• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian .1Emisi CO 2ASEAN

Gambar 4.3 menunjukkan perkembangan emisi CO2 di ASEAN selama

tahun 1985-2009. Emisi CO2 merupakan indikator dari dampak lingkungan,

sehingga semakin tinggi emisi CO2maka semakin tinggi pencemaran lingkungan

negara tersebut. Total emisi CO2 paling tinggi di ASEAN adalah Indonesia,

terutama sejak tahun 1985. Indonesia masih menempati negara dengan jumlah

emisi CO2 tertinggi sebesar 451.781,734 kiloton (kt) pada tahun 2009

dibandingkan dengan tujuh negara lainnya. Sementara itu lima negara lainnya

yang termasuk tinggi emisi CO2 yakni, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina,

Singapura, secara berurutan sebesar 271.721,033 kt, 198.348,03 kt, 142.257,598 kt, 68.550,898 kt, dan 31.895,566 kt. Sisanya, Brunei Darussalam dan Laos

menempati posisi dua terendah dengan total emisi CO2 sebesar 9.281,177 kt dan

1.811,498 kt.

Berdasarkan Gambar 4.3, rata-rata total emisi CO2 di ASEAN pada tahun

1985 adalah sebesar 36.447,69 kt, dan mengalami peningkatan sehingga

mencapai jumlah 146.955,94 kt pada tahun 2009. Sejak tahun 1985 sampai

dengan tahun 2009 Indonesia dan Thailand memiliki total emisi yang tinggi dengan rata-rata sebesar 250.275,683 kt dan 178.859,245 kt per tahun sedangkan negara-negara lainnya yakni, Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, Brunei Darussalam, dan Laos secara berurutan sebesar 114.867,894 kt, 56.074,737 kt, 54.451 kt, 45.025,039 kt, 58.00,02 kt, dan 777,844 kt per tahun.

Sumber :World Bank(2012)

Gambar 4.3

Perkembangan Emisi CO2 di ASEAN (dalam kt) Tahun 1985-2009

Trend emisi CO2 pada Gambar 4.3 cenderung meningkat. Rata-rata

pertumbuhan emisi CO2 di Vietnam adalah yang paling tinggi, yaitu sebesar

9,26% per tahun. Kemudian tertinggi kedua dan ketiga yaitu Laos dan Malaysia

dengan rata-rata pertumbuhan emisi CO2 sebesar 8,63% dan 5,88% per tahun

sedangkan negara lainnya, Indonesia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Singapura secara berurutan yakni, 5,5%, 5,19%, 4,8%, 3%, dan -0,14% (menurun) per tahun.

Secara umum, emisi CO2 di Indonesia adalah yang paling tinggi

dibandingkan dengan negara lainnya meskipun pertumbuhan emisi CO2

Indonesia bukan yang paling tinggi. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.4,

Dengan share emisi CO2 sebesar 38%, Indonesia merupakan negara yang

memiliki emisi CO2paling besar di ASEAN. Jumlah ini sangat signifikan bila

dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Brunei (1%) atau Laos (0%).

Gambar 4.4

ShareEmisi CO2 di ASEAN Tahun 2009

4.2.2 Penduduk ASEAN

Gambar 4.5 menunjukkan perkembangan penduduk di ASEAN selama tahun 1985-2009. Besarnya jumlah penduduk di suatu negara dapat

meningkatkan emisi CO2 di negara tersebut. Total penduduk Indonesia pada

tahun 1985 sudah yang paling tinggi dibanding tujuh negara lainnya, dengan jumlah 168.119.209 jiwa dan mencapai 237.414.495 jiwa pada tahun 2009. Sementara itu, negara lainnya pada tahun 2009 yakni, Filipina 91.703.090 jiwa, Vietnam 86.025.000 jiwa, Thailand 68.706.122 jiwa, Malaysia 27.949.395 jiwa, Laos 61.112.143 jiwa, Singapura 4.987.600 jiwa, dan Brunei Darussalam 391.837 jiwa.

Sumber :World Bank(2012), diolah

Gambar 4.5

Perkembangan Penduduk di ASEAN (dalam jiwa) Tahun 1985-2009

Berdasarkan Gambar 4.5, rata-rata total penduduk di ASEAN pada tahun 1985 adalah sebesar 44.466.798 jiwa, dan mengalami peningkatan sehingga mencapai jumlah 65.411.210 jiwa pada tahun 2009. Indonesia kembali menempati posisi pertama dengan rata-rata total penduduknya sebesar 204.327.158 jiwa per tahun sedangkan negara-negara lainnya memiliki rata-rata total penduduk jauh dibawah jumlah penduduk Indonesia, secara berurutan yaitu, Vietnam sebesar 73.654.636 jiwa per tahun, Filipina 72.686.951 jiwa per tahun, Thailand 61.171.355 jiwa per tahun, Malaysia 21.851.637 jiwa per tahun, Laos 4.946.260 jiwa per tahun, Singapura 3.709.984, per tahun dan Brunei Darussalam 304.507 jiwa per tahun.

Trend penduduk pada Gambar 4.5 cenderung meningkat di ASEAN. Rata-rata pertumbuhan penduduk antar negara tidak terlalu jauh. Posisi pertama ditempati oleh Singapura sebesar 2,52%. Sementara itu, negara lainnya secara berurutan menurun adalah Brunei Darussalam sebesar 2,36%, Malaysia 2,32%, Filipina 2,15%, Laos 2,07%, Vietnam 1,53%, Indonesia 1,41%, dan Thailand 1,11%.

