16.0 untuk mengetahui eratnya hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan pola pengasuhan, diperoleh harga chi square (x²) = 22.009, maka harga chi square hitung lebih besar dari chi square tabel (22.009 > 9.488) dan nilai signifikansi p= 0,000 atau dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi p<0,05. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal orang tua dengan pola pengasuhan pada balita dengan tingkat hubungan yang sangat lemah.
48
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan tingkat pendidikan formal orang tua dengan pola pengasuhan balita di desa Menoreh, kecamatan Salaman, kabupaten Magelang kepada 66 responden yang sesuai kriteria inklusi dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dengan analisis data menggunakan chi square test pada tingkat kepercayaan 95% yang diolah menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan derajat kebebasan(dk) = 4 diperoleh harga chi square (x²) = 22.009, maka harga chi square hitung lebih besar dari chi square tabel (22.009 > 9.488) dan nilai signifikasi p= 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola pengasuhan pada balita di desa menoreh.
Responden dipilih yang paling sering atau dominan dalam mengasuh anak sehingga berdasarkan penelitian di lapangan dilihat bahwa di daerah Menoreh seorang ibu yang lebih sering mengasuh anaknya dengan alasan sang ayah bekerja untuk member nafkah pada keluarganya. Berdasarkan tabel 4.4 pola asuh yang paling banyak diterapkan adalah pola asuh otoritatif yaitu sebesar 62.1% (41 responden). Pada tabel 4.5 dapat dilihat tingkat pendidikan tinggi dengan 13 responden, menunjukkan sebanyak 84.6% responden menerapkan pola asuh otoritatif sedangkan
49
sisanya menerapkan pola asuh permisif. Pada tingkat pendidikan menengah dengan 19 responden menunjukkan sebanyak 94,7% menerapkan pola asuh otoritatif dan sebanyak 5.3% menerapkan pola asuh permisif. Pada tingkat pendidikan dasar dengan 34 responden, sebanyak 35.3% menerapkan pola asuh otoritatif, 55.9% menerapkan pola asuh permisif, dan 8.8% menerapkan pola asuh otoriter. Data tersebut menunjukkan orang tua dengan tingkat pendidikan dasar lebih cenderung menerapkan pola asuh permisif dan orang tua dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi cenderung menerapkan pola asuh otoritatif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam Soetjiningsih (2003) yaitu dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak, bagaimana menjaga kesehatan anak, pendidikannya dan sebagainya. Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen (dalam Santrock, 2007) pengasuhan otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang paling efektif diantara gaya pengasuhan yang lain karena orang tua menerapkan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga member kesempatan pada anak untuk membentuk kemandirian dengan memberikan batas, standar, dan panduan yang dibutuhkan anak. Berdasarkan teori tersebut diharapkan dengan dasar pendidikan yang baik orang tua diharapkan dapat menerapkan pengasuhan yang paling efektif bagi anak.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tidak semua orang tua yang berpendidikan tinggi atau menengah menerapkan pola asuh otoritatif dan tidak semua
orang tua yang berpendidikan dasar menerapkan pola asuh permisif. Salah satu faktor yang mempengaruhi orang tua menerapkan pola asuh permisif adalah kesibukan orang tua dalam pekerjaan. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi paling banyak berprofesi sebagai PNS(Pegawai Negeri Sipil), sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan menengah dan dasar paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga secara tidak langsung akan banyak meluangkan waktu dirumah sehingga kesempatan untuk mengasuh anak lebih banyak daripada yang bekerja. Pekerjaan berkaitan erat dengan status sosioekonomi keluarga, dalam Santrock (2007) dijelaskan mengenai perbedaan cara membesarkan anak ditemukan pada berbagai status sosioekonomi yang berbeda. Menurut Tjandrasa (2005) sumber sikap orang tua dalam pola asuh juga dipengaruhi oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai budaya yang ada disekitarnya.
Berdasarkan dari teori pendukung dan hasil penelitian maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik tingkat pendidikan yang dimiliki orang tua maka gaya pengasuhan yang cenderung diterapkan adalah pola asuh otoritatif. Dengan penerapan pola asuh otoritatif yang menurut teori adalah pola asuh yang paling efektif diharapkan dapat menunjang tumbuh kembang balita secara optimal. Namun adakalanya orang tua tidak dapat menerapkan pola asuh ini sepenuhnya dengan berbagai alasan seperti yang telah dijelaskan.
51 BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua dengan Pola Pengasuhan Balita di Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan masyarakat di desa Menoreh pada umumnya adalah pendidikan dasar yaitu SD (Sekolah Dasar) maupun SMP(Sekolah Menengah Pertama). Berdasarkan data hasil penelitian sebanyak 51.5% adalah berpendidikan dasar.
