• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A Jenis Penelitian

J. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran

Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah materi trigonometri dengan KD 3.9 dan KD 4.9. Materi ini diajarkan di kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pendekatan saintifik. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen dengan Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two

Stray (TS-TS)

Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen (X IPS 1) menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS. Sebelum dilaksanakan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi tes (pretest) untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematis siswa dan diberi angket untuk mengukur minat awal belajar siswa. Empat pertemuan digunakan untuk mempelajari materi trigonometri KD 3.9 dan KD 4.9 dan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP. Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes (posttest) untuk mengukur kemampuan akhir komunikasi matemattis siswa dan angket untuk mengukur minat belajar siswa.

Proses pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti dengan mengacu pada RPP yang telah dibuat sebelumnya. Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dapat dilihat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada lampiran 3.3 s/d 3.6. Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik model pembelajaran

kooperatif tipe TS-TS termasuk dalam kategori baik karena telah mencapai 88%. Rekap penlilaian keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3.1.

Pembelajaran diawali dengan memberikan apersepsi berupa materi prasyarat apa yang harus dikuasai siswa sebelum mempelajari materi trigonometri. Kemudian peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran dan motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi trigonometri melalui beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran TS-TS siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, 8 kelompok beranggotakan 4 siswa dengan kemampuan beragam. Pembagian siswa kedalam kelompok belajar didasarkan pada nilai yang diperoleh siswa dari ulangan harian sebelumnya atau dapat juga dari nilai kuis yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya.

Pada tahap berikutnya, siswa diberi LKS untuk dipelajari secara kelompok selama 20-25 menit. Pada saat diminta untuk mempelajari materi secara berkelompok, beberapa siswa lebih memilih untuk mengobrol dengan anggota kelompok yang lain. Namun, dengan penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya tumbuh kemauan dalam diri siswa untuk belajar.

Setelah mempelajari dan mengerjakan LKS bersama-sama di dalam kelompok sesuai dengan kemampuan mereka, dalam kelompok mereka berdiskusi untuk mempelajari dan mengerjakan LKS. Peneliti mengawasi jalannya diskusi dan memberi bantuan jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Ada 2 kegiatan dalam LKS ini, yaitu Kegiatan I berisi soal dan langkah-langkah untuk menemukan konsep dan jika kegiatan I seluruh siswa sudah menuntaskannya, baru diperbolehkan mengerjakan Kegiatan II berisikan soal-soal. Beberapa

kelompok bekerja secara aktif dan bekerja sama, tapi ada kelompok yang tidak berdiskusi melainkan mengerjakan LKS secara individu. Peneliti kemudian memberikan penjelasan mengenai pentingnya berdiskusi dalam kelompok belajar, dan siswa mulai memperbaikinya.

Gambar 6. Siswa berdiskusi dengan kelompok asalnya

Setelah siswa selesai berdiskusi di dalam kelompok, kelompok awal yang terdiri dari 4 siswa tersebut kemudian dibagi menjadi 2 yaitu 2 orang yang akan tetap tinggal di kelompoknya dan 2 orang yang akan mengunjungi kelompok lain. Dalam tahap ini, 2 orang yang tinggal di kelompok akan mengkomunikasikan hasil diskusi dari kelompoknya kepada 2 orang yang berkunjung. Sedangkan 2 orang yang berkunjung akan mengasosiasi hasil dari diskusi kelompoknya dengan hasil diskusi dari kelompok yang dikunjungi. Dengan adanya kegiatan ini maka siswa akan berlatih untuk berkomunikasi dengan siswa lain.

Gambar 7. Dua siswa tinggal, dua siswa berkunjung

Setelah 2 siswa berkunjung ke kelompok yang lain, mereka kembali ke kelompok asal dan mengkomunikasikan kembali hasil diskusinya ketika bertamu. Begitu juga 2 orang yang tetap tinggal di kelompok juga mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan 2 siswa yang bertamu di kelompok dan berdiskusi kembali apabila ditemukan perbedaaan dalam pengerjaan LKS maka dalam kelompok didiskusikan kembali. Setelah siswa berdiskusi, beberapa siswa mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi mereka di papan tulis yang kemudian dibahas bersama-sama. Pada tahap ini jika masih ada siswa yang belum mengerti, peneliti akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian siswa dibimbing oleh peneliti untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari, siswa diberi kuis untuk dikerjakan secara individu.

