• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Subjek Penelitian

Dalam dokumen T2 752013029 BAB III (Halaman 28-45)

3.5. Kasus 2: Kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga

3.5.1. Deskripsi Subjek Penelitian

Pdt. Gideon Rusli dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dengan alasan, karena merupakan Pendeta yang memiliki kultur sebagai seorang etnis Tionghoa. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang ditentukan dan dibutuhkan dalam penelitian ini. Alasan lain peneliti memilih Pdt. Gideon Rusli sebagai subjek karena ia telah menjabat sebagai Gembala jemaat (pemimpin jemaat) di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama kurang lebih 14 tahun. Kepemimpinan subjek sebagai Gembala Jemaat terhitung sejak tahu 2000. Pada saat itu Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga masih dalam tahap pembangunan gedung gereja yang berlokasi di Jalan Hasanudin No. 3B Salatiga.

Subjek adalah Gembala ke-4 dalam kepemimpinan di gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Ia menggantikan posisi ayahnya yaitu Pdt. Andreas Muliatno Rusli, yang sebelumnya juga adalah Gembala jemaat di Gereja Bethel Indoensia (GBI) Salatiga selama 27 tahun terhitung dari tahun 1973 sampai 2000. Sebelum dipercayakan memimpin jemaat , ia telah menjadi bagian dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga sejak kecil. Bahkan sejak lahir, ia telah terdaftar menjadi anggota gereja tersebut. Hal tersebut dikarenakan orang tuanya, terutama ayahnya sudah sejak awal melayani di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Subjek adalah sarjana pendidikan Agama Kristen, lulusan dari sekolah seminari Bethel. Dan baru saja menyelesaikan S2 di salah satu sekolah tinggi Teologi di kota Solo.

Dibawah kepemimpinannya, gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga berhasil membangun

bangunan gereja ditanah seluas kurang lebih 5.789 m2. Secara kuantitas, jumlah jemaat Gereja

terdaftar mencapai 2500 jiwa, diantaranya 2000 adalah kategori orang dewasa dan 500 adalah anak-anak. Setiap minggunya pada ibadah raya dihadiri lebih dari 1000 jiwa. Dan telah memiliki 15 pos pelayanan yang tersebar di sekitar daerah Salatiga. Pelayanan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga didukung dengan berbagai unit-unit pelayanan seperti adanya sekolah PAUD, Pusat Pengembangan Anak (PPA), dll yang pengelohannya dibawah depertemen-depertemen pelayanan yang ada dalam gereja.

3.5.2. Kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Berdasarkan teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci maupun 5 (lima) informan pendukung maka ditemukan beberapa point pembahasan penting berkaitan dengan kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli sebagai Pendeta beretnis Tionghoa, antara lain:

a. Gaya atau Tipe Kepemimpinan

Data yang ditemukan melalui wawancara berkaitan dengan gaya kepemimpian terungkap bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang memberikan penekanan lebih pada relasi. Baginya kinerja memang juga merupakan bagian yang penting namun hal-hal yang berkaitan dengan kinerja dapat dibangun kemudian. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja yang baik maka harus terlebih dahulu didasari dengan relasi yang baik. Dengan relasi yang dibangun, dalam hal ini relasi seperti sebuah keluarga maka menurutnya kita akan mampu menggerakan atau mengarahkan orang lain dengan mudah untuk dapat meningkatkan

kinerjanya42.

Relasi yang berusaha dibangun oleh subjek adalah hubungan atau relai yang didasari pada sebuah nilai bahwa semua yang ada dalam gereja ini adalah keluarga. Maka secara otomatis hubungan yang tercipta dalam jemaat, seperti hubungan atau relasi sebagaimana dalam konteks

42

Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 2 Septemer 2014, pukul 11.00 WIB.

keluarga. Sebagai keluarga, ia berperan sebagai bapak dan jemaat adalah anak-anaknya. Hal tersebut juga diterapkannya dengan rekan-rekan pelayanannya. Subjek mengaku bahwa mereka sebagai satu tim berjuang bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Jadi sejauh ini relasi yang

terus dibangun adalah relasi seperti keluarga43.

