B. Partisipasi Aktif
4.2 Kegiatan Identifikasi Lamun
4.2.3 Pengukuran Parameter Kualitas Air
4.2.4.2 Deskripsi Jenis Lamun yang Ditemukan
Berdasarkan hasil identifikasi lamun dengan menggunakan metode transek kuadran yang telah dilakukan di perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terdapat enam spesies lamun yang ditemukan yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN A. Thalassia hemprichii
Spesies lamun yang banyak ditemukan pada perairan Pulau Pramuka Thalassia hemprichii. Menurut Hutomo (1977) Thalassia hemprichii memilliki ciri-ciri morfologi khusus memiliki batang yang berbuku-buku, memiliki rhizome yang tebal, helaian daun berbentuk melengkung dan memiliki panjang daun antara 10-40 cm. Thalassia hemprichii biasanya dapat ditemukan pada perairan dengan kedalaman 20-110 cm (Romimohtarto dan Juwana, 2001) Gambar 6.
Klasifikasi Thalassia hemprichii menurut Den Hartog (1970) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Anthophyta Class : Angiospermae Order : Helobiae Family : Hydrocharitaceae Genus : Thallassia
Species : Thalassia hempricii
Gambar 6. Thalassia hemprincii
Keterangan :
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN B. Cymodecea rotundata
Cymodecea rotundata merupakan spesies lamun kedua yang paling banyak ditemukan. Cymodecea rotundata memiliki morfologi seperti daun berbentuk selempang yang melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan arah ujung daun agak melebar, tulang daun berjumlah 9-10, panjang daun 5-16 cm, dan lebar daun 2-4 mm (Hutomo, 1977). Morfologi Cymodocea rotundata dapat dilihat pada Gambar 7.
Klasifikasi Cymodocea rotundata menurut Den Hartog (1970) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Anthophyta Class : Angiospermae Order : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
Gambar 7. Cymodocea rotundata
Keterangan :
a. Daun c. Rhizoma e. Buku
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN C. Enhalus acoroides
Enhalus acoroides mempunyai rhizoma berdiameter 13,15-17,20 mm yang tertutup dengan rambut-rambut yang kaku dan keras. Akar berbentuk seperti tali, berjumlah banyak dan tidak bercabang dengan panjang antara 18,50-157,65 mm. Bentuk daun seperti pita dengan tepi rata dan berujung tumpul. Panjang antara 65,0-160,0 cm dengan lebar antara 1,2-2,0 cm. Lamun ini memiliki buah yang berbentuk bulat dan bertangkai panjang (den Hartog, 1970) Gambar 8.
Klasifikasi Ehalus acoroides sebagai berikut (den Hartog, 1970): Kingdom : Plantae Division : Angiospermae Class : Liliopsida Oeder : Hydrocharitales Family : Hydrocharitaceae Genus :Enhalus
Spesies :Enhalus acoroides (Linnaeus f.) Royle
Gambar 8. Enhalus acoroides
Keterangan :
a. Daun c. Rambut-rambut
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN D. Halodule uninervis
Holodule uninervis merupakan spesies lamun yang dapat tumbuh pada segala jenis substrat akan tetapi keberadaanya kurang mendominasi suatu perairan (Fortes, 1990). Karakteristik morfologi dari Holodule uninervis yaitu memiliki daun yang pipih, panjang maksimum mencapai 15 cm, lebar maksimum mencapai 5 mm, dan tulang daun berjumlah tiga buah (Hutomo, 1977) Gambar 9.
Klasifikasi Halodule uninervis menurut Den Hartog (1970) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division : Anthophyta Class : Angiospermae Order : Helobiae Family : Potamogetonaceae Genus : Halodule
Species : Halodule uninervis
Gambar 9. Halodule uninervis
Keterangan :
a. Daun c. Rhizoma e. Rambut
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN E. Halophila ovalis
Karakteristik morfologi Halophila ovalis menurut Hutomo (1977), yaitu memiliki daun yang pipih berbentuk bulat telur, panjang daun mencapai 3,2 cm, lebar daun maksimal 1,3 cm, mempunyai tulang daun yang berjumlah 10-25 pasang, dan memiliki akar yang tipis seperti rambut Gambar 10.
