II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Tanaman Refugia dan Jenisnya
Menurut para ahli, definisi refugia adalah pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan atau sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid (Nentwig, 1998; Wratten et al., 1998). Refugia berfungsi sebagai mikrohabitat yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha konservasi musuh alami.
Allifah et.al 2013, mengemukakan bahwa alternatif habitat pada agroekosistem dapat dilakukan dengan pengelolaan gulma. Hal ini akan berdampak pada dinamika serangga dan meningkatnya peluang lingkungan musuh alami dalam pengendalian hama biologis.
Dengan kata lain bahwa refugia adalah tumbuhan (baik tanaman maupun gulma) yang tumbuh disekitar tanaman yang dibudidayakan, yang berpotensi sebagai mikrohabitat bagi musuh alami (baik predator maupun parasitoid), agar pelestarian musuh alami tercipta dengan baik. Bagi musuh alami, tanaman refugia ini memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai sumber nektar bagi musuh alami sebelum adanya populasi hama di pertanaman.Suatu konsep pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pengendalian hama adalah dengan cara menanam tanaman yang digunakan sebagai refugia sehingga konservasi predator dapat terus terjaga (Pertiwi 2014).
5 Menurut Sumiarta (2019) tidak semua tanaman dapat berfungsi sebagai tanaman refugia. Beberapa syarat untuk menjadi tanaman refugia adalah : 1. Warna tanaman dan bunga yang mencolok, umumnya berwarna kuning 2. Benih/bibit mudah diperoleh
3. Mudah ditanam
4. Regenerasi tanaman cepat dan berkelanjutan 5. Cocok dijadikan tanaman multiple crop
Jenis- jenis tanaman yang berpotensi sebagai refugia a. Tanaman hias
Beberapa penelitian menyebutkan jenis tanaman hias yang berpotensi sebagai refugia antara lain bunga matahari (Helianthus annuus), bunga kertas zinnia (Zinnia peruviana), (Zinnia acerosa), (Zinnia bicolor), (Zinnia grandiflora),
(Zinnia elegans), kenikir (Cosmos caudatus). (Allifah et.al2013).
6 Gambar 1 Bunga matahari, bunga knikir, dan bunga kertas zinnia
b. Gulma
Gulma yang selama ini terkesan sebagai tanaman pengganggu ternyata bisa dijadikan refugia. Terutama yang berasal dari famili asteraceae seperti babadotan (Ageratum conyzoides), Ajeran (Bidens pilosa L.), Bunga tahi ayam (Tagetes erecta). Tumbuhan liar yang sengaja ditanam atau tumbuh dengan sendirinya di area pertanaman antara lain, bunga legetan (Synedrella nodiflora), pegagang (Centella asiatica), rumput setaria (Setaria sp.), rumput kancing ungu (Borreria repens), dan kacang hias atau kacang pintoi (Arachis pentoi) (Sinar Tani 2016).
Gambar 2 Bunga legetan, pegagang, babadotan, dan rumput kancing ungu
7 c. Sayuran
Sayuran yang berpotensi sebagai refugia sekaligus bahan pangan antara lain, kacang panjang (Vigna unguiculata ssp. sesquipedalis), bayam (Amaranthus spp.) (Sinar Tani 2016), jagung (Zea mays) (Pujiastuti et. al 2015).
Gambar 3 Tanaman kacang Panjang Morfologi Gulma yang Tergolong Refugia 1. Bunga legetan (Synedrella nodiflora)
Perkecambahan biji S. nodiflora adalah epigeal. Panjang hipokotil 8—19 mm, sering keungu-unguan, dan sedikit berambut. Kotiledon berbentuk bulat panjang, dengan panjang 6—8 mm, sering kemerah-merahan atau keungu-unguan dan berbatang pendek. Sepasang daun muda mirip dengan daun dewasa tetapi lebih kecil.
S. nodiflora tumbuh di semua habitat tropis dan subtropis dengan kelembaban tanah yang cukup untuk kecepatannya dalam perkecambahan, pertumbuhan, pembungaan dan pembentukan biji. Tumbuh dengan subur pada area dengan kelembaban tanah dan udara yang tinggi (tetapi bukan pada titik jenuh kelembaban tanah) (Benoit et al, 2014).