Bagian yang diungkapkan oleh subjek tersebut, juga dirasakan oleh informan pendukung yang diwawancarai. Dari hasil wawancara kepada informan pendukung yaitu Ibu Ely dan Bapak Cipto, yang adalah anggota jemaat dan aktivis pelayanan di gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama 14 tahun dapat dirangkum bahwa Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin yang tampil sebagai sosok bapak. Hal tersebut terlihat dari keperduliannya yang lebih kepada jemaatnya. Ia selalu berusaha melakukan kunjungan kepada jemaat, terutama jemaat yang baru. Ia melakukan pendekatan secara pribadi. Ia sosok yang merangkul, ramah dengan semua jemaat44.

Subjek sendiri dalam wawancara mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan hamba menjadi gaya kepemimpinan yang menurutnya ia terapkan sebagai pemimpin. Selama 14 tahun memimpin subjek akhirnya semakin dipertegas untuk memutuskan menerapkan gaya kepemimpinan sebagai seorang hamba yang diterapkan oleh Tuhan Yesus. Wujud dari kepemimpinan hamba yang menjadi pilihan subjek adalah dengan menyediakan waktu. Menurutnya waktu adalah barang mahal. Ia terus berusaha menyediakan waktu untuk konseling, bertemu tatap muka untuk dapat berbagi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Selain itu subjek selalu bersedia membantu rekan-rekan pelayanannya yakni para staff yang mengalami kesulitan dalam proses kerjanya. Ia membantu untuk dapat menterjemahkan langkah-langkah

43

Ibid.

44

Ely, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 28 Agustus 2014, pukul 20.00 WIB.

dengan baik. Dengan gaya kepemimpinan yang melayani, ia selalu berusaha untuk membuka diri

untuk terus dapat membantu orang lain, tanpa terkecuali45.

Hasil data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara kepada informan kunci, berkaitan dengan gaya atau tipe kepemimpinan yang diterapkan ditemukan bahwa subjek sebagai

pemimpin mengaku terhadap rekan-rekan pelayanannya, selalu bersikap “open”. Terhadap

rekan-rekan pelayanannya, ia memberikan kesempatan dan ruang yang sebesar-besarnya untuk dapat berpendapat. Dalam rapat atau pertemuan-pertemauan yang sering dilaksanakan dia memberikan kesempatan kepada orang yang dipimpinnya untuk dapat memunculkan ide-ide, dan selalu mengijinkan orang-orang untuk berbeda pendapat. Dalam hal mengambil kebijakan juga diperlakukan hal yang sama . Dalam kepemimpinannya ia berusaha untuk selalu kerja sebagai satu tim. Sebagai wujudnya, ia sebagai pemimpin menyukai adakan pertemuan, untuk dapat

mendengarkan dan membicarak ide-ide dari rekan-rekan pelayananya yang lain46.

Berkaitan dengan gaya atau tipe kepemimpinan dari Pdt. Gideon Rusli ditemukan dari hasil wawancara dengan informan pendukung yang adalah salah satu staff di bagian multimedia, bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah tipe pemimpin yang memberikan kesempatan kepada patner pelayanannya untuk dapat melakukan yang bisa dilakukan dengan talenta dan kemampuan yang

dimiliki47. Sebagai patner pelayanan Pdt, Gideon Rusli, ia menilai bahwa Pdt. Gideon adalah

pemimpin yang mau memberikan kesempatan dan ruang yang lebih kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat berkreativitas dengan kemampuan dan talenta yang dimiliki. Yang ia rasakan selama bekerja sama dengan Pdt. Gideon Rusli adalah ia dapat berkembang lebih baik

45

Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,...

46

Ibid

47

Michael, Staff bagian Multimedia Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 26 Agustus 2014, Pukul 12.45 WIB.

dalam hal talenta yang dimiliki. Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin selalu mendorong orang-orang yang dipimpinnya, termasuk sdr. Maikel untuk dapat melakukan segala sesuatu dengan

terbaik. Sebagai pemimpin ia selalu memberikan masukan kepada patner-patner pelayanannya48.

Pemimpin yang sering juga memberikan apresiasi kepada apa yang telah dikerjakan dengan

maksimal oleh orang-orang yang dipimpinnya49.

