• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Tes Rorschach

2. Determinan Tes Rorschach

Dalam Tes Rorschach terdapat empat determinan utama (Klopfer, 1954) yaitu:

a. Form (F) : konsep ini ditentukan oleh hanya dari bentuk bercak tinta. Tidak termasuk color, shading, maupun movement dari bercak tinta tersebut.

b. Movement : konsep ini terbentuk jika subyek memproyeksikan aksi, gerakan atau kehidupan. Movement bisa dibentuk dari figur manusia maupun hewan, dari obyek benda mati maupun dari bentuk-bentuk abstrak.

c. Shading : merupakan konsep terhadap nuansa bayangan achromatic, termasuk rasa pada tekstur permukaan obyek, kesan terhadap kedalaman maupun warna achromatic.

d. Color : konsep ini terbentuk dari aspek-aspek chromatic, baik yang terintegrasi maupun yang tidak terintegrasi dengan bercak tinta.

Bagan Tes Rorschach Tes Rorschach Location Determinant Form Movement Human Movement Animal Movement Inanimate Movement Definite Inanimate Movement Indefinite Inanimate Movement Shading Texture Definite Texture Indefinite Texture Diffusion Vista Definite Diffusion Vista Indefinite Diffusion Vista Three- Dimensional Object Projected on Two Dimensional Plane Definite Response Indefinite Response Color Achromatic Color Definite Achromatic Color Indefinite Achromatic Color Chromatic Color Definite Chromatic Color Indefinite Chromatic Color Pure Color Content Form Level Popular Respons

a. Respon Form (F)

Form (F) merupakan determinan yang mewakili hanya bentuk dari bercak tinta tanpa ada unsur warna, gerakan, maupun naungan yang tampak dalam persepsi subyek. Dalam respon movement, warna, maupun naungan, form (F) dapat terkandung di dalam respon selama respon memiliki bentuk yang jelas dan atau berbentuk.

Menurut Ainsworth dan Klopfer, respon form (F) merepresentasikan tipe persepsi yang terbatas atau miskin, lepas dari nuansa emosi dan afeksi yang ditimbulkan dari elemen warna serta naungan dan juga kekayaan imajinasi yang mungkin dimiliki oleh individu tersebut.

Respon form (F) yang muncul dalam jumlah yang masuk akal diimbangi dengan adanya respon color, movement, dan shading tidak mengindikasikan keterbatasan atau kemiskinan persepsi subyek terhadap dunia. Hal ini mengindikasikan subyek memiliki kemampuan dalam menghadapi suatu situasi tertentu secara impersonal dan melihat langsung pada pokok permasalahan, terlepas dari implikasi personal. Jika respon form (F) muncul secara dominan di antara respon color dan surface shading, tetapi respon movement muncul dengan bebas, menunjukkan adanya pembatasan atau penahanan atas dampak emosi yang relatif tidak peka terhadap dunia luar, sementara subyek tetap menyadari nilai-nilai diri, kebutuhan

serta dorongannya. Jika respon form (F) muncul secara dominan di antara respon movement, tetapi respon color muncul secara bebas, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pembatasan atau penahanan terhadap kesadaran akan dorongan dalam diri, sementara subyek reaktif secara emosional terhadap pengaruh lingkungan.

b. Respon Movement

Menurut Aronow, suatu respon dikatakan masuk kategori determinan movement ketika suatu persepsi mengandung aksi atau kehidupan. Respon movement terbagi menjadi tiga tipe: human movement (M), animal movement (FM), dan inanimate movement (m). Suatu respon dikatakan tergolong human movement (M) ketika respon mengindikasikan aktivitas manusia, ekspresi manusia atau postur manusia. Respon ini bisa terkandung dalam persepsi dengan bentuk manusia secara keseluruhan atau sebagian dalam bentuk aksi. Selain itu, karikatur, patung atau binatang yang melakukan aktivitas manusia juga termasuk dalam respon human movement (M).

