• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Dini Pap Smear 1. Konsep Pemeriksaan Ginekologi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ginekologi:

1. Dalam melakukan pemeriksaan secara etik harus di dampingi

Pada gadis masih perawan Ibunya ikut serta dalam proses pemeriksaan.

Menghindari pemeriksaan dalam apalagi dengan spekulum .Pemeriksaan speculum, dapat dilakukan dengan speculum hidung (yang kecil) Dapat dilakukan dengan narkosa.

2. Keluhan utama yang menyebabkan datang memeriksakan diri.

a) Perdarahan.

b) Keputihan.

c) Ingin mempunyai anak.

d) Terdapat benjolan di daerah abdomen.

e) Terlambat datang bulan.

f) Nyeri.

g) Keinginan untuk memeriksakan diri dengan tujuan ingin memeriksakan KB yang sedang dipakai dan ingin melakukan pemeriksaan Pap smear.

3. Syarat ruangan pemeriksaan ginekologi

a) Ruangan tertutup dengan penerangan yang cukup.

b) Seorang pembantu tenaga medis wanita yang menuntun persiapan pemeriksaan.

c) Peralatan yang terbatas, tetapi memenuhi segala keperluan pemeriksaan.

d) Sedapat mungkin terdapat toilet.

4. Anamnesa Tujuan :

Melakukan penggalian tentang keluhan utama yang berkaitan dengan penyakit lainnya, seperti : hubungan dengan sejarah pengalaman obstetric, ginekologi, dan menstruasi.

Anamnesa tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Penyakit terdahulu seperti penyakit terdahulu yang pernah di derita, operasi yang pernah dijalani, keberhasilan pengobatan

b. Penyakit ginekologi seperti penyakit apa saja yang pernah diderita, apakah pernah ada operasi ginekologi, bagaimana keberhasilan pengobatannya, apakah mempunyai keterangan tentang penyakit.

c. Riwayat obstetrik seperti apakah pernah hamil, melahirkan, dan berapa banyak jumlah anak, bagaimna keadaan sesudah hamil, apakah memakai metode KB, metode apa, berapa lama dan apakah terjadi penyulit.

d. Riwayat menstruasi seperti umur menarch, siklus menstruasi (Manuaba, 2001).

2. Definisi Pap Smear

Pemeriksaan pap smear adalah salah cara pemeriksaan sel leher rahim yang dapat mengetahui perubahan perkembangan sel leher rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker (Yatim, 2008). Pap Smear atau uji Pap adalah pemeriksaan sitologi serviks, diperkenalkan pada tahun 1974 yang terbukti menurunkan insidens dan frekuensi mortalitas kanker serviks dari 35.000 menjadi 5.000 kasus tiap tahun. Sistem Bathesda di gunakan paling sering untuk mengelompokkan hasil Pap smear. Serviks divisualisasi dan spatula kayu digunakan untuk mengerok bagian ektoserviks. Sel ini dipulaskan pada kaca slide.

Cytobrush dimasukkan ke tulang serviks lalu dirotasikan. Sel-sel endoserviks yang didapat, dipulas tipis ke atas slide dan diberikan fiksasi (Morgan, 2009).

3. Manfaat Pap Smear

Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Diagnosis dini keganasan

Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.

b. Perawatan ikutan dari keganasan

Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasi.

c. Interpretasi hormonal perempuan

Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil muda.

d. Menentukan proses peradangan

Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur (Manuaba, 2001)

4. Perempuan yang perlu melakukan Pap Smear.

Rekomendasi terbaru dari American Collage of Obstetricions and gynecologist adalah melakukan pemeriksaan pelvis dan penapisan pulasan pap smear setiap tahun bagi semua perempuan yang telah aktif secara seksual atau telah berumur 21 tahun. Setelah tiga kali atau lebih secara berturut-turut hasil pemeriksaan tahunan ternyata normal, uji pap dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter ( Price, 2006).

Menurut The American Cancer Society 2013, pap smear untuk saat ini direkomendasikan untuk usia 21 tahun sampai 65 tahun dan metode deteksi dini yang saat ini disukai perempuan usia 30-65 tahun adalah vaksinasi HPV dan pemeriksaan pap smear. Pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun (peralatan pap smear konvensional), bila 3 kali berturut-turut hasil normal pemeriksaan dapat dilakukan dengan 3 tahun sekali (The American Cancer Society, 2013)

Menurut informasi yang diperoleh, kaum yang perlu melakukan Pap Test ini adalah :

a. Perempuan yang menikah dibawah 20 tahun.,

b. Perempuan yang telah menikah dan berusia 30 tahun atau lebih, c. Perempuan yang telah melahirkan lebih dari 3 kali,

d. Perempuan yang belum bias menghentikan kebiasaan merokok termasuk jika pasangannya juga perokok.

e. Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun (terutama dengan kontrasepsi hormonal atau IUD )

f. Mereka yang mengalami senggama perdarahan setiap kali melakukan senggama atau mengalami keputihan kronis (Tapan, 2005).