Hal tersebut sejalan dengan keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saudari Yunita, yang juga adalah salah satu staff di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Ia juga menilai Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang selalu memberikan tantangan dan kesempatan untuk rekan-rekan kerja dan pelayanannya untuk melakukan apa yang bisa dilakukan untuk

kemajuan pelayanan50. Selain itu juga, Pdt. Gideon Rusli adalah sosok yang selalu “welcome

dan “open” dengan berbagai pendapat atau usulan dari orang lain. Selama pendapat yang

diberikan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan, maka ia akan mendengarkan

dan mempertimbangkan51.

b. Relasi dengan orang-orang yang dipimpin

Dari teknik observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci dan 5 (lima) informan pendukung maka terungkap bahwa Pdt. Gideon Rusli adalah pemimpin yang memberikan penekanan lebih pada relasi. Ia mendasari relasi tersebut pada sebuah nilai bahwa semua yang ada dalam gereja adalah keluarga. Maka secara otomatis hubungan yang tercipta dalam jemaat, diharapkan seperti hubungan atau relasi dalam konteks keluarga. Sebagai keluarga, ia berperan sebagai bapak dan jemaat adalah anak-anaknya. Hal tersebut juga

48 Ibid 49 Ibid 50

Yunita, Staff Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 26 Agustus 2014, Pukul 12.00 WIB

51

dilakukannya dengan rekan-rekan pelayanannya. Subjek mengaku bahwa mereka sebagai satu tim berjuang bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Jadi sejauh ini relasi yang terus dibangun

adalah relasi seperti keluarga52.

Upaya membangun hubungan sebagaimana sebuah keluarga diwujudkannya dengan merasakan apa yang orang-orang dipimpinnya rasakan. Ibu Ely dan Bapak Cipto sebagai angota jemaat, berkisah ketika rumah mereka rusak karena terkena angin ribut maka Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin mau langsung bergerak membantu mereka dan keluarga yang lain, yang juga

terkena bencana53. Keperduliannya tersebut atas dasar pandangannya bahwa semua yang ada

dalam jemaat adalah keluarga sehingga harus saling membantu.

Dalam membangun relasi dengan orang-orang yang dipimpinnya, sebagai pemimpin ia menyukai untuk melakukannya melalui sentuhan secara personal. Dalam hal ini ia sebagai pemimpin berusaha menyediakan waktu untuk dapat membangun komunikasi pribadi dengan

orang-orang yang dipimpinnya54. Walaupun secara ideal tidak semua jemaat dapat didekati

secara personal namun ia sebagai pemimpin berusaha kalau ada jemaat baru maka ia menyediakan waktu untuk melakukan kunjungan dan melakukan sentuhan secara personal. Selain sebagai pemimpin ia membentuk tim perkunjungan untuk memperhatikan jemaat-jemaat yang ada. Disamping itu juga terdapat komunitas-komunitas yang diharapkan mampu menjadi

wadah bagi jemaat untuk dapat saling berbagi dan memperhatikan55.

52

Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,...

53

Ely, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,...

54

Gideon Rusli, Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,...

55

c. Visi

Melalui teknik wawancara dengan informan kunci berkaitan dengan visi, ditemukan bahwa pemahaman subjek tentang visi mencakup gambaran tentang masa depan yang lebih baik. Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin menempatkan visi gereja yang adalah visi bersama pada salah

satu bagian yang terpenting dalam kepemimpinanya56. Dalam gereja Bethel Indonesia (GBI)

Salatiga, visi gereja selalu dibicarakan minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Tepatnya pada awal tahun dan pertengahan tahun untuk terus mengingatkan jemaat untuk visi besar yang dimiliki.

Selain itu visi gereja yakni “Menjadi jemaat lokal yang memberkati kota, bangsa dan dunia

dengan pelayanan yang holistik dan terpadu” dijabarkankan ke dalam program-program dalam 5 (lima) bidang atau depertemen yang ada. Sehingga menurutnya ketika orang mengikuti program

yang telah direncanakan maka ia akan digiring untuk bergerak ke arah visi gereja57.

