• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Data Penelitian

Data pada penelitian ini diperoleh melalui tes keterampilan berbicara yang dilakukan dua kali terhadap peserta didik kelas X SMA N 1 Sedayu Bantul. Tes dilakukan pada dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan berbicara peserta didik SMA N 1 Sedayu Bantul, sedangkan post-test dilakukan untuk mengetahui hasil akhir kemampuan berbicara peserta didik setelah dilakukan perlakuan menggunakan metode Time Token.

Kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan metode Time Token berjumlah 30 peserta didik, sedangkan pada kelas kontrol yang diajar menggunakan metode konvensional berjumlah 32 peserta didik yang diberikan pre-test.

Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif dan uji-t. Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan uji-t

a. Data Pre-test Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen adalah kelas yang diajar menggunakan metode Time Token. Pre-test dilakukan sebelum perlakuan. Tes yang dilakukan adalah tes keterampilan berbicara bahasa Jerman. Subjek pada penelitian ini adalah kelas X IPA 3 yang berjumlah 30 peserta didik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pre-test, diperoleh skor terendah sebesar 5,50, skor tertinggi sebesar 11,50, median sebesar 9,00, modus sebesar 9,00, rerata ( mean) sebesar 8,55, dan standar deviasi 1,67.

Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rerata data, dan menentukan panjang kelas.penentuan jumlah dan interval kelas dapat dilakukan menggunakan rumus HA Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut.

Jumlah kelas interval= 1 + 3,3 log n Panjang kelas= Range/ Jumlah kelas

Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (Range)= Xmax – Xmin.

Adapun distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8: Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Komulatif Frekuensi Relatif (%) 1 5,5 - 6,5 6 6 20,0 2 6,6 - 7,6 4 10 13,3 3 7,7 - 8,7 4 14 13,3 4 8,8 - 9,8 8 22 26,7 5 9,9 - 10,9 6 28 20,0 6 11,0 - 12,0 2 30 6,7 Jumlah 30 110 100

Berdasarkan tabel 7 distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas eksperimen diperoleh jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dengan panjang kelas interval sebesar 1. Berikut diagram dari distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas eksperimen.

Gambar 2: Histogram Distribusi Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 7 dan gambar 2 terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen yang mempunyai skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 8,8-9,8 dengan frekuensi 8 peserta didik atau sebanyak 20,0%, sedangkan yang mempunyai keterampilan berbicara bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 11,0-12,0 dengan 2 peserta didik atau sebanyak 6,7%.

Pengklasifikasian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menurut Azwar (2009: 108) menggunakan rumus sebagai berikut. Tinggi : X M + SD Sedang : Mi – SD X M + SD Rendah : X M – SD Keterangan: M : Mean SD: Standar Deviasi 6 4 4 8 6 2 0 2 4 6 8 10 5,5-6,5 6,6-7,6 7,7-8,7 8,8-9,8 9,9-10,9 11-12 Fr e ku e n si Interval

Berdasarkan hasil perhitungan, mean (M) sebesar 8,550 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 1,673. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu:

Tabel 9: Kategori Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4 peserta didik (13,3%), kategori sedang sebanyak 20 peserta didik (66,7%), kategori rendah sebanyak 6 peserta didik (20,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen dikategorikan dalam kategori sedang.

b. Data Pre-test Kelas Kontrol

Kelas kontrol merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional. Tes yang dilakukan adalah tes keterampilan berbicara bahasa Jerman. Subjek pada penelitian ini adalah kelas X IPA 4 dengan jumlah 33 orang. Berdasarkan data pre-test diperoleh skor terendah sebesar, 5,50 skor tertinggi sebesar 11,50, median sebesar 9,00, modus sebesar 8,50, rerata (mean) sebesar 8,75, dan standar deviasi 1,66.

No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 ≥ 10,22 4 13,3 Tinggi

2 6,88-10,22 20 66,7 Sedang

Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Penentuan jumlah dan interval dpat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut.

Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas

Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax – Xmin

Adapun distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10: Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Komulatif Frekuensi Relatif (%) 1 5,5 - 6,5 6 6 18,2 2 6,6 - 7,6 2 8 6,1 3 7,7 - 8,7 7 15 21,2 4 8,8 - 9,8 8 23 24,2 5 9,9 - 10,9 6 29 18,2 6 11 - 12 4 33 12,1 Jumlah 33 114 100

Berdasarkan tabel 9 distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas kontrol diperoleh jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dengan panjang kelas interval sebesar 1. Berikut diagram dari distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas kontrol.

Gambar 3: Histogram Distribusi Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa peserta didik kelas kontrol yang mempunyai skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 8,8-9,8 dengan frekuensi 8 peserta didik atau sebanyak 24,2%, sedangkan yang mempunyai keterampilan berbicara bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 6,6-7,6 dengan 2 peserta didik atau sebanyak 6,1%.

Pengklasifikasian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menurut Azwar (2009: 108) menggunakan rumus sebagai berikut. 6 2 7 8 6 4 0 2 4 6 8 10 5,5-6,5 6,6-7,6 7,7-8,7 8,8-9,8 9,9-10,9 11-12 Fr e ku e n si Interval

Tinggi : X M + SD Sedang : Mi – SD X M + SD Rendah : X M – SD Keterangan: M : Mean SD: Standar Deviasi

Berdasarkan hasil perhitungan, mean (M) sebesar 8,758 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 1,664. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu:

Tabel 11: Kategori Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol yang berada pada kategori tinggi sebanyak 5 peserta didik (15,2%), kategori sedang sebanyak 21 peserta didik (63,6%), kategori rendah sebanyak 7 peserta didik (21,2%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol dikategorikan dalam kategori sedang.