Suatu respon dapat dikategorikan dalam respon animal movement (FM) ketika respon mengandung unsur aksi atau aktivitas binatang. Respon bisa berbentuk binatang secara keseluruhan, gambar binatang maupun sesuatu yang berbentuk binatang. Namun, respon binatang yang melakukan aktivitas manusia tetap dihitung sebagai respon human movement (M).

Suatu respon dapat dikategorikan dalam respon inanimate movement (m) ketika respon mengandung pekerjaan atau aksi yang dilakukan oleh kekuatan alam atau mekanis. Inanimate movement (m) terbagi lagi menjadi tiga sub-kategori: persepsi dengan bentuk yang jelas atau pasti, bentuk yang semi-pasti, dan yang sama sekali tidak jelas.

i. Human movement (M)

Menurut Ainsworth dan Klopfer, respon human movement (M) memiliki tiga ciri, yaitu proyeksi kinestetik yang menghidupkan materi bercak tinta dengan gerakan yang pada dasarnya tidak ada dalam bercak tinta, hal ini menunjukkan adanya proses imajinasi; konsep manusia (atau setidaknya melibatkan atribut manusia) yang mengindikasikan kemampuan untuk melihat dunia dari sisi manusia dan dengan konsekuensinya untuk merasakan empati terhadap orang lain; dan level persepsi yang bisa membedakan dengan baik dan biasanya terintegrasi dengan baik.

Respon human movement (M) cenderung menunjukkan fungsi ego yang baik. Produksi respon human movement (M) yang melibatkan aspek imajinasi ditunjukkan pada usaha menghidupkan bercak tinta, yang diam menjadi gerakan, menyatakan akses yang relatif bebas terhadap aktivitas fantasi

yang mana berkaitan dengan baik dengan kenyataan. Hal ini mengindikasikan integrasi emosi yang baik, yang mana ego tergolong toleran pada impuls primitif dan secara bebas bisa menjadi sumber kreativitas. Aspek empati dalam produksi respon human movement (M) menunjukkan kapasitas untuk object relations yang baik, yang merupakan kondisi dan hasil dari integrasi emosi yang baik. Hubungan yang baik dengan kenyataan eksternal tercermin dalam kemampuan yang baik dalam membedakan, integrasi, dan akurasi persepsi ditunjukkan dalam respon human movement (M), yang menunjukkan fungsi ego yang berkembang dengan baik.

Orang dewasa yang memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik memiliki setidaknya tiga atau lebih respon human movement (M), dengan asumsi kecenderungan extratensif. Orang dewasa dengan tingkat intelektual yang tergolong superior atau yang tergolong introvert memiliki setidaknya lima respon human movement (M).

ii. Animal movement (FM)

Menurut Ainsworth dan Klopfer respon animal movement (FM) mengindikasikan kesadaran terhadap dorongan yang harus dipenuhi dengan segera. Selain itu, ini juga menunjukkan kecenderungan orang yang kurang memiliki

pengertian atau wawasan, pemahaman serta penerimaan. Dorongan-dorongan ini merupakan dorongan paling primitif dari kepribadian, baik merupakan insting atau merupakan dorongan pada awal kehidupan.

Animal movement (FM) dapat menjadi manifestasi dari bentuk agresi atau secara jelas menunjukkan ketidakberdayaan, kebutuhan akan pertolongan, dan kiranya mengindikasikan kebutuhan ketergantungan. Dalam jumlah respon yang dapat dipertimbangkan, subyek menyadari dorongan yang harus dipenuhi dengan segera ini. Dalam jumlah respon yang cukup banyak, dapat dikatakan bahwa subyek, baik merasakan dorongan ini atau tidak, subyek menunjukkan dorongan ini dalam aksi.

iii. Inanimate movement (m)