Salah satu wujud dari upaya dalam pergerakan ke arah visi besar gereja yang merupakan visi bersama adalah ketika HUT gereja menyediakan paket dalam jumlah 800 sampai 1000 untuk

dibagikan ke masyarakat kota salatiga58. Selain itu menurutnya ada beberapa aksi sosial yang

juga diadakan dalam rangka memberikati kota Salatiga, seperti pengobatan gratis, potong rambut gratis, dll. Menurutnya Itu salah satu wujud dalam menjadi gereja yang dapat memberkati kota Salatiga. Sebagai pemimpin ada berbagai cara untuk menggerakan orang kepada visi bersama. Hal yang biasa dialakukan subjek adalah melalui mimbar. Selain itu ada pendekatan secara pribadi yang dilakukan subjek, melalui percakapan secara pribadi berkaitan dengan visi gereja

dengan orang-orang yang dipimpinnya59.

56 Ibid 57 Ibid 58 Ibid 59 Ibid

d. Gereja yang digerakan oleh tujuan

Berkaitan dengan kunci dari pertumbuhan dan perkembagan gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga selama ini, subjek dalam wawancara menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi kunci dalam upaya menjadi gereja yang terus mengalami pertumbuhan adalah menjalankan sistem gereja yang memiliki tujuan atau dapat dikatakan gereja yang digerakan oleh tujuan. Hal ini menurut subjek merupakan faktor yang membuat gereja ini terus bertumbuh secara kuantitas maupun kualitas. Selain sesungguhnya subjek mengaku bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang ditunjukan oleh gereja ini merupakan anugera Tuhan yang menurutnya merupakan sumber

perkembangan60.

Adapun beberapa tujuan dari gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga yang selama ini

menggerakan sistem dalam gereja ini61, antara lain: (a) Menjadi gereja yang ada untuk bersekutu,

sehingga yang dilakukan adalah membentuk kelompok sel (komsel). Saat ini Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga telah memiliki 80 komsel. Adanya komsel mengajarkan dan mendorong jemaat untuk tidak tergantung dan terpaku hanya pada ibadah raya minggu di gereja. Tetapi diharapkan dengan adanya kelompok-kelompok sel, jemaat dapat memiliki komunitas kecil yang membantu pertumbuhanya. (b) Gereja ada untuk pemuridan. Gereja harus ada untuk berjuang membantu untuk setiap orang di dalamnya dapat mengalami pertumbuhan menjadi murid Tuhan Yesus. Sehingga dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga terdapat kelas untuk jemaat dapat belajar menjadi murid Kristus. Jadi yang ditekankan adalah pemuridan. (c) Gereja ada untuk melayani, maka disediakan kesempatan kepada setiap jemaat untuk mengambil bagian dalam pelayanan. (d) Gereja ada untuk penginjilan, dengan menyediakan diri untuk

60

Ibid

61

berdoa dan penginjilan. Dan yang terakhir adalah (e) Gereja ada untuk penyembahan. Kelima hal tersebut membantu untuk menjadikan gereja dalam kondisi sehat. Ketika gereja sehat maka ia

secara alamiah akan bertumbuh62.

Dari data yag diambil melalui teknik wawancara dengan informan kunci tersebut kemudian ditemukan pandangan yang menguatkan hasil wawancara tersebut. Dari hasil wawancara dengan Ibu Ely dan Bapak Cipto sebagai anggota jemaat yang telah berjemaat sejak tahun 2000, ditemukan bahwa Bapak Cipto dan Ibu Ely sebagai jemaat mereka diberikan ruang lebih untuk dapat melayani dalam jemaat. Hal ini tidak ia temukan di gereja sebelumnya. Keterlibatan suami istri ini dalam jemaat semakin aktif ketika ditawarkan untuk menjadi pelayan untuk penerima jemaat dan pembawa katong persembahan. Sehingga sejak tahun 2001, Ibu Ely dan Bapak Cipto kemudian memutuskan untuk terlibat telebih jauh dalam pelayanan. Ibu Ely kemudian melayani di komisi sekolah minggu sebagai guru sekolah minggu, sedangkan Bapak Cipto kemudian melayani di kelompok/kaum bapak sampai sekarang ini. Dari kisah Ibu Ely dan Bapak Cipto mempertegas salah satu bagian yang diungkapkan oleh subjek berkaitan tujuan gereja yakni menjadi gereja yang melayani, dengan memberikan kesempatan dan ruang sebesar-besarnya

untuk dapat terlibat dalam pelayanan63.

