• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN

B. Deskripsi Data Penelitian

1. Deskripsi Pertumbuhan Ekonomi

Data Pertumbuhan Ekonomi dalam penelitian ini menggunakan data Laju Pertumbuhan Ekonomi yang dinyatakan dalam satuan persen (%) dan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data Pertumbuhan Ekonomi dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk tahunan. Jumlah data yang diambil untuk penelitian sebanyak 11 tahun, mulai tahun 2008-2018.

Tabel 4.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2018 Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 2008 6,39 2009 5,07 2010 6,42 2011 6,66 2012 6,22 2013 6,07 2014 5,23 2015 5,10 2016 5,18 2017 5,12 2018 5,18

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4.2

Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2018 dalam Persen (%)

0 1 2 3 4 5 6 7 Pertumbuhan ekonomi (%)

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara cenderung mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 dan 2011 laju pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan, namun kembali mengalami penurunan di tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 2016 laju pertumbuhan ekonomi kembali mengalami kenaikan sebesar 5,18% dibandingkan tahun sebelumnya turun sebesar 5,10%. Kemudian pada tahun 2017 laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebesar 5,12%, namun pada tahun 2018 laju pertumbuhan ekonomi kembali mengalami kenaikan yang sama seperti tahun 2016 yaitu sebesar 5,18%. Berdasarkan data dari BPS Sumatera Utara, terdapat beberapa hal yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara pada tahun 2018 lebih tinggi, yaitu menurut kegiatan produksi, sektor pertanian memberi kontribusi sebesar 20,92%, industri pengolahan sebesar 20,03%, perdagangan 18,13% dan konstruksi sebesar 13,89%.

Kendati demikian, sektor dengan pertumbuhan tertinggi justru sektor informasi dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 8,43% dan kontribusi sebesar 2,04%, sektor akomodasi dan makan minum tumbuh 7,53% yang berkontribusi sebesar 2,38% serta jasa pendidikan dengan pertumbuhan 6,29% dengan kontribusi 1,83% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2. Deskripsi Penanaman Modal Dalam Negeri

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan bagian dari kegiatan investasi yang dilakukan di dalam negara Republik Indonesia. PMDN ditunjukkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam perkembangannya, PMDN selalu mengalami fluktuasi karena beberapa kondisi yang tidak mendukung. Situasi politik yang tidak stabil dapat mempengaruhi penanaman modal dan sistem yang diterapkan di daerah tersebut.

Berikut adalah tabel perkembangan realisasi PMDN berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dalam Miliar Rupiah di Sumatera Utara.

Tabel 4.2

Perkembangan Realisasi PMDN Berdasarkan LKPM Tahun 2008-2018

Tahun

Penanaman Modal Dalam Negeri (Miliar Rupiah) 2008 391.333,72 2009 2.644.965,26 2010 1.703.056,37 2011 2.004.055,78 2012 2.970.186,19 2013 5.068.881,41 2014 5.231.905,85 2015 4.287.417,30 2016 4.954.829,29 2017 11.683.639,20 2018 8.371.820,30

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PPTSP Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4.3

Grafik Perkembangan Realisasi PMDN

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 Realisasi PMDN (Miliar Rupiah)

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa realisasi PMDN Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun beberapa tahun mengalami penurunan. Peningkatan realisasi PMDN secara terus – menerus terjadi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, yaitu sebesar 2.004.055,78 Miliar Rupiah hingga mencapai 5.231.905,85 Miliar Rupiah, namun di tahun berikutnya mengalami penurunan.

Pada tahun 2017 realisasi PMDN meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan realisasi PMDN tertinggi di Sumatera Utara. Realisasi PMDN Sumatera Utara menduduki peringkat ke-7 dari 34 Provinsi di Indonesia. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor yang menjadi penopang utama di Sumatera Utara khususnya bidang investasi dalam negeri adalah sektor usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil hingga 21,40%, disusul industri pengolahan sebesar 20,29%. Selain itu juga mayoritas investor dalam negeri berminat di bidang industri makanan, konstruksi, listrik, gas dan air, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik serta peternakan.