Selama pembelajaran, siswa terlihat antusias dan aktif dalam setiap tahap yang dilakukan. Hal ini terlihat ketika siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS, ketika siswa berebut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di papan tulis, dan ketika siswa bertanya kepada peneliti saat menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam pembagian kelompok, ada kelompok yang tidak berdiskusi melainkan bekerja secara individual hal itu dikarenakan siswa merasa tidak nyaman dalam kelompok tersebut. Namun, secara keseluruhan diskusi kelompok berjalan dengan baik dan siswa berperan aktif. Adapun hambatan yang dialami ketika pembelajaran adalah manajemen waktu yang belum optimal. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang ada, sehingga waktu yang dihabiskan untuk pelakssanaan pembelajaran sering melebihi waktu yang telah ditetapkan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol dengan Pendekatan Saintifik Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol (X IPS 3) menggunakan pendekatan saintifik. Sebelum dilaksanakan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberi tes (pretest) untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematis siswa dan angket untuk mengukur minat awal belajar siswa. Empat pertemuan digunakan untuk mempelajari materi trigonometri KD 3.9 dan KD 4.9 dan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP. Setelah dilakukan pembelajaran siswa diberi tes (posttest) untuk mengukur kemampuan akhir komunikasi matematis siswa dan angket untuk mengukur minat akhir belajar siswa.

Secara keseluruhan, kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol dapat dilihat pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan pada lampiran 2.7 s/d 2.10 Persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik juga termasuk kategori sangat baik yakni mencapai 92% Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3.2.

Pada tahap pendahuluan, penelitian menginformasikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi yaitu materi prasyarat yang telah dipelajari sebelumnya. Cara penyampaian apersepsi adalah memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa mengingat kembali materi yang sudah dipelajari.

Tahap selanjutnya, peneliti meminta siswa untuk mengamati konsep yang diberikan dan penjelasannya serta contoh soal yang lengkap dengan cara penyelesaiannya yang ditayangkan pada LCD serta dijelaskan kelmbali oleh

peneliti. Ketika peneliti meminta siswa untuk mengamati dan mendengarkan penjelasan dari peneliti beberapa siswa memperhatikan, namun ada juga yang ramai sendiri mengobrol dengan temannya. Setelah diingatkan untuk belajar, kelas sedikit lebih kondusif. Kemudian siswa dipersilahkan untuk bertanya apabila menemui kesulitan. Peneliti memberikan waktu kepada siswa untuk mencatat dan memahami kembali apa yang sudah dijelaskan oleh peneliti.

Selanjutnya, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh peneliti. Siswa diperbolehkan berdiskusi dengan teman sebangkunya agar saling bertukar pikiran dan saling membantu jika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Setelah selesai mengerjakan soal latihan, siswa dipersilahkan untuk mengerjakan di papan tulis. Ada siswa yang maju dengan keinginan sendiri, ada juga yang menunggu ditunjuk. Setelah selesai menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis, peneliti bersama dengan siswa lain mengoreksi jawabannya dan peneliti mempersilahkan apabila ada yang ingin bertanya jika ada yang kurang jelas.

Pada akhir pembelajaran, peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan konsep yang telah dipelajari. Selanjutnya siswa diberikan soal kuis untuk dikerjakan secara individu. Kuis diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempelajarinya di rumah.

2. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini adalah gambaran dari data yang diperoleh ketika penelitian dilakukan untuk mendukung pembahasan hasil penelitian. Dari gambaraan data ini dapat dilihat kondisi sebelum dan setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik statidtik yang digunakan untuk mendeskripsikan data berupa rata-rata, simpangan baku, skor terendah, skor tertinggi.

a. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis meliputi data pretest dan

posttest. Data pretest merupakan hasil tes komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi matematis siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Data posttest merupakan hasil tes komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa disajikan pada Tabel 13, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.3.