Menurut Ainsworth dan Klopfer, kemunculan satu atau dua respon inanimate movement (m) merupakan refleksi terhadap kesadaran akan paksaan-paksaan dari luar kontrol subyek, yang mengancam integritas dari organisasi kepribadian subyek. Paksaan-paksaan ini sering kali datang dari diri subyek sendiri dalam bentuk dorongan-dorongan yang mengancam sistem nilai dan gambar diri. Inanimate movement (m) mengindikasikan tegangan dan konflik antar dorongan hidup

dan tujuan jangka panjang subyek, dan tegangan karena usaha untuk mencegah dorongan. Dalam banyak kasus, respon ini menunjukkan kebutuhan yang represif. Di sisi lain, respon ini menunjukkan perasaan ketidakberdayaan dalam menghadapi ancaman paksaan dari lingkungan.

Indikasi terhadap kesulitan dalam penyesuaian diri dan kesadaran terhadap paksaan baru bisa dipertimbangkan ketika jumlah respon inanimate movement (m) cukup banyak. Kemunculan satu atau dua respon ini dapat dipertimbangkan sebagai adanya penyesuaian okupasi, adanya usaha untuk mengesampingkan dorongan terhadap tujuan jangka panjang maupun terhadap kenyataan. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik menghasilkan beberapa respon inanimate movement (m), dapat dikatakan bisa mengintegrasikan dorongan hidup dengan gambar diri dan sistem nilai serta ancaman dari luar. Respon inanimate movement (m) dipercaya mengindikasikan kesadaran akan adanya konflik dan ancaman sehingga ketidakmunculannya mengindikasikan penghentian perjuangan mencapai integrasi.

c. Respon Color

Suatu respon dapat dikategorikan sebagai respon warna jika subyek melibatkan konsep warna dalam responnya. Respon warna

dibagi menjadi kategori chromatic dan kategori achromatic. Seperti warna merah, hijau, coklat dan jingga merupakan kategori chromatic. Dalam kategori achromatic, respon mengandung konsep warna hitam, abu-abu, dan putih (Aronow, 1994).

Dalam kategori chromatic, terdapat sub-kategori yaitu, konsep warna natural dan konsep warna arbitrary. Konsep warna natural menunjukkan penggunaan warna dalam menggambarkan respon subyek sesuai dengan konsep respon sebenarnya. Lain halnya dengan konsep warna arbitrary, yang menunjukkan adanya pemakasaan penggunaan warna pada konsep respon subyek. Penggunaan warna pada konsep respon berbeda dengan konsep di kenyataan. (Aronow, 1994).

i. Chromatic

Respon definite chromatic color (FC) (respon warna chromatic dengan bentuk yang jelas) mewakili adanya integrasi yang baik antara warna dan bentuk yang jelas. Respon ini mengindikasikan kontrol terhadap dampak emosional tanpa kehilangan kemampuan merespon. Kemampuan merespon yang terkontrol ini mengakibatkan subyek dapat bereaksi terhadap perasaan dan aksi yang sesuai dengan tuntutan emosional pada situasi tertentu.

Kemunculan repson definite chromatic color (FC) dalam jumlah yang dapat dipertimbangkan menunjukkan bahwa subyek mampu membuat respon yang menyenangkan, ramah, dan baik terhadap situasi sosial dan dapat dengan lancar bergaul dengan orang lain. Klopfer juga mengungkapkan bahwa ada implikasi ketergantungan terhadap orang lain pada kemunculan respon definite chromatic color (FC). Subyek, dengan cara yang baik, menjaga baik hubungan dengan orang lain sebagai wadah untuk tekanan terhadap tuntutan emosional untuk bertemu.

