• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 NYERI WAJAH ATIPIKAL

3.4 Diagnosa Banding

3.4 Diagnosa Banding

ATFP harus dibedakan dari nyeri wajah tipikal, sakit kepala primer dan nyeri gigi

(tabel 2). Banyak gangguan yang berbeda dapat dimasukkan ke dalam kategori diagnosa penyakit ini yang membuat diagnosa banding sangat kompleks. Pengamatan riwayat nyeri sebelumnya dan pemeriksaan yang akurat pada pasien penting untuk menegakkan diagnosa nyeri wajah atipikal ini.4

3.4.1 Neuralgia Trigeminal

Secara khusus Neuralgia Trigeminal (NT) dikarakteristikkan, sebagai suatu nyeri yang sangat kuat, muncul cepat dalam satu atau lebih dari cabang-cabang saraf trigeminus. Nyeri ini muncul secara langsung dan dapat kembali secara irregular sepanjang hari. Nyeri digambarkan seperti menyiksa dan selalu dipicu oleh pergerakan

ATFP. Biasanya disebabkan oleh kompresi saraf trigeminal terutama divisi kedua dan

ketiga. Perawatan biasanya dilakukan dengan pemberian anti konvulsan.4,20,21

3.4.2 Sindroma TMJ

Sindroma TemporoMandibular Joint (TMJ) dikarakteristikkan cenderung terjadi pada salah satu maupun kedua TMJ dan kondisi ini diperparah dengan mengunyah, berbicara serta pergerakan lateral rahang. Intensitasnya sedang dan perawatannya terdiri dari NSAID dan pembedahan.4

3.4.3 Carotidinia

Merupakan suatu sindroma nyeri kronik yang dikarakteristikkan dengan nyeri menekan yang timbul pada arteri carotis dan menyebar ke atas leher termasuk wajah, telinga, rahang dan gigi. Diagnosa dilakukan dengan palpasi pada arteri carotis yang mungkin menimbulkan ataupun meningkatkan nyeri.4,21 Penyebab tidak di ketahui tetapi diperkirakan adanya suatu infeksi virus. Perawatan untuk menghilangkan simptom adalah dengan analgesik.17,21

Tabel 2. DIAGNOSA BANDING DARI NYERI WAJAH4

NYERI WAJAH

LOKASI SIFAT / KUALITAS

INTENSITAS DURASI FAKTOR YANG MEMBERATKAN KARAKTERISTIK Neuralgia trigemin al Divisi kedua & ketiga dari nervus trigeminus, unilateral Pedih, tajam, terbakar, seperti kejutan listrik Kuat Beberapa detik Sentuhan,mencuci muka, makan, mengunyah, tersenyum, berbicara, menguap, menyikat gigi, bercukur

- Post-herpetik neuralgia Cabang opthalmik us dan maksilaris dari n. V , unilateral Sakit dan rasa terbakar

Kuat Konstan Bersentuhan, pergerakan - Nyeri wajah atipikal Satu sisi wajah, lipatan nasolabial, dagu, rahang dan leher, jarang terlokalisir Dalam, sakit, menarik Sedang hingga kuat Konstan - - Sindroma TMJ Rahang, regio preaurikular

Tajam Sedang Bermenit- menit hingga berjam- jam

Palpasi pada sendi rahang maupun otot pengunyahan, berbicara yang diperpanjang, pengunyahan Pembukaan rahang inkomplet, kliking pada pergerakan lateral Sindroma tolosa- hunt Terutama retro-orbital, unilateral

Sakit Kuat Konstan

- Optalmoplegia, kehilangan alat sensori di daerah dahi, ptosis,pupil mengecil Sindroma reader-paratrige minal Fronto-temporal dan maksila, unilateral

Dalam, pedih Kuat Konstan -

Ptosis, miosis Carotidi nia Wajah, telinga, rahang, gigi, daerah di

Berdenyut Sedang Konstan Kompresi pada carotis bersama

hari Migrain Fronto temporal, orbital, unilateral Memukul-mukul, berdenyut Sedang hingga kuat Berjam- jam

Aktivitas fisik Aura pada migrain

Pulpitis Gigi, wajah, tidak terlokalisir

Berdenyut Ringan hingga kuat Bermenit- menit hingga berjam- jam Mekanis, makanan, suhu - Tumor orofasial Berubah- ubah Berubah- ubah Kuat Ringan hingga kuat

Pergerakan rahang Terdapat tanda neurologis,

BAB 4

PERAWATAN NYERI WAJAH ATIPIKAL

Pada pasien ATFP, usaha menghilangkan rasa sakit dengan perawatan gigi biasanya tidak berhasil.6 Perawatan ATFP dapat mengalami kesulitan dan ketidakpuasan pada pasien.4,9 Manajemen ATFP membutuhkan pengetahuan spesifik dari kriteria diagnosa yang sangat penting dalam melakukan diagnosa banding dan dalam pemilihan perawatan terapi yang efektif. Perawatan nyeri wajah masih membingungkan di masyarakat pada umumnya. Banyak masalah yang ada tidak terpecahkan karena mekanisme penyebabnya yang tidak jelas.