Tabel 13. Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Deskripsi Kelas TS-TS (X IPS 1) Kelas Kontrol (X IPS 3)

Awal Akhir Awal Akhir

Skor rata-rata 44,87 79,62 41,86 77,79

Variansi 46,17 79,53 45,40 70,38

Simpangan baku 6,79 8,33 6,73 8,38

Jumlah Siswa (n) 32 32 29 29

Skor tertinggi teoretik 100 100 100 100

Skor terendah teoretik 0 0 0 0

Skor tertinggi 56,00 92,00 52,00 88,00 Skor terendah 32,00 64,00 30,00 60,00

Berdasarkan data pada tabel di atas secara keseluruhan nilai posttest

tertinggi yang dicapai siswa adalah 92,00 sedangkan nilai terendahnya adalah 60,00. Berdasarkan kriteria ketuntasan hasil belajar, rata-rata hasil belajar siswa kedua kelas telah memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 75. Data mengenai kategorisasi pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 14, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.1.

Tabel 14. Kategorisasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sebelum dan Setelah Perlakuan

Skor Kriteria

TS-TS (X IPS 1) Kontrol (X IPS 3)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

F % F % F % F % ≤ � ≤ Sangat Baik 0 0 9 28,1 0 0 5 17,2 < � ≤ Baik 0 0 16 50 0 0 15 51,7 < � ≤ Cukup Baik 0 0 7 21,9 0 0 9 31,1 < � ≤ Kurang Baik 8 25 0 0 5 17,3 0 0 � ≤ Tidak Baik 24 75 0 0 24 82,7 0 0 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas tampak bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria tidak baik yakni 75%. Setelah diberi perlakuan sebagian besar siswa kelas eksperimen masuk dalam kriteria baik 50%, dan kriteria sangat baik 28,1%. Minat belajar matematika siswa kelas kontrol sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria cukup baik yakni mencapai 48,28%. Setelah diberi perlakuan sebagian besar siswa kelas kontrol masuk dalam kategori baik yaitu 55,17%.

b. Minat Belajar Siswa

Data mengenai minat belajar siswa diperoleh dari pengisian angket minat belajar yang dilakukan oleh setiap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Angket minat belajar matematika ini diberikan sebelum dan setelah perlakuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS dan pendekatan saintifik terhadap minat belajar matematika siswa. Data minat belajar siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 15, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4.

Tabel 15. Hasil Angket Minat Belajar Siswa

Deskripsi Kelas TS-TS (X IPS 1) Kelas Kontrol (X IPS 3) Awal Akhir Awal Akhir Skor rata-rata 60,00 71,78 60,31 70,00

Variansi 53,87 46,88 72,93 38,42

Simpangan baku 7,33 6,84 8,54 6,19

Jumlah Siswa (n) 32 32 29 29

Skor tertinggi teoretik 100 100 100 100

Skor terendah teoretik 20 20 20 20

Skor tertinggi 82,00 88,00 77,00 82,00 Skor terendah 49,00 60,00 45,00 60,00

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan minat belajar siswa pada kelas eksperimen pendekatan saintifik dengan model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan kelas kontrol dengan pendekatan saintifik setelah diberi perlakuan. Data kategorisasi minat belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah diberi perlakuan disajikan pada Tabel 16, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.2.

Tabel 16. Kategorisasi Minat Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Perlakuan

Skor Kriteria

TS-TS (X IPS 1) Kontrol (X IPS 3)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

F % F % F % F % � > Sangat Baik 0 0 1 3,125 0 0 0 0 < � ≤ Baik 4 12,5 18 56,25 7 24,14 16 55,17 < � ≤ Cukup Baik 2 4 75 13 40,62 5 14 48,28 13 44,83 < � ≤ Kurang Baik 4 12,5 0 0 8 27,59 0 0 � ≤ Tidak Baik 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel di atas tampak bahwa minat belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Minat belajar siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria cukup baik yakni 75%. Setelah diberi perlakuan sebagian besar siswa kelas eksperimen masuk dalam kriteria baik 56,25%. Minat belajar matematika siswa kelas kontrol sebelum perlakuan sebagian besar masuk dalam kriteria cukup baik yakni mencapai 48,28%. Setelah diberi perlakuan sebagian besar siswa kelas kontrol masuk dalam kategori baik yaitu 55,17%. 3. Analisis Statistik

