• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI PROVINSI ACEH

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH (Halaman 62-67)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

DI PROVINSI ACEH

Tabel 3.7 Perkembangan Indikator Pokok Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah

Sama halnya dengan perkembangan perbankan konvensional, kinerja Bank Umum Syariah pada triw ulan IV-2013 juga mengalami perlambatan. Aset Bank Umum syariah mengalami perlambatan dari 37,20% (yoy) menjadi 9,47% (yoy) dengan total aset mencapai Rp 4,6 Triliun. Seluruh indikator keuangan Bank Umum Syariah juga menunjukkan perlambatan pada triw ulan ini. Namun demikian, pertumbuhan penghimpunan dana Pihak ketiga (DPK) masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan berkebalikan dengan Bank Umum Konvensional.

Pengimpunan DPK dan penyaluran pembiayaan Bank Umum Syariah pada triw ulan ini tercatat masing-masing sebesar 27,23% (yoy) dan 9,8% (yoy) melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya. Tingkat intermediasi perbankan untuk Bank Umum Syariah juga terus menunjukkan perkembangan yang positif dengan tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 110,92% artinya lebih dari seluruh dana masyarakat yang disimpan di Bank Umum Syariah telah disalurkan kembali melalui pembiayaan. Di sisi lain, kredit macet atau Non Performing Financing (NPF) masih berada dalam batas aman dibaw ah 5% dengan NPF pada triw ulan IV-2013 sebesar 4,51% .Namun demikian, pencapaian indikator keuangan Bank Umum Syariah di Provinsi Aceh masih lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata nasional.

1

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 59

Grafik 3.4 Prosi DPK Bank Umum Syariah Per Penggunaan

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Grafik 3.5 Pertumbuhan (yoy) DPK Bank Umum Syariah

Porsi penghimpunan DPK Bank Umum Syariah masih didominasi oleh Tabungan dengan porsi sebesar 53% , diikuti oleh Deposito dan Giro yang masing-masing mencapai 24% dan 23% . Pada triw ulan IV-2013, kinerja penghimpunan tabungan meningkat cukup signifikan sebesar 53,61% (yoy) jauh meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,69% (yoy) dengan total jumlah tabungan sebesar Rp 1,4 Triliun. Tren peningkatan tabungan di Bank Umum Syariah nampaknya serupa dengan tren yang sedang terjadi di Bank Umum Konvensional. Dimana, tumbuhnya penghimpunan dana dalam bentuk tabungan diperkirakan disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat di tengah perlambatan ekonomi yang pada akhirnya mendorong masyarakat mencairkan simapanan di perbankan ataupun memindahkan simpananya dalam bentuk tabungan untuk dapat diambil sew aktu-w aktu. Hal ini terkonfirmasi (grafik 3.5) oleh melambatnya tren penghimpunan dana dalam bentuk Giro dan Deposito, sementara itu total pertumbuhan DPK masih lebih rendah dibanding triw ulan lalu.

Penghimpunan dana dalam bentuk Deposito dan Giro di Bank Umum Syariah pada triw ulan ini tercatat masing-masing tumbuh sebesar 13,51% (yoy) dan 0,83% (yoy) dengan tren yang menurun apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Tren penurunan giro dan deposito terjadi mulai triw ulan III-2013, sedangkan tabungan mengalami peningkatan dimulai sejak triw ulan yang sama. Hal ini semakin menguatkan, hipotesa terjadinya perpindahan bentuk dana. Di sisi lain, ragam produk penghimpunan dana yang marak di Bank Umum Syariah menyebabkan pertumbuhan DPK masih dapat dipertahankan.

60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH| TRIWULAN 4-2013

Grafik 3.6. Proporsi Pembiayaan Bank Umum Syariah M enurut Jenis

Penggunaan

Sumber: Laporan Bank Umum, data diolah

Grafik 3.7. Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah M enurut Jenis

Penggunaan

Dari sisi pembiayaan, pembiayaan sektor konsumsi masih mendominasi dibandingkan dengan pembiayaan ke sektor lainnya atau mencapai 66% dari total pembiayaan. Sementara itu, pembiayaan modal kerja pada triw ulan IV-2013 mencapai 26% dari total pembiayan dengan nominal sebesar Rp 790,7 M iliar. Kemudian diikuti dengan pembiayaan sektor investasi sebesar Rp 227,9 M iliar atau mencapai 8% dari total pembiayaan. Di sisi lain, pertumbuhan kredit tertinggi justru terjadi pada kredit investasi yang tumbuh sebesar 19,06% (yoy) jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit di sektor konsumsi dan modal kerja yang masing-masing tumbuh sebesar 13,15% (yoy) dan 0,23% (yoy). Dari seluruh angka pertumbuhan pembiayaan tersebut, pembiayaan sektor konsumsi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya.

