BAB III : PENYAJIAN DATA
B. Deskripsi Hasil Penelitian
2. Deskripsi Hasil Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terap
Ruqyapuncture dalam mengentaskan Migrain akibat Stress seorang mahasiswa Malaysia.
Setelah melakukan proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture pada seorang mahasiswa Malaysia yang mengalami sakit Migrain akibat Stress, maka peneliti meyakini hasil dari proses Bimbingan dan Konseling Islam yang dilakukan konselor bisa membawa sedikit-demi sedikit perubahan pada diri konseli sama ada dari fisik, rohani, maupun psikis. Perubahan yang terjadi pada konseli seperti table berikut yang disediakan kondisi saat setelah melaksanakan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture.
109
Hasil setelah melakukan Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi Ruryapuncture seperti berikut. Konseli mengatkan sakit kepala sudah berkurangan cuma kadang-kadang masih terasa denyut dan nyerinya tetapi tidaklah seperli sebelumnya yang sakitnya terlalu amat. Selain itu juga, rasa mual dan muntah juga sudah berkurangan, dan konseli mengatkan dia merasakan seperti biasa tidak ada rasa untuk muntah.
Kemudian nafsu makan. Setelah terapi, nafsu makan konseli sudah sepertinya tetapi kadang juga terasa tidak mahu makan. Masih belum sepenuhnya mempunyai mood atau nafsu makan. Tetapi konseli tetap makan saja apa yang di kasihkan oleh teman-temanya. Konseli biasanya makan porsi yang banyak. Tetapi setelah terapi nafsu makannya ada tidak seperti sebelumnya.
Konseli mengatakan dia merasa segar, cerdas dan konseli bisa melakukan apa-apa saja aktivitas. Konseli juga paksakan diri mun menjadi orang yang kuat bukan lemah untuk melawan sakit itu. Jadi konseli merasakan tidak berat untuk melakukan apa apa saja aktivitas sehariannya. Konseli juga tidur ikut waktu, tidak tidur sepanjang hari. Selain itu juga, untuk masalah penglihatan konseli sudah nampak seperti biasa, tidak ada lagi kabur di mata. Konseli merasakan jelas penglihatannya. Tidak seperti sebelum terapi, konseli pasti merasakan sulit untuk melihat jika terkena migrain. Yang terakhir adalah sifat marah. Konseli mengatakan, dia bisa mengawal marahnya setelah proses terapi dilakukan. Emosi konseli bisa dikawal sepenuhnya untuk tidak marah lagi pada orang lain.
110
Hasil ini didapatkan dari pengamatan konselor selama proses Konseling dan observasi dan juga beberapa hari setelah proses konseling dan terapi dilakukan. Konselor berharap konseli bisa menjalani keseharian dengan aktivitas yang baik dan sentiasa dekatkan diri pada Allah.
Untuk mengetahui lebih jelas inilah hasil sebelum dan sesudah proses konseling dilakukan. Maka dibawah ini konselor sajikan tabel perubahan sebelum dan sesudah proses perlaksanaan terapi Ruqyapuncture ini dilakukan
Table 1.3
Kondisi konseli sebelum Pelaksanaan Konseling
No Kondsi Konseli Ya Tidak Terkadang
1. Sakit kepala sebagian 
2. Merasa mual mahu muntah 
3. Tidak nafsu makan  4. Tidak bisa beraktivitas  5. Gangguan penglihatan 
6. Sifat marah 
Table 1.4
Kondisi konseli setelah Pelaksanaan Konseling
No Kondsi Konseli Ya Tidak Terkadang
1. Sakit kepala sebagian 
2. Merasa mual mahu muntah 
3. Tidak nafsu makan 
4. Tidak bisa beraktivitas  5. Gangguan penglihatan 
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif untuk mengeksplorasi mengenai permasalahan yang teliti yang terjadi pada klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti sebelumnya. Sehingga dengan begitu peneliti mencoba menganalisis data yang diperoleh dilapangan dengan reaori- teori yang sudah ada.