No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 ≥ 10,421 5 15,2 Tinggi

2 7,09-10,42 21 63,6 Sedang

c. Data Post-test Kelas Eksperimen

Post-tes digunakan sebagai tolak ukur kemampuan akhir peserta didik SMA N 1 Sedayu Bantul setelah diberikan perlakuan menggunakan metode Time-Token. Subjek pada kelas eksperimen berjumlah 30 peserta didik. Berdasarkan data post-test diperoleh skor terendah sebesar 9,50, skor tertinggi sebesar 14,50, median sebesar 12,50, modus sebesar 12,50, rerata (mean) sebesar 12,15, dan standar deviasi 1,43.

Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Penentuan jumlah dan interval dpat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut.

Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas

Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax – Xmin

Adapun distribusi frekuensi skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12: Distribusi Frekuensi Skor Post-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Komulatif Frekuensi Relatif (%) 1 9,5 - 10,3 3 3 10,0 2 10,4 - 11,2 6 9 20,0 3 11,3 - 12,1 5 14 16,7 4 12,2 - 13,0 9 23 30,0 5 13,1 - 13,9 3 26 10,0 6 14,0 - 14,8 4 30 13,3 Jumlah 30 105 100

Berdasarkan tabel 11 distribusi frekuensi skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas eksperimen diperoleh jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dengan panjang kelas interval sebesar 0,8 . Berikut diagram dari distribusi frekuensi skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas eksperimen.

Gambar 4: Histogram Distribusi Skor Post-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa peserta didik yang mempunyai skor keterampilan berbicara bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 12,2-13,0 dengan frekuensi 9 peserta didik atau sebanyak 30,0%, sedangkan yang mempunyai skor keterampilan berbicara

3 6 5 9 3 4 0 2 4 6 8 10 9,5-10,3 10,4-11,2 11,3-12,1 12,2-13 13,1-13,9 14-14,8 Fr e ku e n si Interval

bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 9-5-10,3 dan 13,1-13,3 dengan masing-masing 3 peserta didik atau sebanyak 10.0%.

Pengklasifikasian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menurut Azwar (2009: 108) menggunakan rumus sebagai berikut. Tinggi : X M + SD Sedang : Mi – SD X M + SD Rendah : X M – SD Keterangan: M : Mean SD: Standar Deviasi

Berdasarkan hasil perhitungan, mean (M) sebesar 12,15 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 1,43. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu:

Tabel 13: Kategori Skor Post-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4 peserta didik (13,3%), kategori sedang sebanyak 19 peserta didik (63,3%), kategori rendah sebanyak 7 peserta didik (23,3%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skor

post-No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 ≥ 13,58 4 13,3 Tinggi

2 10,72-13,58 19 63,3 Sedang

test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen dikategorikan dalam kategori sedang.

d. Data Post-test Kelas Kontrol

Seperti kelas eksperimen post-test pada kelas kontrol digunakan sebagai tolak ukur kemampuan akhir peserta didik SMA N 1 Sedayu Bantul setelah diberikan perlakuan menggunakan metode konvensional. Subjek pada kelas kontrol berjumlah 33 peserta didik. Berdasarkan data post-test diperoleh skor terendah sebesar 8,50, skor tertinggi sebesar 13,50, median sebesar 11,00, modus sebesar 11,00, rerata (mean) sebesar 11,30, dan standar deviasi 1,29.

Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Penentuan jumlah dan interval dpat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut.

Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas

Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax – Xmin

Adapun distribusi frekuensi skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14: Distribusi Frekuensi Skor Post-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Komulatif Frekuensi Relatif (%) 1 8,5 - 9,3 2 2 6,1 2 9,4 - 10,2 4 6 12,1 3 10,3 - 11,1 12 18 36,4 4 11,2 - 12,0 7 25 21,2 5 12,1 - 12,9 3 28 9,1 6 13,0 - 13,8 5 33 15,2 Jumlah 33 112 100

Berdasarkan tabel 13 distribusi frekuensi skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas kontrol diperoleh jumlah kelas interval sebanyak 6 kelas dengan panjang kelas interval sebesar 0,8. Berikut diagram dari distribusi frekuensi skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas kontrol.

Gambar 5: Histogram Distribusi Skor Post-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Kontrol

2 4 12 7 3 5 0 2 4 6 8 10 12 14 8,5-9,3 9,4-10,2 10,3-11,1 11,2-12 12,1-12,9 13-13,8 Fr e ku e n si Interval

Berdasarkan tabel dan gambar diatas, terlihat bahwa peserta didik yang mempunyai skor keterampilan berbicara bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 10,3-11,1 dengan frekuensi 12 peserta didik atau sebanyak 36,4%, sedangkan yang mempunyai skor keterampilan berbicara bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 8,5-9,3 dengan 2 peserta didik atau sebanyak 6,1%.

Pengklasifikasian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menurut Azwar (2009: 108) menggunakan rumus sebagai berikut. Tinggi : X M + SD Sedang : Mi – SD X M + SD Rendah : X M – SD Keterangan: M : Mean SD: Standar Deviasi

Berdasarkan hasil perhitungan, mean (M) sebesar 11,303 dan Standar Deviasi (SD) sebesar 1,299. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas, yaitu:

Tabel 15: Kategori Skor Post-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Kontrol

B E

No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 ≥ 12,6 5 15,2 Tinggi

2 10,00-12,6 23 69,7 Sedang

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol yang berada pada kategori tinggi sebanyak 5 peserta didik (15,5%), kategori sedang sebanyak 23 peserta didik (69,7%), kategori rendah sebanyak 5 peserta didik (15,5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor post-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol dikategorikan dalam kategori sedang.

Dokumen terkait