• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Syarat dan Prosedur Pengajuan Gugatan Nafkah Iddah dan Mut’ah Yang Dilakukan Oleh Isteri Dalam Perkara Cerai Talak

2. Diajukan sesudah ikrar talak

Prosedur pengajuan gugatan nafkah iddah dan mut’ah dapat juga diajukan sesudah ikar talak Suami di Pengadilan Agama yaitu gugatan diajukan oleh Isteri setelah putusan Pengadilan Agama terhadap permohonan talak Suami dikabulkan dan telah In kracht kemudian Suami telah mengikrarkan talaknya di depan sidang Pengadilan. Gugatan diajukan dikarenakan Suami tidak menjalankan kewajibannya terhadap nafkah Isteri yang ditalak setelah ikrar talak tersebut. Pengajuan gugatan ditujukan di Pengadilan Agama yang berwewenang dengan syarat perkara cerai talak telah In kracht dan dilampirkan akta cerai dari Pengadilan Agama sebagai bukti bahwa telah terjadinya perceraian, namun pelaksanaan gugatan nafkah iddah dan mut’ah yang diajukan setelah ikrar talak akan memakan waktu dan biaya karena harus membayar biaya perkara lagi.

Penelitian ini dilakukan terhadap perkara gugatan nafkah iddah dan mut’ah yang diajukan oleh Isteri kepada Suami dalam perkara cerai talak yang terjadi di Pengadilan Agama Kelas IB Metro yaitu perkara dengan Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt dan Nomor 332/Pdt.G/2009/PA.Mt.

1. Kasus Posisi Perkara Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt.

Perkara Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt adalah perkara permohonan cerai talak berupa konpensi dan harta bersama, nafkah Isteri menjadi rekonpensinya. UMR bin RND adalah Suami yang mengajukan permohonan cerai talak terhadap Isterinya NDT binti MDN berdasarkan surat permohonan pada tanggal 04 Juli 2007. Permohonan cerai talak dan gugatan nafkah Isteri diperiksa sesuai dengan prosedur yang ada, setelah pembacaan surat permohonan cerai talak kemudian jawaban Tergugat yang didalamnya ada gugatan nafkah Isteri yang diajukan oleh Tergugat (Penggugat Rekonpensi) dilanjutkan dengan replik, duplik, serta bukti-bukti dari para pihak, kesimpulan, maka barulah dibacakanlah putusan. Pada prinsipnya Isteri berkeberatan untuk dicerai tetapi jika Suami tetap berniat untuk bercerai, Isteri menuntut agar hak-haknya berupa nafkah Isteri setelah bercerai diberikan. Pemeriksaan perkara Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt dilakukan dari sidang pertama sampai sidang ke sembilan belas yaitu mulai tanggal 19 Juli 2007 sampai 31 Januari 2008. Pada sidang kesepuluh tanggal 15 November 2007 Pemohon dan Termohon datang menghadap sendiri kepersidangan. Termohon memberikan jawaban tertulis atas permohonan talak Pemohon (Suami) sekaligus mengajukan gugatan rekonpensi terhadap Pemohon yang sebagian berisi tentang hak-haknya berupa nafkah Isteri setelah bercerai.

Pemeriksaan permohonan cerai talak sebagai konpensinya dan gugatan nafkah Isteri sebagai rekonpensi diselesaikan bersama-sama dan diputus dalam satu putusan Hakim.

Majelis Hakim yang memutus perkara ini mengabulkan permohonan cerai talak Suami dengan mengedepankan ketentuan surat Al-Baqarah Ayat 227 yang berbunyi: “Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Pertimbangan menolak kerusakan didahulukan daripada mendapatkan kemaslahatan, dan telah terpenuhinya alasan untuk melakukan perceraian dan ternyata tidak berlawanan dengan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (2) Undang-undang nomor 1 Tahun 1974, Pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975, Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Tahun 1991, jo Pasal 70 Ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 berdasarkan keterangan Pemohon, Termohon, dan dua orang saksi. Majelis Hakim juga mengabulkan gugatan rekonpensi Isteri dengan membebankan Suami untuk memberikan nafkah Isteri setelah bercerai selama iddah sebagai konpensasi akibat adanya perceraian yaitu sebesar Rp.75.000.000,- sesuai perdamaian kedua belah pihak.

Bahwa prosedur pelaksanaan pengajuan gugatan tentang nafkah iddah dan mut’ah yang dilakukan oleh Isteri pada perkara cerai talak dengan Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu Pasal 66 ayat (5) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 karena diajukan bersama-sama dengan

jawaban pertama Permohon Konpensi dan diajukan sebelum tahap pembuktian dilakukan oleh Majelis Hakim yaitu melalui gugatan rekonpensi. Gugatan rekonpensi tersebut dapat diajukan secara tertulis maupun lisan oleh Penggugat Rekonpensi di depan sidang Pengadilan, pada perkara tersebut gugatan rekonpensi diajukan secara tertulis.