Berikut dibawah ini merupakan analisis data tentang proses perlaksanaan serta hasil akhir perlaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
Ruqyapuncture dalam mengentaskan Migrain akibat Stress seorang mahasiswa
Malaysia di Persatuan (PKPMI).
A. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
Ruqyapuncture dalam mengentaskan Migrain akibat Stress seorang
mahasiswa Malaysia.
Dalam melakukan kegiatan terapi ini, peniliti yang sebagai konselor telah melakukannya sesuai dengan tahapan dan langkah-langkah teori dan terapi konseling, yaitu mulai dengan identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Sehingga berdasarkan penggunaaan langkah dan
116
tahapan konseling tersebut, peneliti dapat menjelaskan data dan proses konseling secara deskriptif dan sistematis.
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini peneliti melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan dengan orang-orang yang akan konselor wawancara untuk mencari data dan keterangan yang dapat di sajikan dalam proses identifikasi masalah, mulai dari orang tua konseli, teman sekontrakan konseli, teman dekat konseli, ketua organisasi PKPMI, dan juga konseli sendiri. Dengan tujuan untuk mengumpulkan data keseluruhan tentang konseli. Sebelum ini, konseli juga pernah mengeluh yang dia sering terkena migrain sehingga tidak bisa melawan sakit itu.
Konselor terlebih dahulu meminta data dari teman sekontrakannya mengenai konseli. Apa saja kegiatan seharian konseli di kontrakan, sering masuk kuliah atau tidak, keluar makan atau tidak dan lain sebagainya. konselor juga meminta keterangan kepada teman yang lain, apa saja yang di lakukan oleh konseli saat konseli berada di luar kontrakan. Konselor juga pernah terdengar yang dia mengeluh sering migrain, jadi tidak bisa untuk ngobrol bersama ketika konselor ke kontrakan mereka.
2. Diagnosis
Pada tahap ini peneliti melakuakn penilaian terhadap gejala-gejala yang konseli alami. Maka berdasarkan pengindentifikasi yang peneliti lakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masalah yang dialami adalah,
117
stress yang memunculkan gejala-gejala yang tidak diinginkan yang disebabkan gangguan migrain yang ada pada diri konseli. Ini sebabkan perlakuan konseli berubah daripada seorang yang baik menjadi pemarah. Perilaku yang tidak seharusnya ada pada konseli. Komunikasi yang kurang baik, sering menyatakan sakit kepala, mual mahu muntah dan lain sebagainya.
3. Prognosis
Setelah konselor menemukan berbagai masalah yang ada pada diri konseli, maka konselor menetapkan jenis bantuan berdasarkan diagnosis, yaitu dengan menggunakan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture. Yaitu dimana terapi ini gabungan di antara terapi ruqyah dan juga terapi akupunktur. Al-Quran sebagai penyembuh atau merupakan sebaik baik obat. Akupunktur pula ada energi yang mengalir membantu mengurangi sakit.91
Tidak ada satupun penyakit tubuh dan penyakit hati kecuali di Al- Quran terdapat petunjuk dan perantara yang menyampaikan obat atau penawarnya, serta memberi perlindungan pada semua penyakit92. Setelah melihat permasalahan konseli beserta dampak yang terjadi, konselor memberikan bimbingan dan juga terapi Ruqyapuncture dengan teknik bacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan menusuk dengan menggunakan jarum
91
https://hellosehat.com/berbagai-risiko-dan-manfaat-akupuntur/. Diambil pada 21 Juni 2017.
92
Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs, (Solo: Pustaka Quran Sunnah, 2015), hlm.19.