Data yang digunakan pada analisis statistik ini adalah data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. Data sebelum perlakuan digunakan untuk menguji normalitas dan homogenitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan. Data setelah perlakuan digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis penelitian., yaitu mengetahui keefektifan pendekatan saintifik dengan model pembelajaraan

kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis dan minat belajar siswa.

a. Uji Prasyarat Analisis

Data kemampuan komunikasi matematis dan minat belajar siswa dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok memiliki varians yang homogen atau tidak. Berikut disajikan hasil uji normalitas dan uji homogenitas kelas kontrol.

1) Uji Normalitas Sebelum Perlakuan

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi � = %. Uji ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21. Uji normalitas tampak pada Tabel 17 dan Tabel 18 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas (Pretest)

Kelas Sig. Kesimpulan

TS-TS 0,062 Data berdistribusi normal Kontrol 0,082 Data berdisribusi normal

Dari tabel 17 dapat diketahui sig pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol > α dengan α > 0,05. Hal tersebut berarti H0 diterima. Karena H0 diterima maka dapat disimpulkan bahwa data pretest berdistribusi normal dan dapat dilihar pada grafik Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Grafik Normal Q-Q Plot Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen

Gambar 10. Grafik Normal Q-Q Plot Data Nilai Pretes Kelas Kontrol Tabel 18. Hasil Uji Normalitas (Minat Belajar Awal)

Kelas Sig. Kesimpulan

TS-TS 0,170 Data berdistribusi normal Kontrol 0,200 Data berdisribusi normal

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui sig dari angket minat belajar awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol > α dengan α > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima. Karena H0 diterima maka dapat disimpulkan bahwa data angket minat belajar awal siswa berdistribusi normal dan dapat dilihat pada grafik Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Grafik Normal Q-Q Plot Data Skor Awal Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 12. Grafik Normal Q-Q Plot Data Skor Awal Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol

2) Uji Homogenitas Multivariat Sebelum Perlakuan

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen. Untuk menguji homogenitas variansi digunakan uji Box’s M dengan bantuan program SPSS versi 21 dengan taraf signifikansi α = 5%. Data homogen jika Sig. > α. Uji homogenitas tampak pada Tabel 18 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5

Tabel 18. Hasil Uji Homogenitas Multivariat Sebelum Perlakuan

Box’s M F df.1 df.2 Sig. Keputusan

1,155 0,371 3 928880,732 0,774 H0 diterima Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa H0 diterima karena Sig. = 0,774 yang menyebabkan Sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa matriks varians-

kovarians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum perlakuan adalah homogen.

3) Uji Kesamaan Mean Kedua Kelas Sebelum Perlakuan

Statistik uji Hotteling’s Trace MANOVA digunakan untuk melakukan uji kesamaan vektor mean antara dua kelompok dengan tujuan mengetahui sama atau tidaknya mean antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji Hotteling’s

Trace MANOVA dapat digunakan apabila normalitas dan homogenitas telah terpenuhi.

Pada pembahasan mengenai uji asumsi normalitas dan homogenitas data awal (sebelum perlakuan) yang telah dilakukan sebelumnya telah diketahui bahwa data terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena asumsi normalitas dan homogenitas data awal telah terpenuhi maka Uji Hotteling’s Trace MANOVA dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 21. Data memiliki mean yang sama jika ��� > �. Uji kesamaan mean sebelum perlakuan dengan bantuan program SPSS versi 21 dapat dilihat pada Tabel 19 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.7

Tabel 19. Hasil Uji Kesamaan Vektor Mean Sebelum Perlakuan

Effect Value F Hypotesis

df Error df Sig. Keputusan Hotteling’s Trace 0,055 1,602 2,000 58,000 0,981 H0 diterima

Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa H0 diterima karena Sig. = 0,981 sehingga Sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan vektor mean awal antara pendekatan saintifik dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dengan pendekatan saintifik ditinjau dari komunikasi matematis dan minat belajar siswa

4) Uji Normalitas Setelah Perlakuan

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi � = %. Uji ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21. Data berdistribusi normal jika Sig. > . Uji normalitas tampak pada Tabel 20 dan Tabel 21 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.4.