Terapi pada nyeri wajah atipikal yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan deskripsi penyakit yang ada dan lokasi yang berkenaan dengan patogenesis. Antidepresan trisiklik, terutama Amitriptilin (Triptil, Elavil) merupakan pilihan perawatan awal, karena banyak pasien yang mengeluhkan nyeri dan gejala depresif.

4

9,18

Amitriptilin dan Nortriptilin, biasanya selalu membantu dalam mengurangi nyeri.5

Tanda-tanda efikasi dari Amitriptilin, yaitu responnya baik dalam dosis rendah, tidak menimbulkan masalah psikis dan mula kerja obat lebih baik daripada antidepresan yang lain.

18

miofasial yang memberikan informasi sehingga dapat dikontrol menjadi nyeri kronik.18 Selain itu, Amitriptilin juga memiliki efek analgesik yang cepat.

Berdasarkan penelitian Mc. Quay et al, efek analgesik dari Amitriptilin muncul pada dosis rendah (75-150 mg / hari), level plasma terendah dan digunakan pada periode yang singkat (1-3 hari). Efek antidepresan dapat dicapai apabila digunakan pada waktu yang lama (3-6 minggu) dan membutuhkan dosis besar (150-300 mg / hari).

19

Penelitian ini telah menemukan bahwa Amitriptilin dengan dosis rendah merupakan analgesia yang efektif untuk pasien ATFP karena kualitas sedasinya yang baik. Efek samping yang diketahui adalah mulut kering dan mengantuk.

Perawatan tambahan pada pasien ini setelah diberikan terapi medikasi adalah dengan memberikan edukasi pada pasien seperti penjelasan tentang penyakit yang dideritanya dan konseling psikologis tentang permasalahan yang sedang dialaminya sehingga dapat membantu pasien.

19

Tidak diindikasikan prosedur pembedahan pada kasus nyeri wajah atipikal, karena bukan suatu kebutuhan tetapi dapat menjadi suatu kegawatdaruratan dan dapat memperberat nyeri.

4,5

4,9,18

Dokter gigi memiliki peranan penting dalam mengenal ATFP sebagai salah satu penyebab nyeri sesudah prosedur kedokteran gigi, seperti yang disarankan Madland et al yaitu suatu pendekatan multidisipliner dibutuhkan untuk mendiagnosa dan menangani

BAB 5

KESIMPULAN

Nyeri wajah atipikal merupakan suatu nyeri wajah idiopatik yang persisten, bersifat psikogenik dan mempunyai beberapa faktor resiko yang dapat dipertimbangkan sebagai faktor etiologi. Namun tidak satupun dari faktor-faktor tersebut dapat dipertimbangkan sebagai faktor etiologi satu-satunya.

Faktor-faktor resiko penyebab ATFP, yaitu pengaturan hormon-hormon pada wanita yang telah terimplikasi karena masalah psikologis dan modifikasi terapi estrogen,

osteoporosis yang nyata berhubungan dengan menopause, faktor psikososial, infeksi

sinus, infeksi gigi, trauma saraf minor dan pengalaman dari beberapa prosedur minor tindakan kedokteran gigi.

Gambaran nyeri yang biasa terjadi, seperti: rasa terbakar, nyeri tidak terlokalisir, tidak paroksismal, terjadi tiap hari, menetap untuk waktu yang lama (kronis), muncul pada satu sisi dari wajah (unilateral) kadang bilateral, umumnya terjadi pada wanita berumur di antara 30 sampai 50 tahun, tidak ada trigger zone yang dihubungkan dengan nyeri ini dan tanda-tanda obyektif tidak ada sehingga hasil pemeriksaan negatif. Nyeri ini biasanya terjadi pada regio saraf trigeminus, lipatan nasolabial, sisi dagu, telinga dan daerah temporal serta dapat menyebar ke bagian maksila, mandibula, leher dan wajah.

menunjukkan suatu keabnormalan. Manajemen nyeri ini membutuhkan pengetahuan khusus dalam menentukan diagnosa bandingnya. Pengamatan riwayat pasien, pemeriksaan yang akurat pada pasien serta suatu pendekatan multidisipliner dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa dan mengatur ATFP.