118
akupunktur. Melihat kasus-kasus yang pernah terjadi pada konseli sebelumnya dan juga hasil proses Ruqyapuncture yang dilakukan, untuk memastikan sakit migrain yang dialami konseli akibat stress ada perubahan. Kemudian, konselor memberikan bantuan bimbingan konseling Islam berupa nasehat keagamaan untuk dapat berubah dan berfikir bahwa semua yang dihadapi oleh klien adalah cobaan dari Allah SWT untuk menguji imannya.
4. Treatment
Pada tahap ini peneliti melakuakn penyembuhan terhadap konseli. Proses terapi ini di lakukan di kontrakan konseli dan juga dikamarnya sendiri. Supaya konseli terasa aman, enak, dan selesa. Disni ada beberapa langkah yang konselor lakukan. Langkah pertama adalah muqoddimah, yaitu konselor membina hubungan yang baik, mengajak konseli untk berkomunikasi dan lain sebagainya. Langkah kedua adalah sesi konseling, dimana konselor meberi nasehat kepada konseli, memberi semangat kepada konseli. Kemudian terapi Ruqyapuncture, sebelum melakukan terapi konselor mendiagnosa dengan menggunakan korek api untuk titik akupuktur. Setelah itu, konselor membacakan ayat Quran yaitu surat Al- Fatihah, Al-Baqaroh 255 dan Al-Hasyr 18-24.
Pada pertemuan kali kedua, konselor seperti biasa melakukan terapi pada konseli, dengan membacakan ayat Quran dan tusuk menggunakan jarun akupunktur. Selanjutnya adalah evaluasi terhadap
119
treatment yang diberikan dengan melihat kondisi konseli setelah dilakukan terapi, menagajak klien berkomunikasi, bertanya apa yang konseli rasakan setelah di terapi.
5. Follow Up
Pada tahap ini, peneliti melihat perubahan yang terjadi pada klien setelah melakukan terapi Ruqyapuncture. Apa yang dikatakan oleh konseli adalah, dia merasakan tenang, aman, segar. Karena nyeri dikepalanya berkurangan, katanya dengan terapi itu sangat berkesan baginya. Setelah diteapi dia jarang merasakan migrain seperti sebelumnya dan dia menyatakan dia mudah untuk melakuakn aktivitas seharian.
Selanjutnya, berikut adalah dalam bentuk tabel yang disajikan oleh konselor:
Tabel 1.5
Perbandingan antara teori dan Lapangan
No Data Teori Data Lapangan
1. Identifikasi Masalah Langkah yang dilakukan untuk memahami kehidupan individu serta gejala-gejala yang nampak, yang nampak yang dapat diperoleh melalui
Konselor mengumpulkan data dari berbagai sumber data, dari teman-teman sekonrakan, teman dekat orang tua dan yang berkaitan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi secara langsung terhadap konseli terkait masalah. Dari hasilnya konselor mengalami gangguan migrain akibat stress yang berpanjangan. Konseli dulu teman yang sangat baik rajin teapi berubah menjadi pasif, sering marah, sendirian di kamar. Dan juga konseli
120
wawancara dan observasi.
merasakan itu hambatan nya untk melakukan aktivitas seharian karena halangan di sebakan nyeri sakit di kepala. Tidak nafsu makan, konseli tidak makan seharian. Kebiasaan konseli akan tiduran di kamarnya saja tidak melakukan apa-apa sebagrang aktivitas, karena merasakan lemah badan dan juga gangguan penglihatan.
2. Diagnosis yaitu menetapkan
masalah yang dihadapi konseli.
Dilihat dari identifikasi kamasalah dapat disimpulkan bahwa mengalami gangguan migrain akibat stress yang berpanjangan. 3. Prognosis, yaitu
langkah yang dilakukan untuk menetapkan jenis bantuan yang akan dilaksanakan atau terapi yang sesuai dengan
permasalahan konseli.
Setelah melihat permasalahan konseli, konselor memilih teknik dan pendekatan terapi untuk mengatasi masalah klien, kemudian konselor memilih teknik penyembuhan melalui Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture yang sangat berpontensi untuk menangani masalah konseli.