Pada tahun 2018 realisasi PMDN menurun sebesar 8.371.820,30 Miliar Rupiah. Hal tersebut terjadi akibat kondisi yang membuat ketergantungan dengan kondisi ekonomi global semakin tinggi karena proteksi dari India dengan kenaikan bea masuk dan pencabutan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP). Selain itu faktor lain yang mempengaruhi PMDN turun ialah politik, dimana peristiwa politik merupakan faktor yang terpenting dalam memutuskan investasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

3. Deskripsi Penanaman Modal Asing

Data Penanaman Modal Asing (PMA) dalam penelitian ini menggunakan satuan Miliar Rupiah yang telah dikonversi dari US dolar ke Rupiah oleh Dinas Penanaman Modal dan PPTSP Sumatera Utara. Realisasi PMA mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Hal tersebut bisa terjadi karena sistem perizinan yang rumit dan sistem politik yang tidak stabil.

Tabel 4.3

Perkembangan Realisasi PMA Berdasarkan LKPM Tahun 2008-2018

Tahun

Penanaman Modal Asing (Miliar Rupiah) 2008 3.164.182,65 2009 10.343.261,06 2010 2.864.279,79 2011 5.567.336,12 2012 6.259.410,00 2013 9.673.226,80 2014 6.389.687,16 2015 15.576.202,50 2016 14.435.422,80 2017 20.240.969,47 2018 16.449.965,96

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PPTSP Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4.4

Grafik Perkembangan Realisasi PMA

Berdasarkan gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa realisasi PMA di Sumatera Utara cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2009 PMA mengalami

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000

Realisasi PMA (Miliar Rupiah)

kenaikan yang cukup signifikan, namun di tahun berikutnya mengalami penurunan yang drastis. Realisasi PMA kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 15.576.202,50 Miliar Rupiah. Berdasarkan sektor ekonomi, ada beberapa sektor yang banyak diminati oleh para investor PMA di Sumatera Utara yakni bidang listrik, gas dan air, pertambangan, industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi, serta transportasi, gudang dan telekomunikasi.

Pada tahun 2017 realisasi PMA meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena perhatian Presiden yang cukup besar bagi Sumatera Utara yang tentunya sangat menguntungkan. Di tahun 2017 Presiden Jokowi meresmikan pembangunan jalan tol terpanjang di luar pulau Jawa. tentu memberi dampak yang baik bagi perekonomian Sumatera Utara.

Pada tahun 2018, jumlah realisasi PMA mengalami penurunan yang berarti bahwa perekonomian Sumatera Utara tahun 2018 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena belanja pemerintah yang masih rendah dan investor yang cenderung wait and see akibat ketidaktahuan investor akan kebijakan berinvestasi yang dibuat oleh pemerintah di Indonesia pada masa yang akan datang.

4. Deskripsi Angkatan Kerja

Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara setiap tahun semakin bertambah. Hal ini mengakibatkan tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih banyak agar jumlah pengangguran tidak bertambah. Di Sumatera Utara sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja terdapat pada sektor pertanian karena sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap perekonomian Sumut yang cukup besar. Selain itu, sektor pertanian menjadi pekerjaan utama masyarakat di pedesaan sehingga menyerap tenaga kerja yang besar.

Berikut adalah tabel dan gambar jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara tahun 2008 – 2018, yaitu:

Tabel 4.4

Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2008 – 2018 Tahun Angkatan Kerja (Jiwa) 2008 6.094.802 2009 6.298.070 2010 6.617.377 2011 6.314.239 2012 6.131.664 2013 6.311.762 2014 6.272.083 2015 6.391.098 2016 6.362.909 2017 6.743.277 2018 7.124.000

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4.5

Grafik Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Tahun 2008 – 2018

Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.5 di atas, menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara cenderung mengalami fluktuasi setiap tahun.

5500000 6000000 6500000 7000000 7500000

Angkatan kerja (Juta Jiwa)

Pada tahun 2010 jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan, namun di tahun 2011 dan 2012 mengalami penurunan.

Pada tahun 2018 jumlah angkatan kerja meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2017. Jumlah angkatan kerja Sumut pada Agustus 2018 sebanyak 7.124 ribu orang naik sebanyak 381 ribu orang dibandingkan Agustus 2017. Berdasarkan data BPS memperkirakan penduduk Sumatera Utara tahun 2018 sekitar 14,26 juta jiwa. Dari sisi tenaga kerja, sekitar 64,15% penduduk merupakan usia produktif (usia kerja), yaitu penduduk yang berusia 15 hingga 64 tahun, sedangkan 35,85% sisanya berusia non-produktif (bukan usia kerja), yaitu penduduk dalam kelompok usia 0 hingga 14 tahun serta usia 65 tahun keatas.