Cukup besarnya proporsi pembiayaan konsumsi yang disalurkan oleh perbankan syariah terkait dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah dan properti serta pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor. Hal tersebut seiring dengan tingginya permintaan masyarakat atas kedua sektor dimaksud. Sementara itu meskipun mempunyai porsi yang lebih kecil, pembiayaan pada kegiatan sektor produktif yang tercermin dari penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi juga tetap menjadi perhatian perbankan syariah, seperti yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang positif di kedua jenis pembiayaan.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 61

Tabel 3.8 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Per Sektor Ekonomi

Indikator (Rp Miliar) 2013 Growth (yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw IV

Total Kredit 2,789.99 2,915.32 2,982.43 2,968.44 12.73% 9.80%

Pertanian 30.34 41.74 43.63 40.88 61.41% 51.08%

Pertambangan 0.03 0.33 0.42 0.41 - -

Industri Pengolahan 14.68 14.16 13.14 10.56 -29.18% -45.39%

Listrik Gas dan Air - 1.28 2.58 0.72 14.53% -

Konstruksi 39.23 33.69 31.46 26.00 -31.34% -30.67%

Perdagangan 335.20 292.29 289.34 266.14 -17.51% -31.54%

Pengangkutan 3.79 2.68 1.60 2.78 -66.05% -27.01%

Jasa-Jasa 599.64 686.56 683.11 669.84 42.62% 32.94%

Lainnya 1,767.09 1,842.60 1,917.14 1,951.11 11.62% 13.23%

Sumber: Laporan Bank Umum Syariah, data diolah

* Pembiayaan sektor lainnya termasuk juga pembiayaan konsumsi

Berdasarkan sektor ekonominya, pertumbuhan pembiayaan melambat di seluruh sektor ekonomi. Pembiayaan sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) serta sektor pengangkutan berada dalam tren negatif atau mengalami peurunan. Sektor industri pengolahan pada triw ulan IV-2013 mengalami penurunan sebesar 45,39% (yoy) jauh lebih buruk dibandingkan triw ulan sebelumnya. Sementara itu, sektor pertanian dan sektor jasa, kendati tumbuh melambat namun masih mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan masing-masing sebesar 51,08% (yoy) dan 32,94% (yoy). Seperti halnya yang terjadi di Bank Umum Konvensional, share pembiayaan sektor pertanian di bank umum syariah juga masih minim.

Grafik 3.8. Perkembangan NPF Bank Umum Syariah Sementara itu, dari sisi resiko pembiayaan tingkat NPF Bank Umum Syariah yang tertinggi dipengaruhi oleh NPF yang terjadi pada pembiayaan modal kerja yang mencapai 11,81% . Sementara itu, NPF pembiayaan investasi mencapai 6,1% . Tingkat NPF terendah dimiliki oleh pembiayaan konsumsi yang hanya mencapai 2,93% .

62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH| TRIWULAN 4-2013

3.3. PERKEM BANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI PROVINSI ACEH

Tabel 3.9 Perkembangan Indikator Pokok BPR Provinsi Aceh

Sumber: Laporan BPR, data diolah

Pada triw ulan IV-2013, kinerja BPR di Provinsi Aceh justru mengalami peningkatan, berbeda halnya dengan terjadi di Bank Umum. Indikator intermediasi perbankan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan jika dibandingkan triw ulan sebelumnya. Penghimpunan DPK, bahkan mampu tumbuh sebesar 24,13% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tumbuh 9,49% (yoy).

Kinerja total aset tumbuh sebesar 13,26% (yoy) melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya 15,55% (yoy) dengan total aset mencapai Rp. 295,2 M iliar. Walaupun dihimpit ekspansi kinerja penyaluran kredit yang terjadi pada bank umum, realisasi penyaluran kredit BPR Provinsi Aceh di triw ulan laporan tercatat mengalami peningkatan. Berbeda dengan bank umum, pembiayaan oleh BPR didominasi oleh pembiayaan ke sektor produktif dalam bentuk modal kerja dengan porsi 79,43% . Cakupan BPR yang terasa lebih dekat dengan masyarakat, terutama usaha mikro, disinyalir menjadi pertimbangan masyarakat memilih BPR untuk memperoleh pembiayaan modal kerja. Namun demikian, prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit BPR perlu terus mendapat perhatian lebih. Hal ini terlihat dari rasio NPL/kredit macet BPR yang jauh berada di atas batas aman dengan NPL yang mencapai 11,86% . Angka NPL tersebut, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan NPL di Bank Konvensional.

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Aset 254.5 251.7 255.2 272.2 271.4 281.6 294.9 295.2 Pertumbuhan (yoy)% 15.73% 8.89% 9.48% 11.81% 6.64% 11.85% 15.55% 13.26% DPK 101.2 100.2 112.4 114.8 113.5 119.3 123.1 132.2 Pertumbuhan (yoy)% 23.19% 15.69% 27.80% 14.82% 12.16% 18.96% 9.49% 24.13% Kredit 152.4 159.2 163.3 153.5 160.2 176.5 177.6 177.8 Pertumbuhan (yoy)% 19.08% 17.99% 18.80% 10.50% 5.10% 10.82% 8.73% 13.63% FDR % 150.60% 158.85% 145.26% 133.78% 141.13% 147.98% 144.25% 134.45% Indikator (Rp Miliar) 2012 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH | TRIWULAN 4-2013 63

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH (Halaman 62-67)

Dokumen terkait