Ketika respon definite chromatic color (FC) hanya muncul pada respon tambahan dan hanya satu-satunya respon warna yang muncul, dapat dikatakan subyek kurang responsif terhadap dampak emosional. Hal ini juga mengimplikasikan subyek cenderung menarik diri dan kemampuan merespon yang terkontrol hanya akan muncul ketika subyek merasa lebih tenang dalam suatu situasi. Jika definite chromatic color (FC) muncul sebagai respon tambahan dengan determinan utama lainnya, dapat dikatakan subyek mampu mengontrol kemampuan merespon dan tidak terlalu bergantung dibandingkan dengan subyek memiliki definite chromatic color (FC) sebagai respon utama. Ketika respon definite chromatic color (FC) tidak muncul, sebaiknya dilakukan eksplorasi definite chromatic color (FC) pada tahap testing the limit, untuk

melihat bagaimana kesiapan respon definite chromatic color (FC) diproduksi atau diterima.

Berbeda dengan definite chromatic color (FC), dalam pembentukan respon indefinite chromatic color (CF) subyek lebih dipengaruhi oleh warna daripada bentuk. Respon indefinite chromatic color (CF) mengindikasikan respon emosional yang tidak terkontrol tetapi merupakan respon emosional yang sesungguhnya dan sesuai dengan tuntutan realitas dari situasi sosial.

Munculnya respon indefinite chromatic color (CF) mengindikasikan hal positif juga negatif. Secara positif, respon indefinite chromatic color (CF) mengindikasikan spontanitas dan adanya kemampuan untuk menunjukkan reaksi emosional tanpa kontrol yang berlebihan. Secara negatif, respon indefinite chromatic color (CF) bisa berarti kurangnya kontrol terhadap kemampuan responsif emosional. Kontrol yang cukup terhadap kemunculan indefinite chromatic color (CF) ditunjukkan dengan adanya respon FC atau M, FK, dan Fc. Tanpa adanya kontrol yang cukup dari determinan lain, indefinite chromatic color (CF) menunjukkan kecenderungan impulsif dan reaksi emosional yang ditunjukkan secara tidak terkontrol.

Munculnya respon indefinite chromatic color (CF) sebagai respon tambahan mengindikasikan adanya keragu-

raguan dalam mengekspresikan respon. Tidak munculnya respon indefinite chromatic color (CF) mengindikasikan kurangnya interaksi emosional dengan lingkungan. Hal ini bisa disebabkan oleh kontrol yang terlalu ketat atau kurangnya kemampuan untuk merespon.

Adanya respon pure color (C) mengindikasikan kurangnya kontrol emosi secara patologis, emosi meledak-ledak, dan tergolong pemarah. Respon color naming (Cn) muncul pada

orang yang terbebani oleh dampak emosional dan tidak mampu menanganinya dengan kotrol yang terintegrasi. Namun, ia tetap berusaha mengontrol situasi tanpa membuat kontak yang nyata dengan situasi (Klopfer, 1954). Untuk subyek dengan respon color description (Cdes), ia mampu mengontrol ekspresi sehingga

terlihat terhambat. Subyek mengontrol emosi dengan cara tidak menunjukkan perasaannya. Hampir sama dengan Cdes dan Cn, - color symbol (Csym) memiliki unsur intelektual dalam kontrol

emosi.

Respon definite arbitrary color (F/C) menunjukkan adanya disintegrasi antara perilaku dengan perasaan. Respon yang dikeluarkan merupakan pemenuhan tuntutan situasi atau lingkungan. Pola ini dapat ditemukan pada orang konvensional dengan tatakrama yang baik, yang kurang menunjukkan emosi yang sesungguhnya dalam situasi sosial (Klopfer, 1954).

Hipotesis ini baru bisa diterapkan jika jumlah respon F/C cukup signifikan.

Serupa dengan hipotesis F/C, indefinite arbitraty color (C/F) juga mengindikasikan perilaku yang tidak berkaitan dengan emosi yang sesungguhnya. Perbedaannya terletak pada seberapa besar kontrol yang terlibat (Klopfer, 1954). F/C menunjukkan kontrol yang dangkal dan bisa diterima oleh sosial sedangkan C/F menunjukkan kontrol yang tidak berhasil.

ii. Achromatic

Menurut Klopfer, secara umum, adanya respon warna achromatic dianggap sebagai respon warna yang diperlembut. Asumsi mengenai warna achromatic (C’) tidak cukup dikembangkan dibandingkan dengan kategori determinan lainnya.

