• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.8. Pengeluaran Konsumsi 1. Defenisi Konsumsi

2.8.3. Determinan Konsumsi

Menurut Samuelson (1999) bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang.

Sukirno (2001), selanjutnya menyebutkan bahwa disamping faktor-faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah, konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Ekspektasi, Keyakinan bahwa pada masa yang akan datang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya di masa sekarang.

2. Jumlah penduduk, tingkat konsumsi bukan saja bergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan.

tingkat harga adalah tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan pendapatan riil.

Godam (2007) menyebutkan terdapat tiga penyebab perubahan konsumsi, yaitu :

1. Penyebab Faktor Ekonomi

a. Pendapatan. Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi.

b. Kekayaan. Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar.

c. Tingkat Bunga. Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding belanja.

d. Perkiraan Masa Depan. Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi.

2. Penyebab Faktor Demografi a. Komposisi Penduduk b. Jumlah Penduduk 3. Penyebab / Faktor Lain

Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain : a) selera, b) faktor sosial ekonomi, c) kekayaan, d) keuntungan / kerugian capital, e) tingkat harga, f) barang tahan lama, g) kredit, h) kebiasaan adat sosial budaya, dan j) gaya hidup seseorang.

2.9. Kredit Perbankan 2.9.1. Defenisi Kredit

Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan seseorang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa. Artinya uang atau barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang. Kredit erat kaitannya dengan pengadaan modal suatu badan usaha, dimana dalam menjalankan usahanya pihak manajeman berusaha untuk memperoleh tambahan modal dari berbagai sumber, termasuk diantaranya melalui kredit.

2.9.2. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pengertian kredit menurut Sinungan (1995) : “Kredit adalah suatu penyertaan uang atau tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain. Atau juga memberi pinjaman pada orang lain dengan harapan akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yaitu berupa bunga sebagai pendapatan bagi pihak yang bersangkutan”.

Pada umumnya alasan orang meminjam kredit adalah untuk investasi, modal kerja, maupun untuk konsumsi. Namun dari sisi perbankan, kredit yang lebih banyak diberikan adalah kredit investasi dan modal kerja. Aktivitas perekonomian, khususnya sektor usaha dapat bergerak dengan adanya kredit dari bank. Para pelaku usaha lebih mengandalkan bantuan kredit untuk invetasi maupun untuk modal kerja dibandingkan dengan modal sendiri.

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1999), alasan permintaan kredit adalah: permintaan transaksi, yaitu kebutuhan alat tukar yang diterima oleh umum untuk membeli barang dan membayar tagihan, dan sebagai tambahan, yaitu sebagai aset atau penyimpan nilai.

Tujuan kredit mencakup scope yang luas, ada dua fungsi pokok yang saling berkaitan dengan kredit (Sinungan, 1995) yaitu :

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.

b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut (Sinungan, 1995) :

1. Kredit dapat meningkatkan utilitas (kegunaan) dari uang.

2.

Keberadaan uang atau modal yang disimpan oleh para pemilik uang atau modal pada suatu lembaga keuangan (bank) atau sejenisnya, akan disalurkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada sektor-sektor usaha produktif. Hal ini akan meningkatkan kegunaan uang tersebut, yang tadinya sebagai simpanan (tabungan dan deposito), kini dapat dijadikan modal untuk melaksanakan suatu usaha atau proyek.

Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Melalui kredit, peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan mobilitas usaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

3. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha

4.

Dengan adanya kredit, pihak peminjam atau yang diberi kredit akan bekerja semaksimal mungkin agar dari usaha yang dijalaninya dihasilkan keuntungan yang besar sehingga dapat melunasi kredit tersebut.

Kredit sebagai salah satu alat pengendali stabilitas moneter

Kebijakan kredit bisa digunakan untuk menekan laju inflasi, yaitu dengan menyalurkan kredit hanya pada sektor-sektor usaha yang produktif dan sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh pada hajat hidup masyarakat.

5. Kredit sebagai sarana peningkatan pendapatan nasional

6. Meningkatkan daya guna dari modal atau uang

Dengan banyaknya pengusaha baik dari industri skala kecil maupun besar yang mendapatkan fasilitas kredit, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan secara nasional diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan nasional.

Yaitu para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya selain itu juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan.

7. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari suatu barang

Yaitu dengan mendapatkan kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.

8. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Yaitu kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.

2.9.3. J enis-J enis Kredit

Keberadaan kredit menurut Sinungan (1995) dapat digolongkan menurut beberapa jenis, antara lain :

1. Menurut jangka waktunya

a. Kredit Jangka Pendek (Short-term loan)

Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan, termasuk didalamnya berupa kredit modal kerja.

b. Kredit jangka menengah (Medium-term loan)

c.

Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja, misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi.

Kredit jangka panjang (Long-term loan)

Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi untuk membiayai proyek dan perluasan usaha.

2. Menurut jaminannya

a. Kredit dengan jaminan (Secured Loan)

b. Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan)

Yaitu kredit yang tidak disertai penyerahan barang jaminan dari nasabah.

3. Menurut tujuannya

a. Kredit Komersial (Commercial Loan)

b.

Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan.

Kredit Konsumtif (Consumer Loan).

c.

Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif.

Kredit Produktif (Productive Loan)

Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi.

a.

4. Menurut penggunaannya.

b.

Kredit modal kerja (working capital loan). Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk menambah modal kerja debitur, meliputi modal kerja untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan lain-lain.

c. Kredit Konsumsi (consumer loan)

Kredit investasi (investment loan). Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan untuk digunakan dalam melakukan investasi melalui pembelian barang-barang modal.

Yaitu kredit yang diberikan kepada perorangan ini bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa kredit investasi merupakan kredit berjangka menengah atau panjang yang diberikan oleh perbankan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian-pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.

Kredit konsumsi merupakan kredit yang diberikan oleh pihak perbankan kepada masyarakat/perorangan untuk membiayai keperluan konsumsi masyarakat, yaitu berupa barang dan jasa yang tujuannya tidak untuk usaha tetapi untuk pemakaian pribadi baik dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain.

Terbatasnya pendapatan masyarakat menjadikan masyarakat akan mencari sumber pendanaan khususnya perbankan untuk memenuhi kebutuhan hidup ataupun untuk memenuhi keinginan terhadap suatu barang atau jasa.

Dokumen terkait