Klasifikasi Halophila ovalis menurut Den Hartog (1970) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Anthophyta Class : Angiospermae Order : Helobiae Family : Hydrocharitaceae Genus : Halophila
Species : Halophila ovalis
Gambar 10. Halophila ovalis
Keterangan :
a. Daun oval
b. Batang daun
c. Rhizoma
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN F. Syringodium isoetifolium
Syringodium isoetifolium mempunyai panjang daun berkisar 5-10 cm, tapi dapat tumbuh hingga 50 cm. Lamun ini memiliki daun berbentuk tabung. Daun memiliki ujung runcing halus. Tunas muncul dari rimpang, masing-masing tunas dengan 2-3 daun. Daunnya mengandung rongga udara dan mengapung dengan mudah (McKenzie, 2003) Gambar 11.
Berikut adalah klasifikasi Syringodium isoetifoliummenurut Den Hartog (1970) adalah sebagai berikut :
Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermae Famili : Potamogetonacea Subfamili : Cymodoceoideae Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifolium
Gambar 11. Syringodium isoetifolium
Keterangan :
a. Daun berbentuk tabung c. Rhizoma
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN 4.2.4.3 Keanekaragaman Jenis Lamun
Indeks Keanekaragaman adalah nilai yang dapat menunjukkan keseimbangan keanekaragaman dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis (Rappe, 2010). Berdasarkan pengambilan data, diperoleh data indeks keanekaragaman di dua lokasi di perairan Pulau Pramuka sebagai berikut. (Lampiran 7).
Tabel 7. Keanekaragaman Jenis Lamun di Perairan Pulau Pramuka
No Lokasi Transek Keanekaragaman
1. KPRLM01 0,5218
2. KPRLM02 0,6689
Keterangan :
1. KPRLM 01 : Kepulauan Pramuka Lamun Stasiun 1
2. KPRLM 02 : Kepulauan Pramuka Lamun Stasiun 2
Keanekaragaman jenis lamun di perairan Pulau Pramuka pada stasiun 1 menunjukkan nilai sebesar 0,5218 dan pada stasiun 2 menunjukkan nilai 0,6689. Berdasarkan indeks keanekaragaman Simpsons (Krebs, 1975), maka indeks keanekaragaman jenis lamun di stasiun 1 dan stasiun 2 dinyatakan tinggi karena nilai (H) mendekati 1.
Keragaman lamun terbesar di dunia terdapat di perairan Indo-Pasifik (Den hartog, 1970 dalam Fauziyah, 2004). Australia merupakan daerah dengan keragaman lamun terbesar di dunia, memilki 31 jenis lamun dari 11 genus. Di perairan Asia Tenggara terdapat 16 jenis lamun dari 7 genus. 12 jenis diantaranya tersebar merata di seluruh perairan Indonesia, kecuali Halophila spinulosa dan Halophila decipiens, mempunyai penyebaran yang lebih terbatas (Tomascik et al., 1997 dalam Fauziyah, 2004).
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Komunitas padang lamun mempunyai 3 tipe vegetasi, yaitu monospesifik (tunggal), asosiasi dua/tiga jenis dan vegetasi campuran. Vegetasi monospesifik merupakan komunitas lamun yang terdiri atas satu jenis, dan terjadi sementara sebagai fase intermediate menuju situasi yang lebih stabil (vegetasi campuran). Vegetasi campuran biasannya terdiri dari beberapa asosiasi minimal 4 jenis (Fauziyah, 2004).
Spesies lamun yang membetuk vegetasi asosiasi adalah Thalassia hemprinchii, Cymodecea rotundata dan Enhalus acoroides yang terdapat pada stasiun 2. Spesies lamun membentuk vegetasi campuran adalah Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,
Syringodium isoetifolium, dan Halodule uninervis, karena hampir semua spesies lamun tumbuh pada stasiun 1.
Suatu komunitas lamun dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi jika terdapat spesies yang melimpah secara merata. Jika komunitas disusun dari sejumlah kecil spesies atau hanya sejumlah kecil spesies yang melimpah maka keanekaragaman jenis dalam komunitas tersebut rendah (Brower et al., 1990 dalam Fauziyah, 2004).
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan identifikasi lamun di perairan Pulau Pramuka mendapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai penutupan lamun di perairan Pulau Pramuka pada stasiun 1 dan 2 yaitu 50,6944% dan 53,4722% . Hal ini menujukkan bahwa nilai tutupan lamun di perairan Pulau Pramuka kurang sehat atau kurang baik.
2. Dari kegiatan identifikasi lamun di perairan Pulau Pramuka di temukan 6 spesies lamun dari 7 spesies lamun yang ada yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Syringodium
isoetifolium, dan Halodule uninervis.