Ketika skor C’ didominasi oleh hitam atau abu-abu, dapat diperkirakan adanya kecenderungan depresif. Jika ada pengaruh dari bagian putih, hal ini bisa mengindikasikan negativisme dan agresifitas. Keduanya dapat merepresentasikan penarikan diri dan bentuk dari tidak responsif terhadap lingkungan (Aronow, 1994).

d. Respon Shading

Shading responses diperoleh ketika subyek membentuk persepsi menggunakan nuansa shading dari area bercak tinta baik yang achromatic maupun chromatic. Shading responses terdiri dari surface/texture response (c), diffusion vista response (K), dan three- dimentional space projected on a two-dimentional plane (k).

Menurut Aronow, semua shading response dapat diinterpretasikan sebagai adanya komponen kecemasan dalam konteks kebutuhan afeksi dan cara pemuasannya. Penggunaan shading dalam persepsi individu saat merespon bercak tinta berkaitan dengan bagaimana subyek mengatasi kebutuhan keamanan primer individu tersebut dan kebutuhan akan afeksi dan keterlibatan (Klopfer, 1954).

i. Tekstur

Respon Tekstur diperoleh ketika subyek menggunakan suatu kesan permukaan pada persepsi yang subyek bentuk dari bercak tinta Rorschach. Seperti klasifikasi respon lainnya, Respon Tekstur juga dibagi menjadi dua macam yaitu, definite texture (Fc), indefinite texture (cF & c) . Fc diberikan ketika efek permukaan atau tekstur sangat jelas atau dimana objek tersebut merupakan permukaan atau tekstur dari objek dengan bentuk yang jelas atau pasti. cF diberikan ketika objek memiliki

bentuk yang tidak tentu dan perhatian subyek terfokus pada permukaannya. c diberikan ketika subyek tidak menyatakan bentuk apapun dan memfokuskan ketertarikannya pada efek permukaan atau tekstur saja.

Respon Tekstur secara khusus menggambarkan kebutuhan kontak dan kedekatan seseorang. Menurut Ainsworth dan Klopfer, secara umum, penggunaan respon tekstur menindikasikan ekspresi terhadap kesadaran akan kebutuhan afeksi.

Pada penelitian Cassella dan Viglione (2009), respon tekstur pada Tes Rorschach berhubungan dengan teori attachment. Secara spesifik, respon tekstur pada Tes Rorschach berhubungan dengan tipe secure attachment. Namun, dalam penelitian tersebut, Cassella dan Viglione tidak mengungkapkan hubungan respon tekstur pada Tes Rorschach dengan tipe insecure attachment. Berdasarkan hasil penelitian Marsh dan Viglione, dalam Cassella dan Viglione (2009), terhadap respon Tekstur dengan dependensi interpersonal, respon Tekstur secara positif dan signifikan berhubungan dengan pemrosesan informasi taktil dan perilaku.

Menurut Ainsworth dan Klopfer, Fc merefleksikan ketertarikan terhadap bentuk taktil dan kualitas tekstur dari bercak tinta. Menurut Aronow, skor Fc yang menonjol dapat

dikatakan cenderung pasif dan suka menyenangkan orang lain, tidak agresif, dan tergolong orang yang secara sensitif peka terhadap perasaan orang lain. Individu tersebut dapat dikatakan cenderung memiliki kebutuhan kekanak-kanakan akan kedekatan terhadap orang lain. Aronow mengemukakan interaksi sosial orang dengan Fc yang mendominasi cenderung terkontrol dan cukup bijakasana. Ainsworth dan Klopfer juga mengemukakan bahwa Fc yang dominan mengindikasikan sifat kekanak-kanakan yang sudah diperhalus dan perwujudannya terkontrol.