Pap Smear ini dapat dilakukan pada:

a. Semua perempuan usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual.

b. Bila telah tiga kali pap smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebh jarang.

c. Perempuan yang telah dilakukan pengangkatan rahim.

d. Perempuan yang monepause masih dibutuhkan pemeriksaan uji pap (Aminati, 2013 : 109).

5. Persiapan Pemeriksaan Pap Smear

Untuk memperoleh hasil optimal, seorang perempuan yang akan melakukan pemeriksaan pap’s smear tentu harus melakukan persiapan dengan baik dan benar.

Beberapa hal yang dianjurkan sebelum melakukan Pap’s Smear adalah:

a. Tidak melakukan hubungan intim, minimal 3 hari sebelum tes.

b. Tidak sedang menggunakan obat minum (oral) atau pervagina dalam jangka waktu minimal 3hari sebelumnya.

c. Pil KB tidak perlu diberhentikan. Tetapi perlu diberitahu kepada dokter/ para medis yang akan melakukan pemeriksaan.

d. Tidak dalam keadaan atau sedang haid/ menstruasi (Tapan, 2005).

e. Penatalaksanaan Pa Smear

Sebelum membuat jadwal untuk Pap smear, berikan konseling kepada pasien.

a. Pertengahan siklus menstruasi adalah waktu terbaik untuk Pap smear.

b. Pasien tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual selama 24 jam sebelum uji lakukan.

c. Pasien harus menahan diri menggunakan krim vagina, supositoria, dan mencuci area vagina selama 1-2 hari.

d. Bila terjadi infeksi vagina atau terjangkit HVS, sebaiknya Pap smear ditunda sampai masalah tersebut teratasi.

e. Pasien harus menunggu sedikitnya 4-6 minggu setelah abortus yang mengancam, abortus elektif, atau perlahiran. Kadang proses pemyembuhan serviks dapat menyebabkan hasil sel squamosa kembali abnormal (Morgan, 2009)

Menurut Manuaba (2001), prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:

a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol 95%.

b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.

c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.

d. Periksa serviks apakah normal atau tidak.

e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360° searah jarum jam.

f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45° satu kali usapan.

g. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.

h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli patologi anatomi (Manuaba, 2001).

7. Hasil Pap Smear.

Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.

Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu:

a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.

b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.

c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.

d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.

e. Kelas V : keganasan.

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):

a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.

b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.

c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.

Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001.

Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):

1. Sel skua mosa

a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US) b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)

c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) d. Squamous Cells Carcinoma

2. Sel glandular

a. Atypical Endocervical Cells b. Atypical Endometrial Cells c. Atypical Glandular Cells

d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ e. Adenokarsinoma Endoserviks

f. Adenokarsinoma Endometrium g. Adenokarsinoma Ekstrauterin

h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

2.1.6 Teori Perilaku yang Aplikatif dalam Pelaksanaan Promosi Kesehatan a.Teori Precede-Proceed (Lawrence W. Green)

Model Precede-Proceed menyediakan struktur yang komprehensif untuk menilai kesehatan dan kualitas hidup dan kebutuhan yang merancang, melaksankan, dan mengevaluasi promosi kesehatan dan program kesehatan publik lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, dan Enabling Constructs dalam Educational Diagnosis dan Evaluation) menguraikan proses perencanaan diagnostik untuk membantu dalam pengembangan sasaran dan fokus program kesehatan masyarakat. PROCEED (Policy, Regulatory, dan Construcs, Organizational dalam Educational dan Environmental, Development) memandu pelaksanaan dan evaluasi program yang dirancang menggunakan PRECEDE.

PRECEDE terdiri dari lima langkah atau fase. Tahap pertama, melibatkan penentuan kualitas hidup atau masalah social dan kebutuhan masyarakat tertentu.

Tahap kedua, terdiri dri mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesehatan dari masalah dan kebutuhan. Tahap ketiga, melibatkan analisis faktor-faktor penentu perilaku dan linhkungan dari gangguan kesehatan. Pada tahap keempat,

factor-faktor yang mempengaruhi untuk , memperkuat, dan memungkinkan perilaku dan gaya hidup di identifikasi. Tahap kelima, melibatkan dan memastikan promosi kesehatan , kesehatan pendidikan dan/ atau kebijakan yang berhubungan dengan intervensi terbaik akan cocok untuk mendorong perubahan yang diinginkan dalam perilaku dan lingkungan mereka.

PROCEED terdiri dari empat tahap tambahan. Pada tahap keenam, intervensi diidentifikasi dalam tahap lima dilaksanakan. Tahap ketujuh, memerlukan evaluasi proses intervensi. Tahap kedelapan, melibatkan mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku, dan pada perilaku itu sendiri. Tahap kesembilan dan terakhir terdiri evaluasi hasil adalah, menentukan efek akhir dari intervensi pada kesehatan dan kualitas hidup penduduk (Kholid,2012 : 33-34).

Dokumen terkait