• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

Damayanti (2000) yang meneliti tentang jenis DM, komplikasi penyakit DM, rata-rata jumlah obat, golongan obat, dan cara pemberian obat.

b. “Pola Penggunaan Obat Antidiabetika Oral untuk Penderita Diabetes Mellitus Usia Lanjut di Instalasi Rawat Jalan RS Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 1997” oleh Ule (2000) yang meneliti tentang jumlah penggunaan obat

antidiabetika oaral (ADO), golongan ADO, dosis pemakaian ADO, dan rata-rata biaya obat.

c. “Pola Penggunaan Antidiabetika Oral Bagi Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RS Bethesda Yogyakarta Periode Januari-Desember 1998” oleh Nadeak (2000) yang meneliti tentang jenis ADO, cara pemberian, rata-rata jumlah ADO, jenis ADO, golongan ADO, dan dosis pemakaian ADO.

d. “Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi rawat inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002” oleh Triastuti (2004) yang meneliti tentang kelas terapi DM tipe 2, jenis obet tipe DM 2, jumlah obat yang diberikan pada pasien DM tipe 2, cara pemberian, bentuk sediaan, dosis obat, dan lama perawatan pasien DM tipe 2.

e. “Kajian Pemilihan Obat Hipoglikemik Oral pada Terapi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode November-Desember 2002” oleh Wijoyo (2004).

f. “Pola Peresepan Obat Hipoglikemi dan Studi Literature Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Januari-Maret 2002” oleh Suryawanti (2004).

g. “Pola Peresepan Obat Hipoglikemik Oral untuk Penderita Diabetes Mellitus Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap Rumah sakit St. Antonio Baturaja Sumatra Selatan Periode Tahun 2002” oleh Sumiyem (2003).

h. “Gambaran Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Juli-Desember 2003” oleh Utomo ( 2005).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah penelitian ini lebih terfokus pada kecenderungan (trend) terapi yang diberikan dan yang sedang terjadi serta melihat hasil terapi pada pasien DM RSPR periode Januari-Desember 2005.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian adalah memberikan informasi mengenai trend terapi DM yang sedang terjadi serta hasil berbagai macam bentuk terapi baik dengan menggunakan antidiabetes oral tunggal, insulin ataupun kombinasi antidiabetes oral dan insulin.

b. Manfaat Praktis

Disamping manfaat teoritis penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga-tenaga kesehatan yaitu dokter, farmasis dan perawat dalam pengembangan pelayanan farmasi di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada umumnya.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian adalah mengetahui pemilihan dan penggunaan terapi yang diberikan pada pasien DM dan hasil terapi terhadap pasien DM RSPR Yogyakarta periode 2005.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. mengetahui profil pasien DM meliputi jenis kelamin, umur, tipe DM, jenis kasus DM, penyakit komplikasi, dan penyakit penyerta pasien DM yang ada di RSPR.

b. mengetahui profil peresepan meliputi kelas terapi obat, golongan antidiabetes, dan distribusi penggunaan golongan antidiabetes pada pasien DM di RSPR.

c. mengetahui hasil terapi terhadap keadaan akhir pasien mencakup kadar gula akhir, rata-rata durasi kadar gula mencapai normal, durasi tinggal, dibandingkan dengan kondisi awal pasien mencakup, jumlah penyakit komplikasi, jumlah penyakit penyerta, kadar gula awal pasien beserta perbandingan hasil terapi antara pasien DM dengan terapi insulin, ADO tunggal, insulin kombinasi sulfonilurea, insulin kombinasi non sulfonilurea,

kombinasi ADO, dan pasien yang tidak menerima antidiabetes serta drug related problem (DRP) yang terjadi selama terapi.

d. mengetahui ada tidaknya pergeseran kecenderungan (trend) terapi terhadap pasien DM di instalasi rawat inap pada periode penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Diabetes Melittus 1. Definisi

Diabetes adalah penyakit kronik yang membutuhkan pengobatan yang berkelanjutan dan penanganan oleh pasien sendiri untuk mengatasi komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi jangka panjang (American

Diabetes Association (ADA), 2005). Menurut Triplitt, et al. (2005) Diabetes mellitus

(DM) adalah suatu kelompok gejala penyimpangan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein, karena kurangnya sekresi insulin, sensitivitas tubuh terhadap insulin atau keduanya dan ditandai dengan naiknya kadar gula dalam darah.