S.nodiflora bercabang tegak, herbal dengan tinggi 30—80 cm. Sistem perakaran serabut, biasanya dengan cabang yang kuat. Tumbuh tegak, batang biasanya
8 berkayu, percabangan dikotom dari dasar tumbuhan, cenderung memiliki internodus yang panjang dan bengkak, membulat atau sedikit kaku, lembut, seringkali berambut, dan biasanya dengan tinggi sekitar 50 cm. Bagian batang yang lebih bawah mungkin tumbuh akar pada bagian nodusnya, khususnya di daerah yang basah atau lembab.
(CABI, 2015).
Daun tumbuh berhadapan dengan panjang 4—9 cm, berbentuk elips sampai bulat dengan tiga tulang daun yang tampak jelas dan dengan tepi beringgit, berambut dengan tangkai daun yang pendek dan menempel pada batang secara selang-seling.
Bunga tumbuh dengan rangkaian mahkota yang kecil dari 2—8 bunga majemuk pada nodus dan seluruh ujung yang lebih tinggi ketiga dari tumbuhan, tiap bunga majemuk terdiri dari beberapa daun bunga yang tegak dengan panjang 3—5 mm dan keliling 5—
6 mm, setiap panjang 3—4 mm dengan daun bungan berwarna kuning (CABI, 2015).
2. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh di daerah tropis dan berbunga sepanjang tahun. Bentuk daunnya bulat seperti ginjal manusia, batangnya lunak dan beruas, serta menjalar hingga mencapai satu meter. Pada tiap ruas tumbuh akar dan daun dengan tangkai daun panjang sekitar 5—15 cm dan akar berwarna putih, dengan rimpang pendek dan stolon yang merayap dengan panjang 10—80 cmTinggi tanaman berkisar antara 5,39—13,3 cm, dengan jumlah daun berkisar antara 5—8,7 untuk tanaman induk dan 2—5 daun pada anakannya (Bermawie et al.,2008).
3. Babadotan (Ageratum conyzoides)
9 Tumbuhan babadotan merupakan terna semusim, tumbuh tegak, sering terbagi menjadi cabang-cabang yang tumbuh miring, berbulu panjang, tinggi 5—90 cm, pada waktu layu menyebarkan bau amis yang tidak enak. Babadotan ditemukan mulai dataran rendah sampai ± 1750 m, di beberapa 5 tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah banyak sebagai tumbuhan pengganggu yang tidak merugikan (Heyne 1987, 1825).
Daun bagian bawah batang duduk berhadapan dan bertangkai panjang, sedang daun yang teratas tersebar dan bertangkai pendek, helaian daun bulat telur, beringgit, kedua sisinya berambat panjang, sisi bagian bawah mempunyai kelenjar yang duduk.
Bunga berbentuk bongkol dan berkelamin satu, tiga atu lebih berkumpul menjadi karangan bunga berbentuk malai rata pada ujung batang. Bunga berwarna biru atau putih pada bagian kepalanya. Bongkol 6—8 mm panjangnya, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil ( Dalimartha 2006: 2).
4. Rumput kancing ungu (Borreria laevis L.) a. Akar
Akar rumput kancing ungu (B laevis (Lamk.) Griseb.) termasuk ke dalam sistem perakaran tunggang. Akar rumput kancing memiliki banyak cabang- cabang akar.
Akar rumput kancing memiliki banyak bulu-bulu halus. Akar rumput kancing memilik tudung akar atau kaliptera. Akar rumput kancing berwarna kecoklatan.
b. Batang
Batang Rumput kancing ungu (B. laevis (Lamk.) Griseb.) tumbuh tegak tingginya 15—20 cm biasanya kurang lebih 25 cm, membentuk cabang dari bagian pangkal
10 batang, warnanya ungu, bentuk penampangnya segi empat, sisi-sisinya berambut halus, pada buku-bukunya tumbuh dua helai daun yang berhadapan.
c. Daun
Daun Rumput kancing ungu (B. laevis (Lamk.) Griseb.) berbangun daun bulat panjang lanset, bagian pangkal melebar dan ujungnya runcing, ukuran panjangnya 2,5—5,5 cm dan lebarnya 0,75—2 cm, tepi daun terasa kasar bila diraba karena adanya bulu-bulu halus yang keras, permukaan atas berwarna hijau gelap keungu-unguan dengan urat daun yang nyata.
d. Bunga
Bunga Rumput kancing ungu (B. laevis (Lamk.) Griseb. mempunyai dua kelopak berambut halus, mahkota berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun tajuk, panjangnya 3—3,75 mm, berwarna putih dengan corak ungu di bagian ujung.