Data lain yang memperkuat keterangan subjek berkaitan dengan menjadi gereja yang bersekutu, yang kemudian diwujudkan dengan kehadiran komunitas dan kelompok-kelompok sel yang mampu membantu pertumbuhan jemaat adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara bersama saudara Michael. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa saudara Michael merasa bahwa di gereja Bethel Indoensia (GBI) Salatiga memiliki komunitas yang membantu

62

Ibid

63

Ely dan Cipto, Anggota Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara, Salatiga, 28 Agustus 2014, pukul 20.00 WIB.

pertumbuhannya. Saudara Maikel menjadi anggota jemaat di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga sejak tiga tahun yang lalu. Kemudian memutuskan untuk bekerja sebagai staff yang menangani tentang multimedia gereja sejak 2 tahun yang lalu. Sebelumnya ia adalah anggota jemaat salah satu gereja di Salatiga, namun kemudian memutuskan untuk berpindah anggota jemaat ke gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga. Alasan Saudara Maikel pindah ke GBI Salatiga karena ia merasa lebih nyaman dengan komunitas di GBI Salatiga, dimana mereka bisa

saling mendukung satu dengan lainnya64.

e. Pengaruh dari kultur sebagai seorang etnis Tionghoa terhadap kepemimpinan subjek.

Dalam wawancara bersama informan kunci, ditemukan bahwa dalam kulturnya ia dididik untuk memiliki apa yang ia sebut sebagai daya juang yang tinggi. Karakter ini menjadi sangat berperan dalam proses menjalankan kepemimpinannya selama 14 tahun. Dengan adanya semangat juang yang tinggi dalam dirinya sebagai pemimpin maka membuat dirinya menjadi pemimpin yang tidak mudah untuk menyerah ketika berhadapan dengan berbagai kesulitan dan

tantangan65.

Yang tertanam dalam dirinya adalah bagaimana caranya apapun yang dikerjakan harus jadi. Kondisi ini terlihat juga pada saat ia memimpin rapat. Dalam rapat ia tidak menerima alasan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi yang ingin dikejar adalah solusi apa yang bisa dilakukan untuk kesulitan, hambatan dan tantangan yang dhadapi. Jika rekan-rekan kerja atau pelayanannya yang lain tidak bisa kerjakan maka ia sebagai pemimpin akan langsung turun tangan. Jadi menurutnya dengan kulturnya sebagai seorang etnis Tionghoa membuat di dalam dirinya tertanam karakter sebagai seseorang yang ulet, kerja keras, dan memiliki daya juang yang

64

Michael, Staff bagian Multimedia Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, wawancara,…

65

tinggi. Hal-hal tersebut yang membuat ia sebagai pemimpin tidak mudah untuk menyerah ketika

berhadapan dengan kesulitan66.

Kerja keras, ulet dan memiliki semangat juang yang tinggi adalah bagian-bagian yang menurutnya menjadi salah satu faktor yang kemudian membuat GBI Salatiga berhasil

menyelesaikan pembangunan gedung gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga67. Dalam proses

pembangunan gereja yang disebut sebagai “markas besar” tersebut harus menempuh proses yang

tidak mudah. Namun dengan semangat juang yang tinggi, kerja keras dan uletnya sebagai pemimpin ia mampu menggerakan jemaat untuk dapat berkontribusi terhadap pembangunan gereja. Sehingga dibawah kepemimpinannya, berhasil dibangun gedung gereja yang megah untuk umat dapat beribadah.