2. Klasifikasi dan Penyebab

Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi 4 tipe yaitu DM tipe 1 adalah DM yang disebabkan karena destruksi sel β dan akhirnya yang akan menyebabkan defisiensi insulin yang absolut. Pasien DM tipe 1 biasanya adalah anak-anak sampai remaja dan tidak mengalami kegemukan saat pertama kali muncul gejala (Rang, Dale, Ritter & Moore ,2003). Diabetes mellitus tipe 2 adalah DM yang terjadi karena meningkatnya resistensi tubuh terhadap insulin yang disertai berkurangnya sekresi insulin secara progresif , tipe DM spesifik lainnya yang dintaranya disebabkan oleh kerusakan genetik pada fungsi sel β, kerusakan genetik dari kerja insulin, penyakit pada pankreas eksokrin, serta kerusakan yang disebabkan oleh obat-obatan dan bahan

kimia lainnya. Tipe DM yang keempat adalah DM gestational yaitu DM yang terdiagnosis selama masa kehamilan (Anonim, 2005a).

3. Gejala

Tanda-tanda gejala DM tipe 1 adalah dahaga yang sangat, penurunan berat badan, mudah jengkel, kurang tenaga, lemah dan lesu, dan semut merubungi air kencing. Gejala DM tipe 2 sebagian besar sama dengan gejala DM tipe 1 tetapi terdapat gejala yang lebih spesifik yaitu luka atau goresan lambat sembuh, rasa pegal, nyeri dan rasa ditusuk pada tungkai, dan penglihatan kabur (Johnson, 1998).

Handoko dan Suharto ( 1995) menyebutkan bahwa hiperglikemia yang hebat sekali dapat membuat darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. yang nyata berbahaya adalah gejala glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmosis, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yng menyebabkan terjadinya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Harris and Greene (2000)

menyebutkan bahwa terjadinya hiperosmolaritas yang parah dapat menurunkan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan bola mata dan lensa mata mengalami perubahan bentuk yang kemudian berakibat pada penurunan penglihatan menjadi buram (blurred vision).

Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu.

4. Mekanisme Metabolisme

Manusia memerlukan bahan bakar yang berasal dari makanan yang dimakan sehari-hari yang terdiri dari karbohidrat termasuk gula dan tepung-tepungan, protein, atau asam amino, dan atau asam lemak (Suyono,2002).

Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat tersebut akan diserap oleh usus dan kemudian akan masuk pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat harus masuk dulu dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam tubuh zat makanan terutama glukosa di metabolisme dan menghasilkan energi. Dalam proses metabolisme tersebut insulin memegang peranan yang sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel dimana selanjutnya glukosa digunakan sebagai bahan bakar (suyono, 2002).

Handoko dan Suharto (1999) menyebutkan, dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dikonsumsi mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak.

Pada DM semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak.

Lebih lanjut Handoko dan Suharto (1999) juga menyebutkan bahwa selain berpengaruh pada metabolisme karbohidrat, insulin juga berpengaruh pada transpor beberapa zat melalui membran sel. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa insulin memudahkan penyerapan beberapa jenis zat melalui membran. Dalam hal ini termasuk glukosa.

Efek insulin pada metabolisme protein adalah insulin merangsang penggabungan asam amino menjadi protein sehingga dalam keadaan defisisensi insulin terjadi katabolisme protein.