4. Treatment Konselor menggunakan Terapi
Ruqyapuncture, berikut langkah langkah proses pemberian terapi berdasarkan prognosis sebagai berikut:
1) Langkah pertama atau muqodimah, yaitu konselor membina hubungan yang baik terhadap konseli, mengajak berkomunikasi, menanyakan kabar, lagi ngapain dan sebagainya.
2) Setelah itu langkah kedua sesi konseling, dimana konselor memberikan nasehat pada konseli, agar bisa membantu dirinya dalam meyelesaikan masalah konseli.
121
3) Kemudian pada langkah ke tiga konselor melakukan terapi Ruqyapunture sebelum melakuakn terapi konselor melakukan diagnosa dengan menggunakan korek api. Setelah itu konselor membacakan ayat Qurang yaitu surat surat Al-Fatihah, Al-Baqaroh 255 dan Al-Hasyr 18-24, baru ditusuk dengan menggunakan jarum akupunktur selama 15-20 menit. 4) Evaluasi, melihat kondisi konseli setelah
dilakukan terapi ada perubahan atau tidak. Apa yang dirasakan setelah terapi. 5. Follow Up Mengetahui sejauh mana langkah terapi yang dilakukan dalam mencapai hasil.
Setelah dilakukan terapi ini konselor bertanya apa yang dirasakan konseli setelah dilakukan terapi. Konselor juga melihat keadaan konseli kembali ceria. Katanya dia merasakan enak-enakan, berasa seneng denyut atau sakit dikepala berkurangan. Nafsu makan konseli juga kembali seperti biasa walaupun tidak sepenuhnya. Konseli juga mudah untuk melakuakn aktivitas seharian.
B. Analisis hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
Ruqyapuncture untuk Mengentaskan Migrain Akibat Stress Seorang
Mahasiswa Malaysia.
Untuk melihat hasil akhir dari perlaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture dalam mengentaskan Migrain akibat Stress seorang mahasiswa Malaysia di Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI), maka dengan terapi tersebut dan teori-teorinya dan juga
122
motivasi, maka bisa membantu mengurangi masalah klien terlihat perubahan yang baik pada konseli yang sebelumnya seperti banyak hambatan pada konseli jadi konseli kembali ceria seperti sebelumnya. Supaya lebih jelas lihat tabel berikut:
Table 1.6
Kondisi konseli sebelum dan selepas proses konseling dan terapi No Kondisi konseli Sebelum setelah
A B C A B C
1. Sakit kepala sebagian
 
2. Merasa mual mahu muntah
 
3. Tidak nafsu makan  
4. Tidak bisa beraktivitas   5. Gangguan penglihatan   6. Sifat marah   Keterangan : A= Sering nampak
B= Kadang kadang nampak C= Tidak nampak
Pembuktikan dari perubahan dari klien yang merasakan sakitnya itu berkurangan, maka dapat dikelaskan di tabel di atas. Dapat dilihat kondisi klien setelah dilakanasakan terapi Ruqyapuncture. Dalam tabel tersebut terdapay 3 point yaitu point A untuk aspek perilaku yang ada pada konseli. Point B pula adalah perilaku yang tidak jerjadi pada konseli. Selanjutnya adalah ponit C yaitu merupakan gejala yang kadang kadang terjadi pada konseli.
123
Maka untuk memperkuat keberhasilan proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi Ruqyapuncture, konselor menggunakan pedomana persentase perubahan perilaku dengan kriteria sebagai berikut93.