2. Kasus Posisi Perkara Register Nomor 332/Pdt.G/2009/PA.Mt

Perkara Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt adalah perkara permohonan cerai talak berupa konpensi dan nafkah Isteri menjadi rekonpensinya. WGN bin PAD adalah Suami yang mengajukan permohonan cerai talak terhadap Isterinya STN binti SY berdasarkan surat permohonan pada tanggal 22 Juni 2009. Permohonan cerai talak dan gugatan nafkah Isteri diperiksa sesuai dengan upaya yang ada, setelah pembacaan surat permohonan cerai talak kemudian jawaban yang didalamnya ada gugatan nafkah Isteri yang diajukan oleh Tergugat (Penggugat Rekonpensi) dilanjutkan dengan replik, duplik, serta bukti-bukti dari para pihak maka barulah di bacakanlah putusan dengan menagabulkan cerai talak (izin talak) dan sekaligus mengabulkan gugatan nafkah Isteri. Pada prinsipnya Isteri juga berkeberatan untuk dicerai tetapi jika Suami tetap berniat untuk bercerai, Isteri menuntut agar hak-haknya berupa nafkah Isteri setelah bercerai diberikan. Pada sidang keempat hari Rabu tanggal 05 Agustus 2009 Pemohon dan termohon hadir menghadap sendiri di persidangan. Termohon memberikan jawaban lisan terhadap permohonan Pemohon konpensi dan sekaligus mengajukan gugatan rekonpensi yang sebagian berisi gugatan tentang hak-hak Isteri berupa nafkah Isteri setelah bercerai. Pemeriksaan permohonan cerai talak dan gugatan rekonpensi

diselesaikan sekaligus dan diputus dalam satu putusan Hakim. Majelis Hakim yang memutus perkara ini mengabulkan permohonan cerai talak Suami dan mengabulkan gugatan Isteri dengan membebankan Suami untuk memberikan nafkah Isteri setelah bercerai selama iddah sebesar Rp.950.000,-.

Bahwa prosedur pelaksanaan pengajuan gugatan tentang nafkah iddah dan mut’ah yang dilakukan oleh Isteri pada perkara cerai talak dengan Register Nomor 332/Pdt.G/2009/PA.Mt telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu Pasal 66 ayat (5) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 karena diajukan bersama-sama dengan jawaban pertama Termohon Konpensi dan diajukan sebelum tahap pembuktian dilakukan oleh Majelis Hakim yaitu melalui gugatan rekonpensi. Gugatan rekonpensi tersebut dapat diajukan secara tertulis maupun lisan oleh Penggugat Rekonpensi di depan sidang Pengadilan, pada perkara tersebut gugatan rekonpensi diajukan secara lisan. Prosedur gugatan Rekonpensi dalam hal nafkah Isteri sangat mencerminkan asas peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan karena tidak perlu mengeluarkan waktu dan biaya perkara lagi.

Bahwa prosedur yang digunakan oleh Isteri untuk pengajuan gugatan nafkah Isteri pada perkara Register Nomor 239/Pdt.G/2007/PA.Mt dan Nomor. 332/Pdt.G/2009/PA.Mt. adalah dengan cara diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak melalui prosedur gugatan rekonpensi dengan syarat gugatan harus diajukan bersama-sama dengan jawaban pertama Termohon Konpensi dan diajukan sebelum tahap pembuktian dilakukan oleh Majelis Hakim.

Penyelesaian gugatan rekonpensi oleh Hakim Pengadilan Agama Kelas IB Metro adalah dengan cara saat penyelesaian perkara cerai talak, Majelis Hakim memperhatikan pada saat jawab menjawab artinya masalah perceraian memang mereka kehendaki dan setidaknya telah terbukti memang ada pertengkaran terus menerus yang sulit didamaikan. Bila dalam perceraian pihak termohon berkeberatan untuk bercerai, maka perkara konpensi dan rekonpensi akan diseleseaikan sekaligus dan diputus dalam satu putusan Hakim. Jika terjadi banding dan kasasi dalam perkara rekonpensi tersebut maka perkara rekonpensi tersebut boleh Banding dan Kasasi, sedangkan perkara cerai talaknya adalah sebagai lampirannya karena telah In kracht, artinya putusan cerai talak yang sudah berkekuatan hukum tetap tersebut disertakan sebatas sebagai lampiran saja.

B. Upaya Penyelesaiaan Kewajiban Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah

Dokumen terkait