Pada perkembangan lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2018 mengalami kenaikan 2,94% menjadi 71,82%, sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja. Dilihat dari lapangan pekerjaan utama, bidang yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja antara lain industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa pendidikan. Dari 6,73 juta penduduk bekerja, mayoritas atau 56,72% bergerak di bidang informal, yakni 3,82 juta penduduk.

Terjadinya pola peningkatan jumlah penduduk usia kerja dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa pada tahun 2018 ini Sumatera Utara akan mengalami fenomena ledakan tenaga kerja yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Pada dasarnya, melimpahnya tenaga kerja dapat menjadi nilai tambah yang menguntungkan bagi perekonomian bangsa. Hal ini disebabkan karena kegiatan ekonomi akan lebih banyak di dominasi oleh penduduk usia kerja yang lebih inovatif dan kreatif. Dampak baiknya adalah angkatan kerja yang produktif dapat memberikan suntikan modal yang signifikan bagi mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, sebuah cita (visi) yang tengah diusung oleh pemerintah.

C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas berdistribusi normal atau tidak. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat Jarque-Bera test atau J-B test yaitu apabila nilai probabilitas > 0,05 maka dapat diputuskan bahwa data yang dimiliki berdistribusi normal. 0 2 4 6 8 10 12 -1000000 -500000 1 500001 Series: Residuals Sample 2008M01 2018M12 Observations 132 Mean 5.14e-10 Median 12333.29 Maximum 690686.2 Minimum -1002854. Std. Dev. 396395.8 Skewness -0.219717 Kurtosis 2.200260 Jarque-Bera 4.579774 Probability 0.101278 Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas diperoleh nilai probability Jarque-Bera sebesar 0.101278 sedangkan nilai α sebesar 0.05, jadi nilai probability yaitu 0.101278 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel terikat dan variabel bebas mempunyai hubungan yang linear atau tidak.

Ramsey RESET Test Equation: UNTITLED

Specification: YPE X1PMDN X2PMA X3AK C Omitted Variables: Squares of fitted values

Value Df Probability

t-statistic 2.172522 127 0.0617

F-statistic 4.719853 (1, 127) 0.0617

Likelihood ratio 4.816714 1 0.0582

Gambar 4.7 Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas di atas dapat dilihat bahwa nilai Probability F-statistic atau Fhitung lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0.0617 > 0.05. Hal ini berarti model regresi memenuhi asumsi linearitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi dan sempurna antara variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Antara variabel bebas terdapat korelasi atau tidak dapat dideteksi dengan melihat nilai Centered VIF. Apabila ditemukan VIF < 10 dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolinearitas.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Coefficient

Variance Uncentered VIF VIF

PMDN 0.000867 20.95945 5.386681

PMA 0.000180 18.70420 4.988975

Angkatan Kerja 0.017475 604.3523 1.584460

C 67.5759 543.9493 NA

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai Centered VIF semua variabel bebas lebih kecil dari 10 (nilai VIF < 10) berarti tidak terdapat gejala multikolinearitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah model terbebas dari autokorelasi atau tidak. Model regresi yang baik harus terbebas dari autokorelasi. Apabila ditemukan Probability Chi-Square > 0.05 dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 64.61346 Prob. F(2,126) 0.2770

Obs*R-squared 130.7254 Prob. Chi-Square(2) 0.0660

Gambar 4.8 Hasil Uji Autokorelasi

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi dengan metode LM diperoleh nilai Probability Chi-Square sebesar 0.0660 > 0.05, artinya model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.

5. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model, residual memiliki varians yang konstan atau tidak. Model regresi yang baik harus homokedastisitas (varians dari residual konstan). Residual memiliki varians yang konstan atau tidak dapat dideteksi dengan uji Heteroskedasticity Glejser, apabila ditemukan nilai Probability F-statistic atau Fhitung > 0.05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 0.653818 Prob. F(3,37) 0.5857

Obs*R-squared 2.064082 Prob. Chi-Square(3) 0.5592 Scaled explained SS 1.228748 Prob. Chi-Square(3) 0.7461

Gambar 4.9

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai Probability Fhitung lebih besar dari tingkat alpha yakni 0.5857 > 0.05. Artinya model regresi terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Dokumen terkait