3. Keanekaragaman lamun di perairan Pulau Pramuka pada stasiun 1 menunjukkan nilai sebesar 0,5218 dan pada stasiun 2 menunjukkan nilai 0,6689. Hal ini menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
5.2 Saran
Kondisi penutupan lamun dalam katagori kurang baik maka perlu adanya tindakan untuk kegiatan monitoring setiap bulannya. Selain itu perlu adanya lokasi khusus yang terdapat 8 spesies lamun di peraiaran Pulau Pramuka, sehingga kegiatan praktek kerja lapang yang berhubungan dengan lamun dapat dilakukan kegiatan di lokasi tersebut.
Tingkat keanekaragaman jenis lamun yang tinggi perlu di jaga kondisinya dengan menjaga lingkungan perairan sekitar Pulau Pramuka. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuang sampah pada tempatnya agar tidak mencemari
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN perairan tersebut. Sehingga diharapakan kondisi dan tingkat keanekaragaman lamun tetap terjaga dengan baik.
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN DAFTAR PUSTAKA
Apramilda, R. 2011. Status Temporal Komunitas Lamun dan Keberhasilan Transplantasi Lamun Pada Kawasan Rehabilitasi di Pulau Pramuka dan Harapan, Kepulauan Seribu, Provinsi Dki Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Argandi, G.2003. Struktur Komunitas Lamun di perairan Pangerungan, Jawa Timur.Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Azkab, M. H.1990. Pedoman Inventarisasi Lamun. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penegetahuan Indonesia. Dalam Buletin Ilmiah Oceana.Jakarta.
Azkab, M. H.1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penegetahuan Indonesia.Jakarta.
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2008. Inventarisasi padang lamun di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Jakarta. 33 hlm.
Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2005. Penanaman Lamun di Kepulauan Seribu. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Brower, J. E., J. H. Zar and C. Von Ende. 1990. General Ecology. Field and Laboratory Methods. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuque, Iowa. Dahuri, R, R. Jacub, P.G sapta dan M.J. Sitepu.2001.Pengolahan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan Terpadu.PT Pradnya Paramita.Jakarta.
Dahuri, R., Rais, R. J. Ginting, S. P. dan Sitepu, M. J. 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita : Jakarta.
Dahuri, R.2003.Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Den Hartog, C. 1970. The Seagrass of The World. North Holland Amsterdam. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Pedoman Rehabilitas untuk
Konservasi Padang Lamun.Dalam Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.Jakarta.
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Ekaningrum, N., Ruswahyuni dan Suryani. 2012. Kelimpahan Hewan Makrobentos Berasosisasi pada Habitat Lamun dengan Jarak Berbeda di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Diponegoro.Semarang.
English, S., Wilkinson, C., dan Baker, V. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources, 2nd Edition. Townsville: Australian Institute of Marine Science.
Fauziyah, I.M. 2004. Sturktur Komunitas Padang Lamun di Pantai Jibar Sanur, Bali. Jurusan Ilmu Dan Teknoligi Kelautan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Skripsi. IPB. Bogor.
Fortes, M. D. 1990. Seagrass: A Resuarce Unknown in The ASEAN Regions. ICLARM EDUCATION. Internasional Center for Living Aquatic Resource Management, manila. Phillipines.
Gosari, B.A.J dan Haris, A. 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde.Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Hasanuddin.Makasar.
Harpiansyah., Pratomo, A., Yandri, F. 2014. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.
Hemminga, M.A. and C.M. Duarte, 2000. Seagrass Ecology. Published by The Press Syndicate of the University of Cambridge, United Kingdom.
Hilman, Iman dan Ratna Suharti. 2011. Pengelolaan Ekosistem Lamun. Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Pusat Penyuluhan KP-BPSDMKP. Jakarta.
Hutomo, M. 1977. Padang Lamun Indonesia: Salah satu Ekosistem Laut Dangkal yang Belum Banyak Dikenal. Pidato Ilmiah Pengukuhan Peneliti Untama.LIPI.Jakarta
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2004. Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup.
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Kiswara, W. 1992. Vegetasi Lamun (seagrass) di Rataan Terumbu Pulau Pari,
Kepulauan Seribu. Buletin Ilmiah Oseana no.25 Jakarta. Kordi, K. 2011. Ekosistem Lamun.PT Rineka Cipta.Jakarta
Krebs, C. J., 1972. Ecology, the Experimental Analisys of Distribution and Abudance Haper anda Row Publ. New York. 496 p.
Krebs, C. J. 1975. Ecology : The Experimental Analysis of Distribution an Abundance.Herper and Row Publication. New York.
McKenzie, L.J. and Campbell, S.J. 2003. Manual for Community (Citizien) Monitoring of Seagrass Habitat.Wester Pasific Edition.Seagrass Wach.Departement of Primary Industries Queensland.Australia.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut.PT Pradnya Paramita.Jakarta. Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. hal. 54.