1. Kurang dari 60% : Kurang berhasil 2. 60% - 75% : Cukup berhasil 3. 75% - 100% : Berhasil
Dari tabel di aras dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan bimbingan dan konseling Islam dengan terapi Ruqyapucture terjadi perubahan pada konseli. Dimana perilaku yang ada pada konseli ada 8, dan 6 ada perubahan dan 2 lagi masih kadang kadang. Analisis keberhasilan terapi dapat diketahui sebagai berikut:
1. Gejala yang tidak nampak : 4 point
2. Gejala kadang kadang nampak : 2 point
3. Gejala tidak nampak : 0 point
4/6 X 100% = 66%
2/6 X 100% = 33%
Berdasarkan persentase dia atas, dapat di ketahui bahwa hasil akhir dari bimbingan dan konseling Islam dengan terapi Ruqyapuncture untuk mengentaskan migrain akibat stress dikategorikan berhasil dengan persentase 66%.
93
Suhartini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 210.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian dan pembahasan yang didasarkan atas dasar-dasar yang ada serta identifikasi secukupnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture untuk mengentaskan Migrain akibat Stress seorang mahasiswa Malaysia di Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI). Setelah melakukan identifikasi masalah, diagnosis, prognosis maka konselor melakukan proses terapi ruqyapuncture bagi membantu dan menyembuhkan penyakit-penyakit yang dialami konseli. Disamping itu, konselor menggunakan beberapa langkah-langkah dan juga teknik ruqyapuncture. Semuanya bermakna bagi mengurangi gejala yang dialami konseli. Pada awalnya, perilaku konseli jauh lebuh berubah, dimana awalnya orang yang baik menjadi lebih pemarah, sendirian di kamar, tidak nafsu makan, sakit kepala dan lain sebagainya. Setelah itu, konselor melakukan treatment pada konseli, yaitu dengan terapi ruqyapuncture. Diamana terapi ini gabungan diantara terapi ruqyah dan juga terapi akupunktur. Dari penelitian berikut bisa dikatakan bahwa terapi akupunktur cukup bermanfaat sebagai pengobatan alternatif. Akupunktur dapat mempengaruhi banyak penyakit lainnya dan
125
bekerja pada meridian, dengan demikian akupunktur diharapkan dapat memberikan efek pengobatan dari berbagai macam penyakit.
2. Hasil akhir dari proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi
Ruqyapuncture dalam mengentaskan Migrain akibat Stress seorang
mahasiswa Malaysia tersebut cukup berhasil. Hal itu dapat dilihat dari perhitungan prosentase yaitu 66% yang tergolong dalam kategori 60% - 75%. Adapun tingkat keberhasilannya dapat dilihat dengan adanya perubahan pada diri konseli, katanya sudah jarang sakit kepala lagi tidak seperti sebelumnya, konseli nampak menjadi lebih baik setelah dilaksanakan bimbingan dan konseling Islam dengan terapi Ruqyapuncture.
B. Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyedari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih meyempurnakan hasil dari penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi konselor
Melihat betapa pentingnya Bimbingan dan Konseling Islam pada masyarakat maupun individu, hendaklah diteruskan malah seharusnya lebih dipertingkatkan lagi, karena ini dakwah dalam menyampaikan amanat-Nya. Maka disini perlunya peningkatan skill dan mutu layanan agar masyarakat dan individu untuk lebih percaya lagi.
126
2. Bagi konseli
Bagi seorang konseli maupun individu yang mengalami masalah, hendaknya permasalahan yang dihadapinya dikongsikan pada konselor. Selain itu, untuk mencapai kebahagiaan, kesenangan harusnya kita sebagai hamba Allah meminta pertolongan pada Allah merubah cara hidup menjadi lebih tenang dan aman.
3. Bagi mahasiswa bimbingan dan konseling Islam
Bagi mahasiswa masih perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam dan secra terus menerus mengenai Terapi Ruqyapuncture dalam mengentaskan masalah yang ada. Terapi Ruqyapunture tidak berfokus pada migrain, bisa juga tentang kerasukan jin, atau sakit-sakit yang lain.
DAFTAR PUSAKA
Aswadi. Konsep Syifa” dalam Al Quran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Islam, Kementerian Agama RI, 2012.