Antidepresan trisiklik terutama Amitriptilin (Triptil, Elavil) merupakan pilihan perawatan awal, karena banyak pasien yang mengeluhkan gejala depresif dan nyeri ini. Tanda efikasi dari efek Amitriptilin, yaitu: responnya baik dalam dosis rendah (75-150 mg / hari), efikasi pada pasien tanpa masalah psikiatrik, mula kerja obat lebih baik daripada antidepresan yang lain serta memiliki efek analgesik yang cepat. Efek samping yang diketahui, seperti: mulut kering dan mengantuk.

Selaku dokter gigi diharapkan dapat mengenal nyeri wajah atipikal sebagai salah satu penyebab nyeri sesudah prosedur kedokteran gigi dan mampu memberikan perawatan awal untuk mengatasi nyeri ini. Apabila setelah tindakan perawatan tersebut pasien masih mengeluhkan nyeri, dokter gigi sebaiknya bekerja sama dengan ahli bidang ilmu lainnya, seperti: psikologi, neurologi ataupun psikiatri untuk bersama-sama mengatasi nyeri ini.

DAFTAR RUJUKAN

1. Priharjo R. Asuhan keperawatan untuk mengatasi nyeri. Di dalam: Asih Y, eds.

Pemenuhan aktifitas istirahat pasien. Jakarta: EGC, 1996: 33-47.

2. Roth GI, Calmes R. Oral biology. ST Louis: The CV Mosby Company, 1981: 3-21. 3. Nuartha AABN. Nyeri kepala dan wajah. Di dalam: Harsono, eds. Kapita selekta

neuralgia. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2003: 237-8, 248.

4. E Agostoni, R Frigerio, P Santoro. Atypical facial pain: clinical considerations and

differential diagnosis. Neurol Sci. 2005; 10(26): S71-4.

5. European Association of Oral Medicine. Atypical & idiopathic facial pain. 2005. <http: (16 Nov 2006).

6. Barnes EI, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih Bahasa. Cornella Hutauruk. Jakarta: EGC, 2006: 22-3.

7. Klineberg I. Craniomandibular disorders and orofacial pain. Oxford: Butterworth-Heinemann ltd. 1991: 1-25, 36-42.

8. Walton RE. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih Bahasa: Narlan Sumawinta, Winiati Sidharta, Bambang Nursasongko. Jakarta: EGC, 1998: 643-59.

9. Facial Neuralgia Resources. Atypical facial pain: condition facial neuralgias. 2006. (16 Nov 2006).

10.Lavelle CLB. Applied oral physiology. 2nd ed. London: Butterworth & Co, 1988: 1-11.

11.Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Alih Bahasa. Petrus Andrianto. Jakarta: EGC, 1987: 443-53.

12.Van der wall I. Sindrom mulut terbakar. Alih Bahasa: Lilian Yuwono. Jakarta: Widya Medika, 1992: 44-7.

14.Meliala L. Nyeri orofasial, mekanisme dan farmakoterapi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi. 2003; 1(2): 123-8.

15.Lumantobing SM. Neurogeriatry. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001: 135-57.

16.Sternbach RA. Modern concepts of pain. In: Dalessio DJ, eds. Wolff’s headache and

other head pain. New York: Oxford University Press, 1987: 14-33.

17.Lance JW. Mechanism and management of headache. 4th ed. London: Butterworth & Co, 1982: 53-4, 58-61.

18.F Frediani. Pharmacological therapy of atypical facial pain: actuality and

perspective. Neurol Sci. 2005; 10(26): 592-4.

19.Guler N, Durmus E, Tuncer S. Long-term follow-up of patients with atypical facial

pain treated with amitriptyline. New York State Dental Journal. 2005; 71(4): 38-42.

20.Walsh TD. Kapita selekta penyakit dan terapi. Alih Bahasa: Caroline Wijaya. Jakarta: EGC, 1997: 356.

21.Dalessio DJ. The major neuralgias, postinfectious neuritis and atypical facial pain. In: Dalessio DJ, eds. Wollf’s headache and other head pain. New York: Oxford University Press, 1987: 266-88.

22.G Madland, C Feinmann. Chronic facial pain: a multidisciplinary problem. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2001; 71: 716-9.

23.Burchiel KJ. A new classification for facial pain. 2006.

Dokumen terkait