Notji, A., 1987. Laut Nusantara.Penerbit Jambatan.Jakarta.
Nyabakken, J.W. 1988. Biologi Laut.Suatu Pendekatan Biologis.Diterjemahkan dari Marine Biology an Ecological Approach oleh M.Eidman. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu Salinitas dan Oksigen Terlarut di Perairan Kema Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1 (3). ISSN: 2302-3589.
Rahmawati, S. Supriyadi, I.H. Azkab, H.M dan Kiswaran W., 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun.Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penegetahuan Indonesia.Jakarta.
Reswara, T. A. 2010. Struktur Komunitas Lamun di Sekitar Perairan Kepulauan Seribu. Skripsi. FPIK. Universitas Padjadjaran.
Romimohtarto,K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.Puslitbang Oseanologi LlPI.
Sakaruddin, M. 2011. Komposisi Jenis, Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas Penutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun 1990-2010. Skripsi. Insitut Pertanian Bogor.
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Sangadji, E. M dan Sopiah. 2010. Metodelogi Penelitian Pendekatan Praktis
Dalam Penelitian. Andi. Yogyakarta. hal. 44.
Short FT, R Coles. 2003. Global seagrass research method. Elsevier Science, Amsterdam.
Situmorang, R.E., Lestari, F., dan Ulfah, F. 2015 .Kajian Potensi Ekosistem Lamun Untuk Pengembangan Ekowisata Lamun Di Desa Batu Licin Kabupaten Bintan Kepulauan Riau.Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Maritim Raja Ali Haji.Tanjung Pinang.Kepulauan Riau.
Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Wimbaningrum, R. 2003. Komunitas Lamun di Rataan Terumbu, Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Jurnal ILMU DASAR 4.
Wimbaningrum, R. 2002. Pola Zonasi Lamun (Seagrass) dan Invertebrata makrobentik yang Berkoeksistensi di Rataan Terumbu Pantai Bama, Taman Nasional Baluran.Jawa Timur.Jurnal Ilmu Dasar.
Zakaria, 2015. Pengaruh Substrat Terhadap Laju Pertumbuhan Daun Lamun (Enhalus acoroides) di Perairan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota, Skripsi. Tanjungpinang : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
(Sumber : www.pulauseriburesorts.com, diakses pada tanggal 4 Januari 2016)
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 2. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 3. Rekapitulasi Sebaran Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
No Uraian Tingkat Pendidikan Jumlah S3 S2 Sarjana Sarjana Muda SLTA SLTP SD K NK K NK K NK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. PNS / CPNS a. Struktural 3 2 5 b. Non Fungsional 3 1 5 2 3 17 2 1 34 2. Pegawai Fungsional a. POLHUT 4 3 31 38 b. Penyuluh 1 2 3 c. Teknisi Kehutanan / PEH 3 5 1 1 10 3. Pegawai Harian Proyek a. Honorarium 2 2 b. Tenaga Kontrak 1 13 1 1 16 Jumlah 7 4 18 3 7 62 3 4 108
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 4. Sarana dan Prasarana Seksi Pengolahan Taman Nasional III
(a) (b)
(c) (d)
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 4. Sarana dan Prasarana Seksi Pengolahan Taman Nasional III
(g) (h)
(i) (j)
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 4. Sarana dan Prasarana Seksi Pengolahan Taman Nasional III
(m) (n)
Keterangan :
a. Visitor Centre
b. Ruang penyimpan peralatan
diving c. Diving shop
d. Dapur
e. Ruang penyimpanan barang
bekas
f. Ruang pertemuan
g. Mess tempat tinggal pegawai
h. Wisma tamu i. Musholla j. Pusat informasi k. Kantor l. Perpustakaan m. Wisma tamu n. Gudang
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 5. Alat yang digunakan dalam Kegiatan Identifikasi Lamun
(a)
(c) (d)
(e) (f)
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN (j)
Lampiran 5. Alat yang digunakan dalam Kegiatan Identifikasi Lamun
(g) (h)
(i)
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 5. Alat yang digunakan dalam Kegiatan Identifikasi Lamun