5. Diagnosis

Kriteria untuk diagnosis DM menurut Triplitt, et al. (2005) adalah seperti

yang tercantum di bawah ini.

a. Gejala diabetes disertai kadar glukosa dalam plasma darah pada keadaan biasa ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L).

b. Keadaan biasa disini maksudnya adalah setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir. Gejala klasik diabetes adalah polidipsi, poliuria, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

c. Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L).

e. Kadar glukosa dalam plasma selam 2 jam setelah pemberian glukosa ≥ 200 mg/dl ditetapkan dengan OGTT (oral glucose tolerance test).

oral glucose tolerance test harus dilakukan dengan proses seperti yang telah

diberikan WHO. Menggunakan cairan glukosa yang setara dengan 75 g glukosa yang dilarutkan dalam air.

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan jangka panjang adalah memperlambat timbulnya komplikasi, baik makroangiopati maupun mikroangiopati, dan neuropati. hal demikian akan dicapai dengan mengendalikan kadar glukosa, lipid dan insulin dalam darah (Anonim, 1998).

Mengontrol kadar glukosa darah adalah tujuan dasar penatalaksanaan DM. United Kingdom Prospective Diabetes study (UKPDS) juga menyatakan bahwa

pengontrolan kadar gula darah dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi seperti retinopati, nefropati, dan neuropati. Selain itu, diet rendah karbohidrat juga dianjurkan untuk penatalaksanaan DM karena walaupun karbohidrat adalah kontributor terbesar kenaikan glukosa darah setelah makan, karbohidrat merupakan sumber energi, vitamin larut air, mineral dan serat yang sangat penting. Konsumsi karbohidrat yang dianjurkan oleh National Academy of Science-Food and Nutrition

Jika penderita telah melaksanakan aturan makan dan olah raga dengan baik selama 1-6 bulan, tetapi diabetesnya belum terkontrol baik, maka pada penderita ditambahkan obat antidiabetes oral atau insulin.

Golongan sulfonilurea diberikan terutama untuk penderita dengan berat badan normal, hati-hati dengan penderita yang gemuk. untuk usia lanjut dianjurkan untuk menggunakan preparat yang waktu paruhnya singkat yaitu tolbutamid dan glikuidon.

Golongan biguanid yang dianjurkan adalah metformin, dianjurkan untuk penderita dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30, atau pada penderita dengan IMT 27-30 dikombinasikan dengan sulfonilurea (Anonim, 1998).

Sementara menurut Triplitt et al. (2005) pasien dengan obesitas (>120%

Berat badan Ideal) tanpa kontraindikasi dapat memulai terapi dengan menggunakan metformin, sedangkan pasien dengan berat badan mendekati normal dapat menggunakan terapi insulin. Dikatakan juga bahwa dengan pertimbangan ekonomi dan efikasi maka metformin dan insulin cenderung menjadi pilihan primer dan sekunder dalam terapi pasien diabetes mellitus.

7. Komplikasi

Beberapa jenis komplikasi dapat timbul akibat diabetes. Komplikasi paling sering muncul setelah beberapa tahun diagnosis. Beberapa komplikasi diantaranya disebabkan oleh kelainan pada gangguan pada pembuluh darah, baik itu pembuluh

darah makro (komplikasi makrovaskuler) maupun pembuluh darah mikro (komplikasi mikrovaskuler). Adanya disfungsi endotelium vaskuler merupakan inisiasi terjadinya

komplikasi vaskuler.

Yang termasuk dalam komplikasi makrovaskuler adalah peningkatan kecepatan aliran darah yang sangat umum dijumpai pada pasien DM. Komplikasi mikrovaskuler lebih jarang dijumpai dan biasanya mempengaruhi retina, ginjal dan sistem saraf tepi. Diabetes mellitus merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal. Adanya gejala hipertensi juga semakin mempercepat kerusakan ginjal. Terapi pada hipertensi dapat memperlambat terjadinya nefropati dan juga mengurangi resiko infark miokard.

Diabetes neuropati disebabkan oleh adanya akumulasi tekanan osmotik yang disebabkan oleh metabolit aktif glukosa (Rang, et al. 2003).

Dokumen terkait