f. Kompetensi Pemimpin

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan beberapa informan pendukung berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki subjek sebagai pemimpin, maka ditemukan bahwa Pdt. Gideon Rusli sebaga pemimpin memiliki kompetensi manajerial yang baik. Hal tersebut diperkuat dari keterangan saudara Maikel yang mengaku tertarik untuk berjemaat dan bekerja sebagai staff di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga karena ia menilai bahwa di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga, semuanya pengolahan atau manajemen pelayanannya lebih teratur rapih dibandingkan dengan gereja dimana ia berjemaat

sebelumnya68. 66 Ibid 67 Ibid 68

Hal tersebut diperkuat dengan keterangan yang disampaikan oleh saudari Yunita sebagai informan pendukung saat diwawancarai. Ia menilai bahwa ia kemudian memutuskan untuk berjemaat dan kemudian bekerja sebagai staff karena suka dengan pola kepemimpinan Pdt. Gideon Rusli yang dalam manajeman gereja sangat terlihat sistematis. Hal tersebut sesuai

dengan tipe saudari Yunita yang juga merupakan orang yang bekerja dengan sistematis69.

Observasi terhadap kompetensi manajerial

Gambar 3.4

Pengelolaan Salah Satu Ruang Administrasi Gereja di GBI Salatiga

Yang tampak pada foto adalah aktivitas kerja para staff dari setiap depertemen pelayanan yang ada. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa, dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatiga terdapat 5 (lima) departemen pelayanan yang membantu manajemen pelayanan di GBI Salatiga antara lain (a) Departemen Pengembalaan, (b) Departemen Pengajaran (c) Departemen Profetik (d) Departemen Apostolik dan Misi dan (e) Departemen Penunjang. Semua departemen memiliki staff khusus yang bertugas dalam mengurusi berbagai hal terkait dengan bagian masing-masing.

69

Gambar 3.5

Pengelolaan Ruang kerja untuk Para Staff dari Departemen pelayanan

Gambar 3.6

Tampak pada gambar bagian halaman depan dari gereja Bethel Indonesia (GBI) Salatia yang tertata rapih dan besih. Adanya beberapa tanaman hias menambah nilai estetika dari tampilan halaman gereja. Di halaman gereja yang sangat luas ini juga terdapat Pos Satpam. Selain itu denga halaman gereja yang luas maka tidak kesulitan bagi jemaat yang berkenderaan untuk mendapatkan tempat parkir kendaraan setiap kali datang beribadah.

Gambar 3.7

Alat Transportasi yang disediakan untuk kebutuhan Jemaat

Tampak pada gambar adalah alat transportasi yang disediakan oleh gereja untuk dapat menjemput jemaat yang membutuhkan jemputan pada saat datang beribadah atau melakukan pelayanan ke luar kota. Alat kendaraan ini disediaka oleh bidang transportasi yang berada di bawah departemen penunjang.

g. Karakter-karakter yang dimiliki sebagai pemimpin.

Sebagai pemimpin, karakter-karakter yang menjadi penekanannya antara lain; kekudusan. Kekudusan menjadi harga mati dalam kepemimpinannya. Kekudusan yang dimaksud meliputi kekudusan dalam moralitas yang dimiliki, kekudusan dalam seksualitasnya, kekudusan dalam

keuangannya serta kekududusan dalam segala bagian kehidupan. Walaupun menurutnya tidak ada manusia yang 100% yang sempurna, namun dengan terus berusaha hidup dalam kekudusan dalam bagian-bagian tersebut akan menjadikan ia sebagai pemimpin yang dapat menjadi teladan

dan tidak hanya sekedar “ngomong”. Menurutnya ini penting karena banyak Gembala yang “jatuh” karena korupsi uang jemaat, selingkuh dll. Selain kekudusan, karakter lain yang menjadi penekanan adalah kerendahan hati. Menurutnya kerendahan hati merupakan karakter yang

menjadi kunci dalam gaya kepemimpinan yang melayani70.

Berkaitan dengan karakter sebagai pemimpin yang memiliki kerendahan hati, dari hasil wawancara dengan Saudari Yunita memperkuat keterangan tentang karakter kerendahan hati yang dimiliki Pdt. Gideon Rusli. Hasil wawancara bersama saudari Yunita sebagai informan pendukung dapat diringkas bahawa Pdt. Gideon Rusli sebagai pemimpin memiliki kerendahan hati. Hal tersebut ditunjukannya dengan mau berbaur dekat dengan orang-orang yang

Dalam dokumen T2 752013029 BAB III (Halaman 28-45)

Dokumen terkait