Cawidu, Harifuddin. Konsep Kufur Dalam AlQuran. Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1991.
Hawari, Dadang. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya. Madinah: Madinah Mujamma’ Khadim Al-Haramain, 1971.
Agustin, Kosnadi, Akupunktur Dasar. Surabaya: Airlangga Univversity. Mukhamad, Rajin. Panduan Babon Akupuntur. Yogyakarta: Indoliterasi 2015.
Ruqyapuncture Community, Modul 4. Sinergi Pengobatan Thibbun Nabawi (Ruqyah)
dengan Easy &Japanese Acupuntyre, 2016.
Iskandar, Junaidi. Sakit Kepala, Migrain & Vertigo. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2013.
Yusuf, Wibisono. Titik Bekam 40 Penyakit. Sukoharjo: Thibbia, 2013.
Sirodj, Sjahudi. Pengantar Bimbingan Dan Konseling. Surabaya: PT. Revka Petra Media, 2012.
Tohirin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.
A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Rasool, G. Hussein. Islamic Counselling. New York: Routledge, 2016.
Safie, Sharhan. Perubatan Islam Menangkis Kejahatan Jin & Sihir. Kuala Lumpur: Sinar Zamdurrani, 2011.
Ruyapuncture Community Modul 3. Ruqyapuntur Sinergi Pengobatan Thibbun
Nabawi (Ruqyah) dengan Easy & Japanese Acupunture, 2016.
Moleong, Leky J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakari, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitaif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.
2
Atkinson, Rita L. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga 1997.
Nawawi, Hadari. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992.
Lubis, Namora Lumongga. Memamahami Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Kencana, 2011.
Anti Erman, Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.
Munir, Samsul. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Natawidjaja, Rachman. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widasaranan Indonesia, 1990.
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press, 2014. Mubarok, Ahmad. Konseling Agama Teori dan Kasus. Jakarta: Bina Rencana
Pariwara, 2002.
Arifin, Isep Zainal. Bimbingan Penyeluhan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009.
Al-Quran dan Terjemahannya. Surabaya: Departemen Agama RI, 1989.
Gunarsa, Singgih,D. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT, Gunung Mulia, 2000. Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Psikoterapi Konseling Islam. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 1988.
Hartono. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Musamar, Tohari. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.
Yogjakarta: UII Press, 1992.
Latipun, Psikologi Konseling. Malang: UMM Press, 2008.
Yususf, Syamsu. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdkarya, 2006.
Winkle, W.S. Bimbingan dan Penyeluhan dan Institute Pendidikan. Jakarta: Grafindo, 1991.
Surya, I, Djumhur dan Moh. Bimbingan dan Penyeluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu, 1975.
Mishabul Munir Jilid 1/236.
3
Ahmad, Perdana. Ruqyah Syariah vs Ruqyah Gadungan. Quranic 2007. Sudirman, Syarif. Akupunktur Untuk Nyeri. Jakarta: CV Sagung Seto, 2009. Ryadi, Ayodya L. Migren & Sakit Kepala Lainnya. Jakarta: PT Dian Rakyat, 2002. Quade, Walter MC. Stress, Jakarta: Erlangga, 1991.
A. T, Andi Mappiare. Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Lubis, Namora Lumongga. Depresi: Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana 2009. Wijoyo, Padrniarso M. Cara Mudah Mencegah dan Mengatasi Stress, Bogor: Bee
Media Pustaka, 2011.
Arora, Anjali. 5 Langkah Mencegah dan Mengatasi Stress, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2008.
Drajat, Zakiah. Peranan Agama Dalam Kesihatan Mental, Jakarta: Haji Masagung, 1988.
http://drhidayat.com/rawatan-akupuntur-efektif-migrain/. Diambil tanggal 23 Maret 2017
http://rumahsehatholistik.com/terapi-akupuntur-jogjakarta-pengertian-sejarah-khasiat/