• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Dalam dokumen Rumah Sakit Umum Beringin (Halaman 33-54)

Rumah sakit terdiri dari bebrapa ruang pelayanan yang berbeda dan memiliki persyaratan khusus seperti di bawah ini :

a. Instalasi Rawat Jalan

Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut : 1. Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari

bagian administrasi, terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan apotek, bagian radiologi dan laboratorium.

2. Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Ada pemisahan ruang tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan non infeksi.

3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk dan keluar pasien pada pintu yang sama).

4. Klinik-klinik yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.

5. Klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan Klinik Paru, sebaiknya Klinik Anak dekat dengan Kllinik Kebidanan.

6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan. 7. Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir).

8. Letak klinik jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel ME. 9. Memperhatikan aspek gender dalam persyaratan fasilitas IRJ. b. Instalasi Gawat Darurat

Adapun persyaratn khusus suatu instalasi gawat darurat adalah sebagai berikut :

1. Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS. 2. Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak

rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum.

3. Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan pintu masuk kendaraan ke area Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona Servis dari rumah sakit.

4. Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti panjang jalan raya maka pintu masuk ke area IGD harus terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk ke area RS.

5. Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak yang memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki akses langsung.

6. IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan untuk penanganan korban bencana massal (Mass Disaster Cassualities Preparedness Area).

7. Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien (Ambulance Drop-In Area) memiliki sistem sirkulasi yang memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One Way Drive / Pass Thru Patient System).

8. Letak bangunan IGD harus berdekatan dengan Ruang Operasi RS, Ruang Perawatan Intensif, Ruang Radiologi, Ruang Kebidanan, Ruang Laboratorium, dan Bank Darah RS.

c. Instalasi Rawat Inap

Berikut adalah persyaratan khusus instalasi rawat jalan yang harus dipenuhi oleh suatu rumah sakit :

1. Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.

2. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang).

3. Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu (Integrated Care)” untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.

4. Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada tangga landai (Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan tersebut.

5. Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.

6. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan. 7. Alur petugas dan pengunjung dipisah.

8. Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar mempunyai ruang isolasi.

9. Ruang Rawat Inap anak disiapkan 1 ruangan neonatus.

10. Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai, mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar.

11. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu/kotoran.

12. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak mengumpulkan debu.

13. Tipe R. Rawat Inap adalah VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III 14. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti : Pasien

yang menderita penyakit menular.Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dsb). Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan) 15. Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat

dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 25 tempat tidur.

d. Ruang Perawatan Intensif

Persyaratan khusus yang harus dipenuhi pada instalasi perawatan intensif yaitu :

1. Letak bangunan ruang perawatan intensif harus berdekatan dengan ruang operasi RS, ruang gawat darurat, laboratorium dan ruang radiologi.

2. Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap getaran.

3. Gedung harus terletak pada daerah yang tenang. 4. Aliran listrik tidak boleh terputus.

5. Harus tersedia pengatur kelembaban udara.

6. Sirkulasi udara yang dikondisikan seluruhnya udara segar (fresh air). 7. Ruang pos perawat (Nurse station) disarankan menggunakan

pembatas fisik transparan/ tembus pandang (antara lain kaca tahan pecah, flexi glass) untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat. 8. Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik.

9. Tersedia aliran Gas Medis (O2, udara bertekanan dan suction).

10. Pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila terjadi kebakaran.

11. Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak instalasi ICU tidak pada lantai dasar.

12. Ruang ICU/ICCU memiliki Tingkat Ketahanan Api 2 jam.

13. Pertemuan dinding dengan lantai dan pertemuan dinding dengan dinding tidak boleh berbentuk sudut/ harus melengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan kotoran.

e. Ruang Operasi

Persyaratan teknis ruang operasi yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Tahun 2012 dalam buku pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Operasi, adalah sebagai berikut :

 Alur Material/bahan.

(a) Material/bahan bersih/steril.

Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dari :

-- ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan kebutuhan bedah, dan sebagainya.

- Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dari ruang penyimpanan farmasi, termasuk bahan/material yang sekali pakai. Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat digunakan ruang persiapan peralatan.

- Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan anestesi.

(b) Material kotor/bekas. Material kotor, terdiri dari :

- Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis pakai, di masukkan ke dalam tempat sampah berupa kontainer kotor, selanjutnya ditutup rapat, dan dibawa ke area kotor untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan yang khusus digunakan untuk ini.

- Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali, seperti linen, peralatan kedokteran dan sebagainya dibawa ke ruang spool hook, setelah dibersihkan dan dikemas dikirim ke ruang laundri atau CSSD.

 Pembagian Ruang Operasi

Gambar2.9 Pembagian Ruang Operasi (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

Keterangan :

1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal)

Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.

2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)

Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zone 2.

3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)

Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan (preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi.

4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter, Tekanan Positif)

Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah

35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999).

5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)

Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow) dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520 partikel dengan dia.

0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO 14644-1 cleanroom standard Tahun 1999).

 Klasifikasi Ruang Operasi -Ruang Operasi Minor

Ruang operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan pembiusan lokal, regional atau total dilakukan pada ruangan steril. Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat dilakukan di ruang operasi dan bak cuci tangan (scrub-up) ditempatkan berdekatan dengan bagian luar ruangan ruang operasi ini. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 36 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3m.

Gambar2.10 Contoh Denah Ruang Operasi Minor (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

Gambar2.11 Contoh Ruang Operasi Minor (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

-Ruang Operasi Umum

Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang sterile untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Kamar operasi umum dapat dipakai untuk pembedahan umum dan spesialistik termasuk untuk ENT, Urology, Ginekolog, Opthtamologi, bedah plastik dan setiap tindakan yang tidak membutuhkan peralatan yang mengambil tempat banyak. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7m x 6m x 3m.

Gambar2.12 Contoh Denah Ruang Operasi Umum (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

-Ruang Operasi Besar

Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk diantaranya untuk bedah Neuro, bedah orthopedi dan bedah jantung. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 50 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7,2m x 7m x 3m.

Gambar2.13 Contoh Ruang Operasi Umum (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

Gambar2.14 Contoh Ruang Operasi Besar (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

 Ruang Induksi atau Ruang Anastesi

Area ruang induksi yang dibutuhkan ± 15 m2.

Gambar2.15 Contoh Ruang Operasi Besar (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

 Ruang Penyimpanan Peralatan

Ruangan ini digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan bahan-bahan bersih dan steril yang dipakai serta peralatan/instrumen untuk pembedahan pasien, penyimpanan dan penyiapan obat terjamin keamanannya, termasuk cairan suntik.

f. Ruang kebidanan

Persyaratn khusus ruang kebidanan yang harus dipenuhi yaitu :

1. Letak bangunan ruang kebidanan harus mudah dicapai, disarankan berdekatan dengan ruang gawat darurat, ruang perawatan intensif dan ruang operasi.

2. Bangunan harus terletak pada daerah yang tenang/ tidak bising. Gambar2.17 Contoh Denah Penyimpan Peralatan (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)

3. Ruang bayi dan ruang pemulihan ibu disarankan berdekatan untuk memudahkan ibu melihat bayinya, tapi sebaiknya dilakukan dengan sistem rawat gabung.

4. Memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai dan tersedia pengatur kelembaban udara untuk kenyamanan termal.

5. Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.

6. Limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan kebidanan dan penyakit kandungan ditempatkan pada wadah khusus berwarna kuning bertuliskan limbah padat medis infeksius kemudian dimusnahkan di incenerator.

g. Rehab Medik

Pada dasarnya tata ruang Rehabilitasi Medik ditetapkan atas dasar:

1. Lokasi mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat dengan instalasi rawat jalan/ poliklinik dan rawat inap.

2. Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket pendaftaran, pembayaran dan administrasi.

3. Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf. 4. Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan

penempatan ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk para pemakai kursi roda serta.

5. Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda.

h. Haemodialisis

1. Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien dilengkapi dengan minimal inlet air steril dan outlet pembuangan air dari mesin dialisis.

2. Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien juga dilengkapi dengan bed head unit, minimal terdiri dari outlet suction, Oksigen, stop kontak listrik dengan suplai Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK = UPS) dan 2 buah stop kontak biasa, tombol panggil perawat (nurse call).

3. Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna yang menyilaukan.

4. Memiliki sistem pembuangan air yang baik. i. Farmasi

Persyaratan khusus farmasi yaitu :

1. Lokasi ruang farmasi harus menyatu dengan sistem pelayanan RS. 2. Antara fasilitas untuk penyelenggaraan pelayanan langsung kepada

pasien, distribusi obat dan alat kesehatan dan manajemen dipisahkan. 3. Harus disediakan penanganan mengenai pengelolaan limbah khusus

sitotoksis dan obat berbahaya untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan pengunjung.

4. Harus disediakan tempat penyimpanan untuk obat-obatan khusus. 5. Gudang penyimpanan tabung gas medis RS diletakkan pada gudang

tersendiri (diluar bangunan instalasi farmasi).

6. Tersedia ruang khusus yang memadai dan aman untuk menyimpan dokumen dan arsip resep.

7. Mengingat luasnya area RS kelas B, maka untuk memudahkan pengunjung RS mendapatkan pelayanan kefarmasian, disarankan memiliki apotek-apotek satelit dengan fasilitas yang sama dengan apotek utama.

j. Laboratorium

Berikut adalah persyaratan khusus instalasi laboratorium :

1. Letak laboratorium/sub laboratorium mudah dijangkau, disarankan untuk gedung RS bertingkat, laboratorium terletak pada lantai dasar, dan dekat dengan instalasi rawat jalan, instalasi bedah, ICU, Radiologi dan Kebidanan. Untuk laboratorium forensik letaknya di daerah non publik (bukan area umum).

2. Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air setinggi 1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik atau porselen).

3. Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan terhadap bahan kimia dan getaran serta tidak mudah retak.

4. Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan terpisah. 5. Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk

cuci tangan dan tempat cuci alat. k. Ruang jenazah

Persyaratan khusu ruang jenazah adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas ruang jenazah minimal memiliki jumlah lemari pendingin 1% dari jumlah tempat tidur (pada umumnya 1 lemari pendingin dapat menampung ±4 jenazah) /tergantung kebutuhan.

2. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan beberapa ruang lain yaitu ruang gawat darurat, ruang kebidanan, ruang rawat inap, ruang operasi, dan ruang perawatan intensif.

3. Area tertutup, tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.

4. Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding keramik, lantai kedap air, tidak berpori, mudah dibersihkan.

5. Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda / double. 6. Disediakan garasi ambulan jenazah.

7. Disarankan disediakan lahan parkir khusus untuk pengunjung rumah duka, jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, yaitu :

a. Lingkungan Binaan Rumah Sakit

 Lingkungan binaan rumah sakit harus memiliki batas yang jelas dan dilengkapi dengan pagar sehingga tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan masuk dengan bebas.

 Luas dasar bangunan dan lahan terbuka harus disesuaikan dengan luas lahan sehingga tersedia area parkir yang memadai.

 Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, jika tidak maka harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

 Lingkungan rumah sakit merupakan kawasan bebas rokok.

 Lingkungan bangunan rumah sakit dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.

 Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas debu, tidak terdapat genangan air dan dibuat landau menuju kesaluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dnegan luas halaman.

 Saluran limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah yang terhubung langsung dengan pengolahan limbah.

 Menyediakan tempat sampah di area parkir, ruang terbuka, ruang tunggu dan tempat tertentu yang menghasilkan sampah.

b. Ruang Bangunan

Penataan ruang dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangang berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :

 Zona dengan risiko rendah, zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang computer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.

1. Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.

2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

5. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian

udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) .

6. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

 Zona dengan risiko sedang, zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.

 Zona dengan risiko tinggi, zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.

a. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang. b. Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan

ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.

2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

3. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2.70 meter dari lantai.

4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1.40 meter dari lantai.

 Zona dengan risiko sangat tinggi, zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit,

atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.

2. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

3. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.

4. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.

5. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit.

6. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai .

7. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) Sistem .

8. Tidak dibanarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.

9. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.

10. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit.

11. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. c. Pengkondisian udara

Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan ruamh sakit harus mempertimbangkan temperature dan kelembaban udara.

Tabel 2.4 Fungsi Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara No Ruang atau unit Suhu

(0C) Kelembaban (%) Tekanan 1. Operasi 19 - 24 45 - 60 Positif 2. Bersalin 24 – 26 45 - 60 Positif 3. Pemulihan/perawatan 22 - 24 45 - 60 Seimbang 4. Observasi 21 - 24 45 - 60 Seimbang

5. Perawatan bayi 22 – 26 35 - 60 Seimbang 6. Perawatan premature 24 – 26 35 - 60 Positif

7. ICU 22 – 23 35 - 60 Positif

8. Jenazah/otopsi 21 – 24 45 - 60 Negative 9. Penginderaan medis 19 – 24 45 – 60 Seimbang

10. Laboratorium 22- 26 35 – 60 Positif

11. Radiologi 22 - 26 45 – 60 Seimbang

12. Sterilisasi 22 - 30 35 – 60 Positif

13. Dapur 22 - 30 35 – 60 Seimbang

14. Gawat darurat 19 -24 45 – 60 Positif

15. Administrasi 21 - 24 45 – 60 Seimbang

16. Ruang luka bakar 24 - 26 35 – 60 Positif

d. Kualitas Udara Ruangan

 Tidak berbau (terutaa bebas dari H2S dan Amoniak)

 Kadar debu (particular matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata – rata pengukuran 8jam atau 24 jam, tidak melebihi 150µg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.

e. Pencahayaan

Pencahayaan dirumah sakit umumnya bersumber dari PLN atau pembangkit listrik yang dimiliki oleh rumah sakit. Untuk menghitung keperluan penerangan, harus memperhatikan hal – hal berikut:

 Keselamatan pasien dan tenaga medis/paramedic.  Peningkatan kecermatan

 Kesehatan yang lebih baik

 Suasan yang lebih nyaman

Pemilihan sistem penerangan ditentukan oleh :  Intensitas cahaya dibidang kerja

 Intensitas cahaya penerangan umum dalam ruangan  Biaya instalasi

 Biaya pemakaian energy

 Biaya penggantian instalasi termasuk penggantian lampu.

Penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukkannya seperti dalam tabel berikut :

Tabel 2.5 Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan No Ruang atau unit Intensitas cahaya

(lux)

Keterangan 1. Ruang pasien

- Saat tidak tidur - Saat tidur 100 – 200 maks. 50 Warna cahaya sedang 2. R. operasi umum 300 - 500 - 3. Meja operasi 10.000 – 20.000

Warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan

4. Anastesi, pemulihan 300 - 500 -

5. Endoscopy,lab 75 - 100 -

6. Sina X Minimal 60 -

7. Koridor Minimal 100 -

8. Tangga Minimal 100 Malam hari

9. Administrasi/kantor Minimal 100 -

10. Ruang alat/gudang Minimal 200 -

11. Farmasi Minimal 200 -

12. Dapur Minimal 200 -

13. Ruang cuci Minimal 100 -

14. Toilet Minimal 100 -

15. R. Isolasi khusus 0,1 – 0,5 Warna cahaya biru

16. Ruang luka bakar 100 - 200 -

f. Penghawaan, persyartan penghawaan yaitu :

 Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.

 Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.

Dalam dokumen Rumah Sakit Umum Beringin (Halaman 33-54)

Dokumen terkait