• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja, dimana dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk akan memperbanyak jumlah angkatan kerja yang tersedia. Jumlah angkatan kerja di suatu daerah merupakan faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan semakin banyak jumlah angkatan kerja yang bekerja maka tenaga kerja tersebut semakin produktif yang pada akhirnya bisa meningkatkan output daerah.

Berdasarkan tabel 4.2 dibawah dapat dilihat jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan yang berusia produktif yang berusia 15-55 tahun periode tahun 2003-2012, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.2

Populasi Penduduk produktif yang berusia 15-55 tahun Propinsi Sulawesi Selatan,

Tahun 2003-2012

Tahun Populasi Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%)

2003 2.578.943 - 2004 2.783.364 7.92 2005 2.987.658 7.33 2006 3.139.320 5.07 2007 3.312.177 5.50 2008 3.447.879 4.09 2009 3.536.920 2.58 2010 3.636.920 2.82 2011 3.762.341 3.44 2012 3.987.852 5.99

Populasi penduduk berusia produktif yang berusia 15 – 55 tahun Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2003 adalah sebesar 2.578.943 jiwa meningkat menjadi 2.783.364 jiwa tahun 2004, tahun 2005 meningkat menjadi 2.783.364 jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 3.139.320 jiwa, tahun 2007 meningkat menjadi 3.312.177 jiwa, tahun 2008 meningkat menjadi 3.447.879 jiwa, tahun 2009 meningkat menjadi 3.536.920 jiwa, tahun 2010 meningkat menjadi 3.636.920 jiwa tahun 2011 meningkat menjadi 3.762.341 jiwa, tahun 2012 meningkat menjadi 3.987.852. sedangkan jika dilihat dari pertumbuhan Populasi penduduk yang berusia produktif yang berusia 15 -55 tahun Propinsi Sulawesi Selatan periode tahun 2003 sampai 2012 terlihat mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif dimana pertumbuhan terbesar yaitu pada tahun 2004 yaitu tumbuh sebesar 7.92% sedangkan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2009 yaitu tumbuh sebesar 2.58% .

Pertumbuhan populasi penduduk berusia produkktif yang berusia 15-55 tahun Propinsi Sulawesi Selatan yang bekerja dan tidak bekerja(menganggur) juga terlihat mengalami perkembangan yang berfluktuatif, jumlah penduduk yang bekerja di Propinsi Sulawesi selatan tahun 2003 adalah sebesar 2.358.527 jiwa, tahun 2013 jumlah populasi yang bekerja mencapai 3.732.356 jiwa, sedangkan jika dilihat dari pertumbuhan penduduk yang bekerja yang terbesar adalah tahun 2011 yaitu tumbuh sebesar 7.58% sedangkan pertumbuhan terendah yaitu tahun 2010 yaitu hanya tumbuh sebesar 1.56%, sedangkan penduduk usia 15-55 tahun yang tidak bekerja juga mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif dengan

populasi penduduk yang tidak bekerja terbesar yaitu tahun 2006 sebanyak 400.688 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu tahun 2003 sebanyak 220.416 jiwa.

Tabel. 4.3

Populasi Penduduk produktif yang berusia 15-55 tahun yang bekerja dan tidak bekerjaPropinsi Sulawesi Selatan,

Tahun 2003-2012

Tahun Bekerja Pertumbuhan Tidak Bekerja Pertumbuhan

2003 2.358.527 - 220.416 - 2004 2.476.267 4.99 307.097 39.33 2005 2.658.375 7.35 329.283 7.22 2006 2.738.632 3.02 400.688 21.68 2007 2.939.463 7.33 372.714 (6.98) 2008 3.136.111 6.69 311.768 (16.35) 2009 3.222.256 2.75 314.664 0.93 2010 3.272.365 1.56 364.555 15.86 2011 3.520.325 7.58 242.016 (33.61) 2012 3.732.356 6.02 255.496 5.57

Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Selatan, 2013 2. Upah Minimum Regional (UMR)

Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu, Upah mempunyai kedudukan yang strategis bagi tenaga kerja, perusahaan dan bagi pemerintah.. Bagi tenaga kerja itu upah digunakan untuk menghidupi kebtuhan hidupnya dan keluarganya, sedangkan bagi perusahaan upah salah satu sumber biaya dalam menentukan dan mempengaruhi produksi total perusahaan itu sendiri dan harga dari output suatu barang, sedangkan bagi pemerintah upah di gunakan untuk pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dari tabel di bawah dapat dilihat Upah Minimum Regional(UMR) Sulawesi - Selatan dari tahun 2003 sampai tahun 2012 selalu mengalami peningkatan hal ini

disebabkan karena kebutuhan hidup pekerja selalu meningkat tiap tahunnya.Pada tahun 2001 UMR Propinsi Sulawesi Selatan hanya sebesar Rp.415.000 meningkat menjadi Rp.1.200.000 pada tahun 2012. Sedangkan jika dilihat dari besarnya peningkatan UMR Propinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat bahwa peningkatan UMR Propinsi Sulaawesi Selatan terbesar yaitu pada tahun 2007-2008 yaitu meningkat

sebesar 39.91% yaitu dari Rp. 679.000 di tahun 2007 menjadi Rp.950.000.

Kemudian di tahun 2009-2012 yaitu :

Tabel. 4.4

Upah Minimum Regional (UMR) Sulawesi Selatan, Tahun 2003-2012 Tahun UMR (RP) Pertumbuhan (%) 2003 415.000 - 2004 455.000 9.64 2005 510.000 12.09 2006 612.000 20.00 2007 679.000 10.95 2008 950.000 39.91 2009 1.000.000 5.26 2010 1.100.000 10.00 2011 1.100.000 0.00 2012 1.200.000 9.09

Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Selatan, 2013 3. Kontribusi Sektor Industri

Sektor industri merupakan sektor yang juga sangat berperan dalam pembangunan ekonomi karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Sektor industri juga memegang peranan penting sebagai faktor produktif dalam memaksimumkan pembangunan.Perkembangan sektor industri tidak hanya ditandai dari perkembangan volume produksi, melainkan juga oleh makin beranekaragamnya jenis produk yang dihasilkan serta mutu yang semakin meningkat.Sektor industri juga

berperan dalam meningkatkan lapangan pekerjaan yang luas sehingga mengkasilkan pendapatan bagi masyarakat.

Tabel. 4.5

Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Propinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2003-2012

Tahun UMR Pertumbuhan

2003 5.745.283.81 - 2004 6.527.538.81 13.61 2005 7.137.867.57 9.35 2006 8.245.336.39 15.51 2007 9.158.552.38 11.07 2008 11.060.440.24 20.76 2009 12.514.885.58 13.15 2010 14.457.258.62 15.52 2011 14.624.519.37 1.15 2012 15.088.357.88 3.17

Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Selatan, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor industri terhadap PDRB propinsi Sulawesi Selatan terlihat mengalami perkembangan yang berfluktuatif dimana pertumbuhan terbesar kontribusi sektor industri terhadap PDRB Propinsi Sulawesi Selatan yaiatu pada tahun 2008 yaitu sebesar 20.76% sedangkan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2011 yaitu hanya tumbuh sebesar 1.15% .

4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Berdasarkan data yang digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan dilakukan dengan rumus koefisien Gini yang di kembangkan oleh Gini padatahun 1912. Data yang digunakan dalam penelitian ini di ukur oleh indeks gini di provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2003 hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel yang menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan

masih relatif rendah. Meskipun demikian Indeks Gini Provinsi Sulawesi Selatan sudah mendekati batas ketimpangan untuk distribusi pendapatan sedang (antara 0,3 – 0,4) itu dapat dilihat dari ketimpangan gini ratio Provinsi Sulawesi pada tahun 2011 dengan indeks Gini sebesar 0,28. Selebihnya periode tahun 2003 sampai 2012 indeks gini mulai mencapai angka 0,3 sampai 0,4.

Tabel. 4.6

Indeks Gini PDRB Propinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2003-2012

Tahun Indeks Gini

2003 0.3 2004 0.32 2005 0.34 2006 0.35 2007 0.37 2008 0.36 2009 0.39 2010 0.40 2011 0.28 2012 0.33

Sumber : BPS Propinsi Sulawesi Selatan, 2013

Jika dilihat dari table indeks gini untuk provinsi Sulawesi Selatan, terlihat bahwa indeks Gini provinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun semakin memiliki trend menaik.Hal ini tentu saja mengkhawatirkan karena disaat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan sedang naik namun distribusi pendapatan yang terjadi di masyarakat malah semakin kurang merata.

C. Uji Asumsi Klasik

Dokumen terkait