Tabel 20. Hasil Uji Normalitas (Posttest)

Kelas Sig. Kesimpulan

TS-TS 0,119 Data berdistribusi normal Kontrol 0,200 Data berdisribusi normal

Dari tabel 20 dapat diketahui sig posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol > α dengan α > 0,05. Hal tersebut berarti H0 diterima. Karena H0 diterima maka dapat disimpulkan bahwa data posttest berdistribusi normal dan dapat dilihat pada grafik Gambar 13 dan Gambar 14.

Gambar 13. Grafik Normal Q-Q Plot Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Tabel 21. Hasil Uji Normalitas (Minat Belajar Akhir)

Kelas Sig. Kesimpulan

TS-TS 0,122 Data berdistribusi normal Kontrol 0,200 Data berdisribusi normal

Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui sig dari angket minat belajar akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol > α dengan α > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima. Karena H0 diterima maka dapat disimpulkan bahwa data angket minat belajar akhir siswa berdistribusi normal dan dapat dilihat pada grafik Gambar 15 dan Gambar 16.

Gambar 15. Grafik Normal Q-Q Plot Data Skor Akhir Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Gambar 16. Grafik Normal Q-Q Plot Data Skor Akhir Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol

5) Uji Homogenitas Multivariat Setelah Perlakuan

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka dilanjutkan uji homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi antar kelas yang dianalisis homogen. Untuk menguji homogenitas variansi digunakan uji Box’s M dengan bantuan program SPSS versi 21 dengan taraf signifikansi α = 5%. Data homogen jika Sig. > α.Uji homogenitas tampak pada Tabel 22 berikut, dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.5

Tabel 22. Hasil Uji Homogenitas Multivariat Sebelum Perlakuan

Box’s M F df.1 df.2 Sig. Keputusan

5,286 1,697 3 928880,732 0,893 H0 diterima Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui bahwa H0 diterima karena Sig. = 0,893 yang menyebabkan Sig. > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa matriks varians-

kovarians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan adalah homogen.

b. Uji Hipotesis

Dari hasil uji prasyarat diketahui bahwa data posttest kemampuan komunikasi matematis dan minat belajar akhir siswa berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji mengenai keefektifan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) dan pembelajaran dengan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis dan minat belajar siswa.

1) Hipotesis Pertama

Uji hipotesis pertama adalah untuk menguji keefektifan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Uji yang digunakan adalah uji one sample t-test

dengan bantuan SPSS versi 21. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 5%. Uji one sample t-test dengan bantuan SPSS versi 21 tampak pada Tabel 23 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6

Tabel 23. Hasil Uji One Sample T-test Keefektifan Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari

Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelompok Variabel Sig. (2-tailed) p-value

one-tailed Keputusan

TS-TS Komunikasi

matematis 0,004 0,002 H0 ditolak Berdasarkan tabel 23, dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena p-value = 0,002 yang menyebabkan p-value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. 2) Hipotesis Kedua

Uji hipotesis kedua adalah untuk menguji keefektifan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari minat belajar matematika siswa. Uji yang digunakan adalah uji one sample t-test dengan bantuan SPSS versi 21. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 5%. Uji one sample t-test dengan bantuan SPSS versi 21 tampak pada Tabel 24, dan selngkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.6

Tabel 24. Hasil Uji One Sample T-test Keefektifan Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TS-TS ditinjau dari Minat

Belajar Siswa

Kelompok Variabel Sig. (2-tailed) p-value one-

tailed Keputusan

TS-TS Minat Belajar 0,004 0,002 H0 ditolak Berdasarkan tabel 24, dapat diketahui bahwa H0 ditolak karena p-value = 0,002 yang menyebabkan p-value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS) efektif ditinjau dari minat belajar siswa.

3) Hipotesis Ketiga

Uji hipotesis ketiga adalah untuk menguji keefektifan pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa. Uji yang digunakan adalah uji one sample t-test menggunakan SPSS versi 21. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 5%. Hasil uji one sample t-test dengan bantuan SPSS versi

Dokumen terkait