2. Sebanyak 62.1% orang tua telah menerapkan pola asuh otoritatif. Menurut tingkat pendidikannya, orang tua dengan pendidikan tinggi dan menengah lebih banyak menerapkan pola asuh otoritatif yaitu sebanyak 84.6% dan 94.7%. sedangkan orang tua dengan tingkat pendidikan dasar lebih banyak menerapkan pola asuh yang permisif yaitu sebanyak 55.9%. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gaya pengasuhan.
3. Ada hubungan yang cukup signifikan antara tingkat pendidikan formal dengan pola pengasuhan. Hal ini terlihat dari uji statistik dengan perhitungan Chi Square Test di mana nilai signifikansi p= 0,000 (p<0,05).
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Orang tua di desa Menoreh diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang efektif yaitu mengarah ke gaya pengasuhan yang otoritatif. Hal ini akan berjalan baik jika ditunjang dengan kerjasama antara ibu dan ayah, sehingga segala keputusan mengenai anak tidak diambil secara sepihak. Dengan pola asuh yang otoritatif diharapkan adanya keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga anak akan membentuk kemandirian pada anak dan anak lebih terbuka kepada orang tuanya.
Orang tua di desa Menoreh diharapkan dapat memperluas wawasannya dari berbagai sumber mengenai tahap perkembangan, cara pengasuhan yang tepat, dan asupan gizi yang sesuai untuk menunjang tumbuh kembang balitanya secara optimal.
2. Bagi bidan atau tenaga kesehatan
Bidan atau tenaga kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi tumbuh kembangnya.
3. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang
Sebagai bahan pertimbangan agar dapat memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan pelayanan pendidikan khususnya bagi masyarakat di desa
53
Menoreh. Dinas pendidikan kecamatan Salaman pada khususnya diharapkan dapat memberikan pendidikan mengenai pengasuhan yang tepat untuk orang tua.
54
DAFTAR PUSTAKA
Maretawati, E.D., Makmuroh., Agustin, R.W. 2009. Hubungan antara Pola Pengasuhan dan Pola Kelekatan dengan Penyesuaian Sosial pada Renaja. Wacana Jurnal Psikologi. 1 P : 131-34, 136
Mendiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Durat Bahagia
Arikunto , S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV. Jakarta : PT. Rineka Cipta. P : 134
Data Statistik Indonesia. Karakteristik Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan, 2000 & 2004. http://www.datastatistik- indonesia.com/content/view/607/607/1/3/. 2 Maret 2010
Hadi, S. 2004. Statistik Jilid 2. Jakarta: Andi Offset. P: 258-260
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Merdeka. P : 87
Hasan, M.I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. P: 35-40
Hawari, Dadang. 2004. Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa. P : 331-3, 805-8
Joko, G. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. http://one.indoskripsi.com/judul- skripsi/pendidikan-kewarganegaraan/pengaruh-tingkat-pendidikan-orang-tua- terhadap-pola-asuh-an. tanggal akses 22 Februari 2010
Ibrahim,R.2009.PengertianAnakBalita.http://mely.phpnet.us/index.php?option=com_ content&view=article&id=19:-pengertian-anak-balita&catid=29:the-
cms&Itemid=27. Tanggal akses 13 Maret 2010
Narendra, M.B., Ranuh, I.G.N.G, Soetjiningsih, Sularyo, T.S., Suyitno H. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto. P:14-19.
Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. P : 129
55
Papalia. 2008. Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta : Prenada Media Group. P: 394-396.
Prastisti, W.D. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang. P: 73, 85
Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta : Media Kom. P: 28-31 Rahayu. 2008. Pola Asuh Tepat untuk Semua Tipe Anak.
http://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/10/pola-asuh-yang-tepat/ tanggal akses 22 februari 2010
Sinaga, H., Sumiharti, Y. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima Jilid I John W. Santrock. Jakarta: Erlangga. P: 256-261.
Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.P: 163-171, 193-197.
Satiadarma, M.P. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak: Dampak Pygmalion di dalam Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. P: 121-135. Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: PT. Bumi Aksara. P: 78-79
Soetjiningsih. 2003. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. P: 6-10
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. P: 64, 74 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantita tif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta. P : 117,124, 182, 257
Sulistyati, R. 2010. Tabloid NOVA-KPAI.
http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=13755&no=2. Tanggal akses 23 Juni 2010
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. P: 6-8
Tjandrasa. 2005. Perkembangan Anak Jilid 1 Elizabeth Hurlock. Jakarta :PT. Gelora Aksara Pratama. P: 201-207
Wahidin. 2008. Makalah Psikologi Tentang Bimbingan Orang Tua dalam Membina Akhlak Anak Usia Pra Sekolah di Lingkungan Keluarga. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalah-psikologi- tentang-bimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anak-usia-pra-sekolah-di- lingkungan-keluarga/. Tanggal akses 20 Mei 2010
Wibowo, S.M. 1991. Mengenali Perkembangan Balita. Bandung : Universitas Padjajaran
Yusuf, S. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.Remaja Rosdakarya. P: 37-50