Keterangan
a. Sepatu boot
b. GPS (Global Position System) c. Roll meter
d. Frame kuadran e. Patok kayu
f. Termometer
g. Kertas tahan air h. Panduan identifika i. Sachidisk
j. Refraktometer k. Underwater camera l. Bola arus
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 6. Penutupan Lamun di Perairan Pulau Pramuka
Pengamat : Abid Naufaldin
Tanggal : 26 Januari 2016
Lokasi : Pulau Pramuka
No. Lokasi : KPRLM01 (Kepulauan Pramuka Lamun Stasiun 1)
Waktu Awal : 15.03 WIB Waktu Akhir : 17.48 WIB
Koordinat :Transek 1 S : 5044’31’’ E : 106036’55’’ Transek 2 S : 5044’30’’ E : 106036’54’’ Transek 3 S : 5044’30’’ E : 106036’55’’
Transek
Meter
Nilai Penutupan Lamun Rata - rata
Penutupan Lamun (%) Kuadran Kotak 1 2 3 4 1 0 100 100 25 100 81,25 5 75 75 50 25 56,25 10 100 100 100 100 100 15 25 75 100 100 75 20 25 50 25 25 31,25 25 25 25 25 25 25 2 0 50 25 75 75 56,25 5 50 50 25 100 56,25 10 50 75 100 75 75 15 25 25 25 75 37,5 20 25 50 25 25 31,25 25 25 25 25 25 25 3 0 100 100 100 75 93,75 5 25 25 25 25 25 10 75 75 25 25 50 15 50 75 25 25 43,75 20 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 Rata-rata 50,69444444
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 6. Penutupan Lamun di Perairan Pulau Pramuka
Pengamat : Abid Naufaldin
Tanggal : 29 Januari 2016
Lokasi : Pulau Pramuka
No. Lokas i : KPRLM02 (Kepulauan Pramuka Lamun Stasiun 2)
Waktu Awal : 15.57 WIB Waktu Akhir : 18.05 WIB
Koordinat : Transek 1 S : 5044’40’’ E : 106036’58’’ Transek 2 S : 5044’41’’ E : 106036’58’’ Transek 3 S : 5044’40’’ E : 106036’58’’
Transek
Meter
Nilai Penutupan Lamun Rata - rata
Penutupan Lamun (%) Kuadran Kotak 1 2 3 4 1 0 100 100 75 50 81,25 5 75 50 50 100 68,75 10 100 75 25 50 62,5 15 100 75 75 50 75 20 75 100 100 100 93,75 25 50 75 25 50 50 2 0 50 100 25 75 62,5 5 50 0 25 75 37,5 10 75 50 25 75 56,25 15 100 75 0 25 50 20 75 50 75 25 56,25 25 75 75 75 50 68,75 3 0 75 25 100 100 75 5 0 0 0 0 0 10 25 75 25 25 37,5 15 25 25 25 25 25 20 25 0 25 25 18,75 25 75 25 50 25 43,75 Rata-rata 53,47222222
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 8. Kegiatan Praktek Kerja Lapang
(a) (b)
(c) (d)
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 8. Kegiatan Praktek Kerja Lapang
(g) (h)
Keterangan :
a. Pembuatan patok kayu b. Pengukuran garis transek c. Menghitung tutupan lamun d. Kegiatan identifikasi lamun e. Pengukuran pH dan suhu f. Pengukuran arus
g. Pengukuran salinitas h. Pengukuran kecerahan
i. Stasiun 1 bagian utara Pulau Pramuka j. Stasiun 2 bagian timur Pulau Pramuka
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 9. Rumus Persen Penutupan Lamun
Penutupan lamun menyatakan luasan area yang tertutupi oleh tumbuhan lamun. Persentase penutupan lamun ditentukan berdasarkan panduan monitoring padang lamun Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2014.
Penilaian Penutupan Lamun dalam Kotak Kecil Penyusun Kuadran 50 x 50 cm.
Katagori Nilai Penutupan Lamun
Tutupan Penuh 1
Tutupan ¾ kotak kecil 0,75
Tutupan ½ kotak kecil 0,5
Tutupan ¼ kotak kecil 0,25
Kosong 0
Rata-rata
Penutupan Lamun (%) = Jumlah penutupan lamun seluruh transek × 100 % Jumlah kuadran seluruh transek
PRAKTEK KERJA LAPANG IDENTIFIKASI LAMUN ABID NAUFALDIN Lampiran 10. Rumus Keanekaragaman Lamun
Keanekaragaman spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenan spesies dan merupakan ciri khas struktur komunitas. Rumus yang digunakan untuk menghitung keanekaragaman adalah rumus Shannon-Wiener(Krebs, 1972) yaitu:
H = 1- ∑ (Pi)2 Pi = Ni N Keterangan:
H = lndeks Keanekaragaman Ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu semua spesies
Pi = Proporsi frekuensi spesies ke-i dari terhadap jumlah total
Kriteria keanekaragaman berdasarkan nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut:
H mendekati 0, maka keanekaragaman antar spesies rendah