Sumber :World Bank(2012), diolah

Gambar 4.6

Sharependuduk di ASEAN Tahun 2009

Berdasarkan Gambar 4.6, Indonesia memilikisharependuduk terbesar di

ASEAN pada tahun 2009, yaitu sebesar 45%. Kebalikanya, tiga negara ini

memiliki share penduduk yang sangat kecil di ASEAN, yakni Singapura hanya

1%, Laos 1%, dan Brunei Darussalam bahkan 0%.

4.2.3 Pendapatan ASEAN

Gambar 4.7 menunjukkan pada tahun 1985 pendapatan Brunei Darussalam adalah yang paling tinggi, yaitu sebesar 57.810,489 US$ dan di

posisi kedua adalah Singapura dengan pendapatan sebesar 18.579,771 US$. Namun, pada tahun 2009 Singapura mampu mengungguli Brunei Darussalam dengan selisih pendapatan yang sangat tipis, yakni Singapura sebesar 46.270,87 US$ dan pendapatan Brunei 45.155,605 US$. Sementara itu, pendapatan negara-negara lainnya tahun 2009 secara berurutan menurun, yaitu Malaysia dengan jumlah 12.997,518 US$, Thailand 7.160,115 US$, Indonesia 3.696,297 US$, Filipina 3.364,209 US$, Vietnam 2.720,686 US$, Laos 2.161,808 US$.

Sumber :World Bank(2012), diolah

Gambar 4.7

Perkembangan Pendapatan di ASEAN (dalam US$) Tahun 1985-2009

Berdasarkan Gambar 4.7, rata-rata total pendapatan di ASEAN pada tahun 1985 adalah sebesar 11.283,55 US$, dan mengalami peningkatan sehingga

mencapai 15.440,889 US$. Meskipun pendapatan Singapura dapat

menggungguli Brunei Darussalam pada tahun 2009, tetapi rata-rata total pendapatan Brunei jauh lebih tinggi daripada Singapura. Rata-rata total pendapatan Singapura hanya sebesar 33.952,901 US$ dan Brunei mencapai

50.268,586 US$. Sementara itu, negara-negara lainnya memiliki rata-rata total pendapatan jauh dari kedua negara tersebut, yaitu Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam, dan Laos. Rata-rata total pendapatan negara tersebut secara berurutan yakni, 9.489,64 US$, 5.225,666 US$, 2.705,993 US$, 2.576,01 US$, 1.496,58 US$, 1.295,098 US$.

Secara keseluruhan, trend pendapatan pada Gambar 4.7 cenderung

meningkat. Akan tetapi, trend pendapatan di Brunei Darussalam cenderung

menurun dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan menurun 1,04% per tahunnya. Meskipun Vietnam termasuk negara yang berpendapatan rendah, tapi memiliki rata-rata pertumbuhan terbesar, yaitu sebesar 5,33% per tahun, disusul oleh Laos dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,12% per tahun. Negara-negara lainnya dengan tingkat pertumbuhan yang tidak jauh berbeda, yakni Thailand 3,61%, Indonesia 3,45%, Singapura 3,39%, Malaysia 3,2%, Filipina 1,62% per tahun.

4.2.4 Teknologi ASEAN

Gambar 4.8 menunjukkan perkembangan intensitas energi sebagai proksi teknologi di ASEAN selama tahun 1985-2009. Brunei memiliki intensitas energi yang paling tinggi pada tahun 1985, yaitu sebesar 14.252,553 btu/US$ dan 16.888,617 btu/US$ pada tahun 2009. Singapura termasuk kedua tertinggi juga, yaitu sebesar 10.024,734 btu/US$ pada tahun 1985 dan 12.084,81 btu/US$ pada tahun 2009. Laos adalah negara dengan intensitas energi terendah di tahun 1985 dan di tahun 2009, yaitu sebesar 2.214,526 btu/US$ dan 2.730,238 btu/US$..

Negara-negara diantaranya secara beurutan pada tahun 2009, yaitu Filipina 3.713,765 btu/US$, Indonesia 6.619,107 btu/US$, Vietnam 7.171,912 btu/US$, Malaysia 7.793,982 btu/US$, Thailand 8.218,11 btu/US.

Sumber : EIA (2012), diolah

Gambar 4.8

Perkembangan Intensitas Energi di ASEAN (btu per juta US$) Tahun 1985-2009

Berdasarkan Gambar 4.8, rata-rata intensitas energi di ASEAN pada tahun 1985-2009 mengalami peningkatan tetapi tidak terlalu berbeda jauh dari tahun ke tahunnya. Rata-rata total intensitas energi Brunei adalah yang paling tinggi di ASEAN, yaitu sebesar 12.959,931 btu/US$ per tahun dan disusul oleh Singapura sebesar 10.840,831 btu/US$ per tahun. Sementara itu, negara-negara lainnya sebesar 7.834,086 btu/US$ per tahun (Malaysia), 6.719,376 btu/US$ per tahun (Thailand), 6.329,259 btu/US$ per tahun (Indonesia), 5.492,631 btu/US$

per tahun (Vietnam), 4.656,264 btu/US$ (Filipina) per tahun, dan 2.518,362 btu/US$ per tahun (Laos).

Trend perkembangan intensitas energi di ASEAN selama 1985-2009

menunjukkan trend yang fluktuatif. Vietnam dan Thailand memiliki rata-rata

pertumbuhan intensitas energi hampir mencapai 2%, yaitu 1,99% dan 1,93% per tahun sedangkan negara-negara lainnya, yakni Singapura 1,06%, Laos 0,85%, Brunei sebesar 0,84%, dan Indonesia 0,77% per tahun. Negara-negara yang rata-rata pertumbuhannya mengalami penurunan, yaitu Filipina sebesar 0,16% dan Malaysia sebesar 0,03% per tahun.

4.3 Analisis Model dan Pembuktian Hipotesis

Dokumen terkait