Menurut Ainsworth dan Klopfer, respon Fc mengindikasikan kesadaran dan penerimaan terhadap kebutuhan afeksi dalam konteks keinginan untuk diterima, keikutsertaan dan keinginan akan respon dari orang lain. Ainsworth dan Klopfer juga mengemukakan hal yang sama dengan Aronow bahwa orang dengan respon Fc yang dominan cenderung memuaskan orang lain tetapi diperhalus melalui dorongan terhadap kontak fisik. Ini merupakan perkembangan untuk pembentukan object relation yang dalam dan penuh makna dan ini hanya muncul ketika kebutuhan keamanan dasar sudah terpenuhi.

cF dan c menggambarkan kebutuhan untuk bergantung yang tidak dapat dibedakan dan jauh lebih primitif. Respon cF

pada subyek mengindikasikan ketidakdewasaan pandangan serta kontrol.

Menurut Ainsworth dan Klopfer, respon cF menunjukkan adanya kebutuhan awal akan kedekatan yang cenderung kasar. Adanya respon cF mengindikasikan kebutuhan untuk dimanjakan dan dipegang serta ketergantungan pada orang lain dalam bentuk yang kekanak-kanakan. Selain itu, Ainsworth dan Klopfer mengemukakan bahwa munculnya cF menunjukkan akan adanya kegagalan yang berat terhadap kebutuhan afeksi pada masa awal kanak-kanak. Hal ini menjadi masalah yang berlanjut karena tidak pernah terpuaskan.

Ketidakmunculan cF dapat diartikan adanya kebutuhan afeksi yang sudah memburuk karena kekurangan, dan memiliki kapasitas hubungan afeksi yang lemah, atau kekurangan tersebut mengakibatkan kecemasan sehingga subyek harus melindungi dirinya sendiri dari kesadaran akan kebutuhannya terhadap keamanan afeksi dengan represi atau mekanisme penolakan.

ii. Diffusion Vista

Respon definite diffusion vista (FK) diperoleh ketika subyek menggunakan pandangan dan menggambarkan jarak antara beberapa objek dalam satu persepsi. Untuk respon dengan objek yang tidak memiliki bentuk yang jelas, skor yang

diberikan adalah indefinite diffusion vista (KF). Untuk skor K, diberikan pada respon tanpa objek atau suatu bentuk, hanya untuk respon yang lebih menekankan kesan jarak atau ruangan yang mencakup suatu suasana, seperti kabut atau ruangan yang mencakup kegelapan.

Menurut Klopfer, K dan KF mengindikasikan frustrasi akan kepuasan afeksi. Kemunculan K dan KF dianggap biasa karena kegagalan dalam afeksi terjadi secara umum dan setiap orang bisa kurang lebih mengalami kecemasan akan hal ini. Kemunculan respon K patut diperhatikan ketika jumlahnya lebih dari tiga atau ketika K dan KF melebihi jumlah FK (Klopfer, 1954).

FK mengindikasikan adanya upaya subyek untuk menangani kecemasan afeksi dengan usaha-usaha introspektif, dengan melihat masalah secara obyektif dengan memperoleh perspektif terhadap masalah, dengan mengambil jarak dari masalah sehingga bisa melihat lebih obyektif.

iii. Three-dimentional space projected on a two-dimentional plane Respon ini diperoleh ketika subyek memproyeksikan benda tiga dimensi di bidang dua dimensi seperti x-ray atau peta topografi. Jika subyek menggambarkan hasil x-ray bagian tubuh, bagian pulau atau negara yang spesifik, maka skor Fk yang

diberikan. Namun, jika bagian tubuh, bagian pulau atau negara tidak digambarkan dengan spesifik, maka skor kF yang diberikan. Untuk pemberian skor k hanya diberikan jika subyek hanya menyatakan kesan yang kurang jelas terhadap persepsi proyeksi tiga dimensi di bidang dua dimensi tanpa ada obyek yang disebutkan.

Dokumen terkait