Kepala bunga kecil, terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, ukuran penampangnya kurang lebih 12 mm.
e. Buah
Buah Rumput kancing ungu (B. laevis (Lamk.) Griseb.) mempunyai bentuk lonjong, buah rumput kancing ungu terbelah membujur atau longitudinal atas dua belahan, buah rumput jancing ungu berambut di bagian atas, sekat atau septum yang persisten jelas terlihat, buah rumput kancing ukurannya kurang lebih 1 mm.
11 2.2. Manfaat Tanaman Refugia
Menurut Wahyuni et al.(2013). Tumbuhan berbunga yang dijadikan tanaman refugia diharapkan dapat menjadi tempat perlindungan serta sebagai penyedia pakan bagi predator dari hama tanaman padi. Makanan yang didapatkan predator dari tumbuhan berbunga adalah madu dan nektar dari bunga serta serangga hama yang bersembunyi pada tumbuhan tersebut. Wahyuni et. al (2013), selain dapat memperoleh madu dan nektar dari tumbuhan berbunga yang didatanginya, predator juga dapat menemukan mangsa yang bersembunyi di tumbuhan berbunga tersebut. Sehingga predator dapat dengan mudah memangsa mangsanya.
Keberagaman fauna karenaadanya tanaman berbunga (refugia) akan menyebabkan terbentuknya ekosistem yang lebih stabil, yang pada gilirannya akan menjaga terjadinya keseimbangan komponen ekosistem. Kehadiran tumbuhan berbunga dengan demikian sangat penting untuk melestarikan populasi musuh alami di suatu ekosistem seperti agroekosistem (Kurniawati dan Edhi 2015).
Kurniawati & Edhi (2015), manipulasi habitat dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan berbunga (insectary plant) yangberfungsi sebagai sumber pakan, inang/mangsa alternatif, dan refugia bagi musuh alami. Tumbuhan atau gulma berbunga yang berperan penting dalamkonservasi musuh alami ini umumnya berasal darifamili Umbelliferae, Leguminosae, dan Compositae.
Manfaat lain dari menanam tanaman refugia di area pertanaman pokok antara lain :
12 - Mikrohabitat yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha
konservasi musuh alami.
- Sumber nektar atau pakan bagi musuh alami sebelum adanya populasi hama di pertanaman,
- Terciptanya agroekosistem yang seimbang, dimana jumlah hama yang da dapat ditekan oleh keberadaan musuh alaminya, sehingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi (di bawah ambang batas ekonomi).
13
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Pengamatan ini dilakukan pada bulan Januari 2020, yang berlokasi di Kebun Teaching Farm Buludua Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan, Dusun Tompo Lemo-Lemo, Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat melakukan pengamatan ini, yaitu jaring, botol plastic, botol kaca, tali rafia, alat potret (handphone) serta alat tulis-menulis. Sedangkan bahan yang digunakan, yaitu kapas dan alkohol 70%, tanaman refugia dan serangga yang ditemukan pada saat pengamatan.
3.3. Metode Penelitian
Pengamatan dilakukan berdasarkan metode observasi, yaitu mengumpulkan data dari hasil pengamatan/survei di lapangan.
3.4. Prosedur Kerja
1. Mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang termasuk refugia berdasarkan morfologinya
2. Melakukan penangkapan serangga dengan menggunakan jaring ayun pada gulma yang telah teridentifikasi sebagai tanaman refugia. Penangkapan serangga dilakukan pada pagi hari mulai jam 08.00-10.00. Pengamatan dilakukan sebanyak
14 5 kali pada tanaman refugia yang telah ditetapkan sebagai sampel, dengan interval pengamatan seminggu sekali.
3. Serangga yang tertangkap kemudian dimasukkan kedalam botol-botol koleksi yang sebelumnya telah diisi dengan kapas yang beralkohol 70%. Selanjutnya Serangga dikelompokkan berdasarkan jenisnya.
4. Serangga diidentifikasi di laboratorium (kunci identifikasi serangga, 1991) dan dengan cara mencocokkan serangga yang ditemukan dengan hasil penelusuran gambar serangga yang terdapat di internet.